Bagian ke sembilan belas

40K 2.3K 197
                                    


Kanaya membuka matanya dan betapa terkejutnya ia kala melihat Nathan tidur di sampingnya sambil memeluk dirinya. Kepala Kanaya seakan berputar-putar mengingat kejadian di mana dirinya dan Nathan melakukan dosa besar itu kian menganggu pikiran nya. Kepala Kanaya terasa pening dan sepenggal memori tentang malam itu kembali berputar bagai kaset rusak di kepala Kanaya.

"ARGGHH!!!"

Kanaya terus berteriak seraya menarik rambutnya berharap sakit di kepalanya segera hilang, Kanaya tidak kuat dengan ini semua. Ia menangis kencang sehingga Nathan yang sedang tertidur pun ikut terbangun karena tangisan Kanaya.

"Hikss! Mama maafin Kanaya mah" racau Kanaya di sela-sela tangisnya.

Nathan menatap sendu Kanaya dan secara spontan Nathan memeluk Kanaya berharap gadis itu berhenti menangis. Nathan juga tak segan-segan mengelus lembut surai Kanaya untuk menenangkan Kanaya.

"Jangan nangis, gue di sini" ucapnya dan membawa Kanaya semakin dalam ke pelukannya.

"Lepas!! Lepasin aku!!" Kanaya terus berontak dan berusaha melepaskan pelukan Nathan, tapi Nathan lebih kuat sehingga Kanaya tidak bisa berbuat apa-apa ia kembali menangis di pundak Nathan.

"Diem jangan nangis" ucap Nathan.

"Kamu jahat!"

"Iya gue jahat, gue brengsek. Gue tau itu, tapi sekarang lo diem jangan nangis lagi" pinta Nathan.

Nathan tidak tau mengapa dirinya bersikap lembut pada Kanaya, tapi ia rasa untuk sekarang mungkin Kanaya membutuhkannya. Dan Nathan akan lakukan itu demi anak yang ada di kandungan Kanaya. Bukan Kanaya, camkan itu!

Tangis Kanaya perlahan mereda begitu juga dengan pelukan Nathan yang mengedur.

"Sekarang lo mandi, gue mau siapin sarapan dulu" ucap Nathan dan di jawab anggukan oleh Kanaya.

Kanaya berjalan ke arah kamar mandi yang berada di kamar Nathan, sedangkan Nathan keluar kamar untuk memasak. Mungkin ia akan membuat nasi goreng dengan bumbu instan, ia tidak terlalu pandai memasak. Bahkan menggoreng telur pun kadang suka gosong, semoga saja nasi goreng nya kali ini tidak bernasib sama seperti telur ceplok waktu itu.

Nathan mengambil penggorengan yang menggantung kemudian meletakan nya di kompor seraya menyalakan api dengan sedang, lalu ia memecahkan telur dan memasukan nasi setelah itu ia menaruh bumbu nasi goreng instan. Nathan terlihat serius memasak sampai tidak sadar bahwa Kanaya sudah selesai mandi dan tengah memandang nya dari meja makan.

Kanaya berpikir ini seperti keluarga kecil yang bahagia, namun ia segera menepis pikirannya ketika mengingat perkataan Nathan tadi malam.

"Gue cuma bisa bikin ini" ucap Nathan sambil menaruh sepiring nasi goreng di depan Kanaya.

Kanaya tersenyum lebar mendengar itu. "Gapapa, trimakasih" jawab Kanaya dan hanya di jawab gumaman oleh Nathan.

hari ini Nathan memilih untuk tidak sekolah karna ia sudah janji untuk menemani Kanaya cek Kandungan, begitu juga Kanaya. Kanaya memang sudah keluar dari sekolah tapi Kanaya masih harus sekolah untuk sebulan kedepan, karna ia harus mengikuti ulangan semester dan juga kegiatan penting lainya sebelum ia benar-benar keluar dari sekolah.

Nathan melihat ekspresi wajah Kanaya yang memakan nasi goreng buatan nya. "Kalo gak enak gak usah di makan" ucap nya.

Kanaya menggeleng membantah ucapan Nathan. "Enggak kok, ini enak. Cobain deh" jawab nya sambil menyodorkan sendok berisi nasi goreng kepada Nathan.

Nathan pun menerima suapan dari Kanaya dan tersenyum simpul, rasanya tidak terlalu buruk dan ia cukup bangga dengan nasi goreng buatan nya.

"Enak kan?" Tanya Kanaya dan Nathan pun mengangguk.

UnfairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang