Bagian dua puluh delapan

39K 2.2K 72
                                    


Happy reading 💚





Hari demi hari berlalu, bulan pun kian berganti tak terasa kini usia pernikahan Kanaya dan Nathan telah menginjak usia delapan bulan yang berarti usia kandungan Kanaya juga sudah memasuki bulan ke delapan. Semua berjalan lancar hanya saja sikap Nathan yang masih kasar pada Kanaya walaupun tidak separah dulu, kini Kanaya sudah tidur di kamarnya sendiri. Nathan berbohong soal kamar yang ia jadikan ruang Gym waktu itu, nyatanya di rumah ini ada beberapa kamar kosong.

Kehidupan Kanaya berjalan seperti biasanya, Nathan yang setiap hari pergi ke sekolah dan dirinya yang menjaga rumah dan juga membersihkan rumah seraya menunggu Nathan pulang.

Kanaya bahagia karna Nathan mau memakan masakan nya, tidak seperti dulu. Dulu Nathan selalu membuang semua makanan yang ia masak tapi sekarang Nathan mau memakan nya walaupun dengan raut ogah-ogahan tapi Kanaya tetap bahagia melihatnya.

Hari ini adalah jadwalnya untuk periksa kandungnya, tapi ia tidak bersama Nathan. Kali ini ia bersama dengan Bulan–Calon istri Arjuna. Mereka berdua(Bulan dan Arjuna) akan menikah setelah lulus sekolah katanya. Alasannya karna mereka tidak ingin waktu belajar mereka terbagi karna mereka telah memasuki jenjang terakhir sekolah menengah atas jadi harus giat belajar untuk meraih kelulusan, ya walaupun Arjuna masih sering bolos.

Pagi ini Kanaya tengah menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Nathan, tanganya sedang asik mengaduk masakan yang berada di wajan. Nathan masih bersiap-siap berangkatlah sekolah, cowok itu batu akan turun dan sarapan bersama ketika ia sudah benar-benar rapih.

Setelah di rasa matang, Kanaya menaruh masakan nya pada wadah yang telah di sediakan setelah itu ia membawa masakannya ke atas meja makan untuk di makan bersama. Matanya menangkap sosok Nathan yang tengah menuruni anak tangga sambil membenarkan posisi dasinya.

Nathan tanpa banyak bicara duduk dan langsung mengambil sarapannya, tanpa perlu menyapa Kanaya.

"Pagi" sapa Kanaya.

Nathan menatap Kanaya dengan malas lalu ia mendengus sebagai jawaban tak suka atas sapaan Kanaya.

Kanaya tersenyum miris melihat sikap Nathan, selalu saja cuek. "Pulang sekolah kamu ada waktu gak?" Tanya Kanaya sambil menyendokan nasi ke piringnya.

Nathan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dengan kasar sebelum menjawab pertanyaan Kanaya. "Gak ada, gue sibuk" Jawab Nathan.

"O-oh oke, padahal aku mau minta temenin buat beli perlengkapan bayi"

"Beli sendiri bisa kan? Gue sibuk gak sempet buat hal-hal gak berguna kyak gitu" Jawab Nathan malas.

Hati Kanaya seakan tertohok ketika mendengar Nathan berbicara bahwa bayinya adalah hal yang tidak berguna.

"T-tapi kan dia anak kamu" gumam Kanaya.

Nathan membanting sendoknya sehingga menimbulkan bunyi keras yang membuat Kanaya tersentak. "Terus gue peduli gitu? Asal lo tau ya, gue nerima anak lo karna gue kasian sama lo! Jangan berharap lebih dari gue, karna sampai kapan pun lo itu cuma sampah di mata gue!" Setelah mengucapkan kata-kata itu Nathan lantas memakai tasnya dan pergi meninggalkan Kanaya yang masih mematung dengan perkataan Nathan barusan.

Satu kata untuk Kanaya.

Lemah!

Dirinya bahkan sudah meneteskan air mata hanya karna perkataan Nathan tadi. Apa dirinya seburuk itu di mata Nathan? Kanaya menarik nafasnya dalam-dalam setelah itu ia mengusap air matanya kasar.

"Satu bulan lagi Kanaya, satu bulan lagi kamu lepas dari Nathan" gumam Kanaya.

Kanaya mengusap lembut perutnya sambil menatap perutnya yang sudah membesar. "Pipo, semoga nanti kamu jadi anak yang berbakti ya. Jangan nakal, kamu harus nurut sama Bunda sama Papa juga" ucapnya sambil tersenyum lirih.

UnfairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang