Bagian tiga puluh tujuh

54.4K 2.6K 186
                                    

Happy reading 💚







Pagi ini adalah hari pemakaman kakaknya, orang-orang banyak yang datang dan memberi doa pada Kakaknya. Ia sedari tadi berlutut di samping makam kakaknya sambil memeluk erat nisan yang bertuliskan nama kakaknya itu.

Para pelayat yang tadi ikut mendoakan kakak Kanaya satu persatu pergi hingga hanya tersisa dirinya dan juga Libra yang ada di sebelah kanannya.

Kanaya tidak menangis, air matanya sudah bosan keluar terlalu banyak rasa sakit yang Kanaya terima hingga air matanya pun enggan untuk menyuarakan kesedihan Kanaya lagi. Ia hanya menatap sendu Nisan kakaknya tanpa mau berkata apapun.

"Kanaya, pulang yuk. Udah mendung loh" pinta Libra.

Kanaya enggan menjawab ucapan Libra gadis itu masih setia menatap kosong makam Kakaknya.

"Kanaya, ayo pulang jangan kayak gini. Kakak lo pasti sedih kalo liat adiknya kayak gini. Kakak lo pergi karna dia merasa gak sanggup lagi tinggal di dunia yang keras, biarin dia bahagia di sana. Tugas lo sebagai adik cuma doain yang terbaik buat kakak lo" ucap Libra lagi.

"Aku sendirian Lib, Ayah sama ibu pergi, Nathan benci aku. Dan sekarang Kak Alana pergi ninggalin aku. Kenapa?! Kenapa harus aku yang rasain semua rasa sakit ini!!"

Kanaya berucap tanpa menatap mata Libra membuat Libra menghela nafasnya. Ia memeluk Kanaya dari samping bahu Kanaya bergetar hebat dan Libra dapat merasakan itu. Merasakan semua kesedihan Kanaya yang selama ini ia simpan sendiri.

"Tuhan kasih semua ini ke elo itu karna tuhan tau elo itu hambanya yang kuat. Percaya sama gue, setelah badai pasti ada pelangi. Jangan takut sendirian gue ada di sini nemenin lo dan satu bulan lagi akan lahir malaikat kecil yang bakalan nemenin hari-hari lo" ucap Libra. "Sekarang kita pulang, lo belum istirahat dari semalem. Kasian dedek bayinya dia pasti sedih liat ibunya sedih"

Kanaya akhirnya mau bangun dan berdiri dengan di bantu Libra.

"Naya pulang dulu ya Kak, Naya janji akan sering-sering ke sini"

Setelah mengucapkan itu Kanaya dan Libra pergi meninggalkan pemakaman.

Libra menuntun Kanaya menuju mobilnya tangannya sedari tadi bertengger pada pundak lesuh milik Kanaya. Bukan bermaksud apa-apa Libra hanya ingin membantu gadis itu. Dan menyadarkan nya bahwa ia tidak sendirian.

Libra paham betul apa yang di rasakan Kanaya, Libra pun merasakan sakitnya jadi Kanaya. Dirinya pun tidak bisa membayangkan bagaimana sulitnya menjalani hidup sebagai Kanaya. Di tinggal orang tua, kehilangan masa depannya, memiliki hubungan rumah tangga yang kurang baik, dan sekarang Kanaya harus kehilangan satu-satunya keluarga yang Kanaya milik.

Libra membuka pintu penumpang di mobilnya dan mempersilahkan Kanaya masuk.

Blam!

Setelah memastikan pintu penumpang tertutup Libra memutari mobilnya dan membuka pintu pengemudi. Ia masuk dan menjalankan mobilnya meninggalkan area pemakaman.

Libra sesekali melirik Kanaya yang masih diam, gadis itu bahkan seperti tidak memiliki jiwa.

"Kanaya Are you okey?" Tanya Libra.

"Bohong kalo aku bilang baik-baik aja, terimakasih Libra. Aku gak tau lagi kalau gak ada kamu, mungkin aku udah bunuh diri"

Libra menghela nafasnya, bahkan Kanaya menjawab pertanyaan nya tanpa menoleh kepadanya. "Kanaya, lo gak boleh ngomong kayak gitu. Semua ini terjadi karna takdir tuhan. Lagi pula lo punya Malaikat kecil di perut lo. Lo egois kalo milih bunuh diri. Di dalam sana ada calon manusia yang ingin merasakan indahnya dunia" Libra berucap sambil sesekali melirik Kanaya.

UnfairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang