Duapuluh Satu

568 77 6
                                    

Setelah dokter memeriksanya lagi, Selin diperbolehkan pulang sore ini.

"Mah, nanti dinner diluar yuk!" Ajak Selin.

"Ngga, kamu harus istirahat sayang." Sahut mamahnya.

"Tapi mah, kalo istirahat kelamaan Selin juga bosen. Selin ngga papa kok, cuma dinner aja mah, pleaseee...." rengek Selin.

"Yaudah kabari papah dulu." Ucap mamah Sania pasrah.

To: Papah❤️

Pah, Selin udah dibolehin pulang sore ini. Nanti malem dinner diluar ya Pah. Selin anggap ini hadiah, jadi ngga ada penolakan!

"Beres!" Ucap Selin setelah pesannya terkirim.

"Kamu mau ikut?" Tanya Selin yang hampir melupakan keberadaan Alvin.

"Boleh?" Tanya Alvin balik.

"Boleh kok, iya kan mah?" Jawab Selin yang meminta persetujuan mamahnya.

"Iyaa sayang, ikut aja biar tambah rame." Jawab mamah Sania dengan mengusap rambut Alvin.

"Makasih tan." Ucap Alvin.

Sorenya, sepulang dari rumah sakit. Selin langsung mandi dan bersiap dengan semangatnya. Dia lupa kalau beberapa jam yang lalu terbaring lemah dan kepalanya pusing.

"Mah, Pah! Udah jam tujuh. Ayo berangkat sekarang." Teriak Selin dari ruang tamu.

"Iya sayang. Ayo berangkat!" Sahut papahnya.

"Alvin belum kesini?" Tanya mamah sania.

"Oh iya, kalo gitu Selin kerumahnya dulu deh. Papah sama Mamah tunggu di mobil. Nanti Selin satu mobil aja sama kak Alvin." Usul Selin yang langsung keluar rumah.

"Mah, Pah! Kak Alvin udah diluar nih. Ayo berangkat!" Teriaknya dari luar setelah melihat mobil Alvin terparkir didepan rumahnya.

"Apa sih? Kok masih manggil kak?" Tanya Alvin setelah Selin masuk ke mobilnya.

"Belum siap didepan mereka." Jawab Selin salah tingkah.

"Lucu banget sih kamu." Ucap Alvin mengacak rambut Selin.

"Kak please ya! Aku dandannya lama. Jadi jangan usil." Ucap Selin mempoutkan bibirnya.

"Gamau diusilin tapi mancing." Sahut Alvin tanpa melihat Selin.

Sesampainya di restaurant, Alvin terus memandang sekeliling.
"Udah banyak berubah ya, dua tahun ngga kesini." Ucapnya setelah duduk.

"Tempat seperti ini butuh perubahan. Kalo ngga mau pelanggannya bosan." Jawab Papah.

"Oh ya? Mamah Papah kamu ngga kesini lagi?" Tanya mamah Sania.

"Mereka bakal pindah kesini lagi kok Tan. Bulan depan katanya."

"Tante ngga hubungin mamah?" Lanjut Alvin.

"Nomornya ngga aktif beberapa bulan lalu."

"Ah iya, jadi waktu Mamah Papah ke Inggris jemput Alvin. Handphone mamah dicopet. Jadi ganti deh semuanya." Jelas Alvin

"Kecopetan? Apa dia baik-baik saja? Tidak ada luka kan?" Tanya mamah sania khawatir.

"Iya, hanya handphone yang dirampas. Jadi mamah aman."

"Syukurlah..."

Tak lama pesanan mereka datang satu-persatu. Lalu mereka pun mulai menikmati makanannya.

"Selin izin ke toilet." Ucapnya Setelah semuanya selesai makan.

Selin hanya ingin melihat dandanannya. Entah kenapa dia ingin terlihat tetap cantik didepan Alvin.

"Hai Jim!" Sapa seseorang yang melewati Selin.

Tanpa disuruh, Selin ikut melihat kebelakang. Dia penasaran dengan nama Jim yang di panggil.

"Oh? Pak Dokter?" Ucap Selin spontan.

"Selin? Itu kamu?" Tanya dokter yang langsung menghampiri Selin.

"Iya, ini Selin. Apa pak dokter namanya Ji--" ucap Selin terpotong karena mulutnya yang ditutup tangan Justin.

"Sebentar ya." Izin Justin ke perempuan yang memanggilnya Jim tadi.

"Namaku bukan Jimmy, tapi Justin. Aku hanya menyamar menjadi Jimmy. Ini permintaannya sebelum koma." Jelas Justin.

"A-apa maksud dokter Jimmy? Lalu koma? Apa hubungannya?" Tanya Selin bingung, seingatnya Jimmy pernah cerita kalau dia punya kakak dokter.

"Benar, aku kakak Jimmy. Tunggu! Kenapa aku harus memberitahumu rahasia ini. Memangnya kamu kenal Jimmy? Pikiranku benar-benar kacau. Kalau begitu aku permisi. Maaf mengganggumu." Pamit Justin.

"Aku tahu Jimmy yang kakak maksud. Jimmy yang dirawat disamping ruangan papahku dulu kan? Jimmy yang kakak peluk diruangannya?" Ucap Selin sebelum Justin berbalik.

"Bagaimana? Bagaimana bisa kau kenal Jimmy? Bahkan tau ruangannya dan aku yang pernah memeluknya?" Tanya Justin bingung, karna setaunya Selin masih kuliah, tidak mungkin mereka berteman.

"Aku melihat kakak, waktu itu. Dan kenapa aku kenal Jimmy,.. dia yang memperkenalkan diri padaku." Jelas Selin.

"Apa maksudmu?" Tanya Justin yang tambah dibuat bingung.

Selin melihat sekeliling sebelum menjawab pertayaan Justin.
"Dia datang kerumahku beberapa bulan yang lalu, dan selalu ada disampingku saat aku bangun tidur." Jawab Selin apa adanya.

"Apa kamu bercanda? Beberapa bulan yang lalu, dia seperti itu sudah setengah tahun lebih. Jadi jangan bercanda. Saya permisi." Ucap Justin menahan emosinya, lalu melangkah pergi.

"Tunggu kak!" Cegah Selin, tapi tetap saja Justin tidak menghentikan langkahnya.

"Aku tau Jimmy koma karena apa, dan sudah berapa lama. Dia butuh donor ginjal kak. Aku tau itu." Ucap Selin dengan mengejar Justin.

Tentu ucapannya membuat Justin menghentikan langkahnya. Karna apa yang diucapkan Selin benar adanya.

"Maksudmu, Jimmy mendatangi mu dalam wujud arwah?" Tanya Justin yang belum benar-benar percaya.

"Iya, aku tau penyebabnya koma, aku tahu sudah berapa lama dia koma, aku tau dia bisa bertahan karena apa, dan aku tahu dia punya kakak yang tidak mau terjun ke perusahaan." Jelas Selin

"Aku tau ini mustahil. Aku juga ngga percaya. Tapi ini terjadi. Dia meminta bantuanku dan aku ngga tau harus gimana. Itu kenapa aku cerita ini ke kakak." Lanjut Selin

"Ini kartu namaku. Hubungi aku nanti. Aku tidak bisa lama-lama lagi. Permisi." Pamit Justin

'Makasih kak, aku senang kakak mau dengerin ceritaku dan mau terlibat bersamaku. Makasih.' ucap Selin dalam hatinya dengan senyum dan mata yang berbinar menatap kartu nama Justin.


.
.
.
.
.
.
.

To be continue...



-애인-

Oh My Ghost ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang