"Saya terima nikahnya Kanaya Gemintang binti pulan dengan mas kawin tersebut di bayar tunai"
"Bagaimana para saksi, sah?"
"SAH!"
Tepat saat Nathan mengucap ijab Kabul dengan lancar air mata Kanaya jatuh dengan sendirinya. Mungkin orang-orang berpikir Kanaya menangis karena bahagia, nyatanya salah! Bukan tangis bahagia yang keluar dari lubuk mata Kanaya, melainkan sebaliknya. Hari ini adalah hari pernikahan dirinya dan Nathan—Laki-laki yang telah membuat semua mimpi dan masa depan nya hancur. Pernikahan tertutup yang di hadiri oleh keluarga dan juga beberapa saksi itu berlangsung lancar. Tak ada resepsi mewah, tak ada perayaan luar biasa layaknya pernikahan anak konglomerat lainya. Yang ada hanya pilu yang di rasakan Kanaya, Kanaya tidak tau bagaimana ia akan menjalankan hari-hari berat kedepannya.
Kanaya meraih tangan Nathan dan hendak menciumnya selayaknya istri kepada suami, namun belum sempat bibir Kanaya menempel di punggung tangan Nathan, Nathan sudah menariknya sambil menatap tajam Kanaya. "Jangan berani-berani nya lo sentuh tangan gue, sialan!" Bisik Nathan yang hanya bisa di dengar oleh Kanaya.
Kanaya lantas menunduk membiarkan air mata itu semakin membasahi pipinya. Lagi pula orang-orang pasti akan mengira bahwa dirinya menangis bahagia.
Kanaya menoleh ke arah Vanya—yang sekarang menjadi ibu mertuanya— Kanaya masih tidak menyangka jika Vanya sekarang menjadi mertuanya. Begitu juga dengan Vanya, ia masih tidak percaya jika Kanaya adalah orang yang pernah ia temui di halte beberapa waktu lalu.
Awalnya Vanya memang tidak menerima Kanaya, tapi Vanya tau bagaimana rasanya berada di posisi Kanaya. Sebagai perempuan Vanya juga miris melihat nasib Kanaya Vanya juga tau bagaimana hancurnya Kanaya, tapi mau bagaimana lagi hatinya masih bimbang jadi untuk sementara waktu biarlah Vanya seperti ini dulu entah sampai kapan itu, walaupun begitu Vanya sudah benar-benar merestui Kanaya dengan Nathan.
"Bu" lirih Kanaya sambil menatap Vanya.
Vanya menoleh dan menatap Kanaya dengan raut wajah penuh teka-teki, melihat itu Kanaya menjadi gugup bukan main ia pun meraih tangan Vanya dengan ragu-ragu lalu mencium punggung tangan ibu mertuanya itu. Sedangkan Reygan yang melihat itu hanya mampu menatap iba Kanaya, ia tau jika istrinya masih bimbang dengan ini semua. Karna semua ini terjadi secara tiba-tiba dan di luar dari rencana Reygan dan Vanya.
'Tuhan, aku tau ini semua adalah takdir yang engkau berikan untukku, entah itu takdir baik atau buruk aku tetap menerimanya. Aku percaya bahwa engkau tidak akan memberikan ku cobaan di luar batas ku' - Batin Kanaya.
<<>>
"Di sini cuma ada dua kamar, tapi yang satu udah gue pake buat ruang gym. Jadi tunggal sisa satu kamar" ucap Nathan pada Kanaya.
Selesai acara akad nikah tadi, mereka—Nathan dan Kanaya— langsung menuju ke rumah yang sudah di sediakan oleh Vanya untuk mereka berdua tinggal. Dan ibu mertuanya juga bilang padanya kalau kandungan nya sudah memasuki bulan ke lima ia akan keluar dari sekolah umum dan beralih menjadi Home schooling, Vanya bilang itu untuk kebaikan kandungan Kanaya. Tapi Kanaya berpikir itu semua Vanya lakukan untuk menjaga nama baik keluarganya—keluarga Axender. Agar tidak merusak citra baik yang telah di kenal masyakarat.
"K-kita satu kamar?" Tanya Kanaya gugup.
Nathan tertawa mendengar pertanyaan Kanaya. "Kita? ya enggak lah bodoh! Lo tidur aja di sofa ruang tamu! Mana sudi gue satu kamar sama cewek murahan kayak lo" jawabnya sambil tertawa.
Diam
Hanya itu yang bisa Kanaya lakukan saat mendengar perkataan Nathan, ia tidak bisa melakukan apa-apa.
"Oh iya satu lagi!" Nathan mengeluarkan sesuatu di dalam saku celananya dan memberikannya pada Kanaya
"Surat kontrak?" Tanya Kanaya saat melihat isi dari amplop yang di berikan Nathan.
Nathan mengangguk. "Iya itu surat kontrak pernikahan, lo cukup tanda tangan di kertas itu dan menyetujui persyaratan yang ada di kontrak itu. Yang artinya kita akan cerai setelah bayi itu lahir, selesai deh" jawab Nathan.
"Selesai apa maksudnya?"
"Ya apalagi? Pernikahan kita selesai lah bodoh! Lo pikir gue mau nikah sama lo? Kalo bukan karna orang tua gue dan rasa tanggung jawab gue sebagai laki-laki, gue juga gak akan nikahin cewek murahan kayak lo! Sadar diri dong, lo itu cuma jalang sialan yang cuma jadi benalu di hidup gue" jawab Nathan yang membuat hati Kanaya benar-benar sakit.
"Oh iya, di rumah ini gak ada pembantu jadi semua urusan rumah lo yang kerjain" ucap Nathan lagi setelah itu pergi meninggalkan Kanaya yang masih menatap tak percaya.
Apa-apaan ini? Pernikahan kontrak? Kanaya benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja Nathan ucapkan. Ini semua seperti mimpi buruk bagi Kanaya. Tolong bangunkan Kanaya jika ini benar-benar mimpi, Kanaya tidak sanggup dengan ini semua.
Ia pun menaruh kopernya dan duduk di sofa seraya menenangkan pikirannya, hari ini benar-benar hari yang berat. Bahkan sangat berat.
"Tuh selimut!" Ucap Nathan sambil melemparkan selimut ke arah Kanaya.
"Sofa itu bisa lo tarik biar jadi kasur" ucap Nathan.
Kanaya pun mengangguk mengerti. "Trimakasih" ucapnya tapi Nathan malah melengos begitu saja dan mengabaikan ucapan Kanaya.
Kanaya menghela nafasnya, untunglah sofa ini bisa di ubah menjadi kasur jadi ia masih bisa tidur dengan nyaman. Kanaya pun menarik sofa itu sesuai perkataan Nathan tadi hingga menjadi kasur setelah itu lantas ia merebahkan diri di sana sambil memejamkan matanya, ia lelah dan ingin tertidur berharap mimpi indah sebagai obat dari kenyataan yang pahit.
<<>>
Pagi ini tepatnya pukul 05.40 Kanaya sudah siap dengan seragam sekolahnya setelah selesai melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Ia lantas menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan karna seperti yang Nathan bilang kalau di rumah ini tidak ada asisten rumah tangga jadi semua pekerjaan rumah Kanaya yang menanggung, termasuk membuat sarapan.
Kanaya meliukan spatula nya guna mengaduk nasi yang ia goreng. Setelah di rasa matang Kanaya menaruh nasi itu di piring, ia berniat untuk memberikan sarapan ini ke kamar Nathan. Karna meja makan masih kotor dan tidak memungkinkan untuk sarapan di sana. Kanaya membawa nampan berisi sarapan lengkap dengan susu dan air putih untuk Nathan, ia berjalan menaiki anak tangga untuk menuju ke kamar Nathan.
Kanaya mengetuk pintu kamar Nathan, karna tidak mungkin ia langsung membuka pintu kamar Nathan. Yang ada Nathan bisa marah denganya.
"Brisik tau gak?! Ngapain sih?!" Tanya Nathan sambil memakai dasi.
Kanaya kaget kala pintu kamar Nathan terbuka dan langsung di sambut oleh bentakan Nathan.
"I-ini sarapan b-buat kamu" jawab Kanaya sambil memberikan nampan itu.
Nathan tertawa remeh. "Jijik gue makan makanan sampah dari lo!"
Prang!
Nathan menepis nampan itu dengan keras sehingga gelas dan piring pecah berserakan di lantai.
"Beresin sampah itu! Dan jangan lagi lo buatin sampah buat gue" ucap Nathan setelah itu pergi meninggalkan Kanaya.
Kanaya tidak mampu menahan air matanya. "Kanaya! Kamu kuat! Semangat!" Gumamnya sambil mengusap air matanya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfair
Fiksi Remaja[Squel Vanya] [16++] [Part Lengkap] [follow sebelum membaca] Kejadian 'malam itu' membuat Kanaya harus menikah dengan cowok yang telah membuat hidupnya dan masa depan nya menjadi berantakan. Cowok tampan yang sialnya menjadi orang yang Kanaya Cinta...