eva·po·ra·si /évaporasi/ n 1 proses yang terjadi apabila jumlah molekul yang keluar dari permukaan lebih besar daripada jumlah yang kembali ke permukaan air; 2 Kim proses perubahan molekul zat cair menjadi gas atau uap air; penguapan
.
."Lu langsung pulang bang?" Tanya Hira begitu perempuan itu kembali di jemput oleh Raksa. Acara wisuda yang seharusnya sampai dhuhur kini molor sampai jam 2 siang, alhasil Raksa kembali bete dan kesal dengan sang adik karena harus menunggu lebih lama lagi.
"Nggak tau. Paling mampir dulu. Sayang, tiket mahal."
"Kemana?"
"Ke rumah temen abang waktu SMA. Nggak mungkin juga abang nginep di rumah dinasmu." Raksa sadar mungkin lebih baik ia pergi ke rumah temannya dan akan pulang keesokan harinya dengan menggunakan kereta. Raksa juga ingin mampir sebentar di Semarang.
"Maaf ya bang, abang malah jadi supir Hira hari ini."
Raksa yang sedang menyetir langsung mengulurkan tangannya ke arah pucuk kepala yang di lapisi kerudung itu, lantas mengusapnya pelan, "Iya nggak papa. Lagian abang juga kangen sama kamu. Kita pernah satu tempat dulunya, sempit-sempitan, main bola bareng sampe bikin mama kram perutnya. Jadi nggak ada yang salah dek." Hira tersenyum mendengar perkataan abangnya yang menyejukkan itu.
"Nggak mungkin juga kamu ke Jakarta kan? Yaudah abang yang ngalah kesini."
"Duh kenapa abang jadi bijak gini? Jangan bilang ketempelan setan kampus. Kan di kampus Hira banyak penghuninya." Tawa Hira langsung keluar.
Lalu dengan cepatnya, Raksa berdecak dan menatap sang adik malas, "Canda bang. Yaelah."Hira ini sebenarnya receh kalau diajak bercanda. Sewaktu kuliah perempuan itu mendapat angkatan yang punya selera jokes tinggi disamping kuliah yang menguras emosi tentunya. Alhasil kadang mereka bercanda dengan kadar selera humor tinggi yang membuat orang awam justru bingung.
Lantas mereka terdiam sesaat, sambil menikmati suasana kota Malang yang bikin orang ingin datang kembali ke kota pendidikan itu. Hira bersyukur hidupnya berpindah-pindah dan membuat kesan tersendiri baginya.
Kota Semarang tempat dirinya sewaktu kecil, walaupun panas, tetapi membuat dirinya rindu dengan kotanya yang ramah, rindu dengan suasana hujan kota Semarang yang menurutnya romantis itu. Kota yang telah membuatnya belajar tentang arti ikhlas itu.
Jogjakarta, jangan di tanya lagi. Kota ini membuatnya sangat betah. Suasana klasik yang membuat perempuan itu enggan berpaling dari kota penuh nostalgia itu. Jogja sudah menjadi bagian hidupnya dan akan selalu menjadi kota yang ia rindukan. Disana ia mendapat banyak pengalaman hidup yang tak ternilai.
Malang, kota yang baru baginya. Kota yang menurut Hira sebelas dua belas sama padatnya dengan metropolitan. Malang yang memberikan pengalaman baru dalam hidupnya. Kota yang membuat dirinya harus kuat menjadi ibu persit yang sesungguhnya, membuat dirinya survive dengan penuh perjuangan tentunya. Tapi Hira senang setidaknya dia ada banyak pengalaman yang bisa di jadikan pedoman hidup.
"Kapan abang nyusul Hira?" Tanya Hira tiba-tiba, memecah kesunyian yang sempat terjadi.
Raksa masih terdiam, tangannya sibuk mengendalikan kemudi.
"Do'ain aja."
"Udah ada calon?" Tanya Hira cepat karena ia butuh jawaban pasti.
"Belum." Sahut Raksa enteng. Lantas Hira mencebik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dersik
General FictionHutan, senjata, spionase, dan kawannya adalah hal mutlak yang akan selalu melingkupi hidupku. Namun tidak semudah itu ketika duniamu menolak akan hal mutlak yang kau jalani itu. Cerita ini hanyalah fiktif belaka, bila ada kesamaan nama, tempat, gel...