Kondensasi

12.1K 1.4K 52
                                    

kon·den·sa·si /kondénsasi/ n 1 Fis perubahan uap air atau benda gas menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun2 Psi penggabungan dua ide atau lebih yang ada di bawah kesadaran dan muncul sebagai ide tunggal pada kesadaran;
.
.

"Fajar kok jarang kelihatan dek? Kalian baik-baik aja kan?" Gayatri mengangguk sebagai jawaban di sela-sela makan malam keluarga. Gadis itu di suruh pulang oleh Lesmana untuk makan bersama, sekalian syukuran atas kelulusan Latika.

Mungkin jika bukan kakaknya, Gayatri tak akan pulang dan memilih untuk berkutat dengan pekerjaannya. Gadis itu lebih suka menghindari masalah daripada mendatangi masalah. Gayatri sudah menganggap jika keluarga adalah masalah. Terkadang ia masih kecewa dengan keluarganya tetapi di sisi lain gadis itu masih mencintai keluarganya, karena keluarganya dirinya ada, terlebih ia sangat mencintai mendiang sang mama. Tanpa keras kepala mamanya, bisa saja ia tak lahir ke dunia.

"Baik kok bang, Fajar lagi sibuk latihan sama pertandingan." Jelas Gayatri.

"Yah, minggu depan Mas Gemma dateng kesini."

"Gemma? Udah pulang dari Jerman?"

Latika tersenyum, meletakkan sendok garpunya, "Iya, tinggal wisuda."

Ayah tersenyum, "Kapan dia datang melamarmu Tik?"

Latika tergelak pelan, "Masih lama Yah, Tika belum internship juga, masih mau ambil spesialis juga."

"Kalian sudah pacaran lama, kenapa masih menunda?"

Lalu Ayah menoleh ke arah Lesmana, "Kamu juga Lesmana, kapan kamu menikah? Kamu sudah mau kepala tiga. Kapan kamu bawa calon mantu ke rumah?" Kini ganti Lesmana yang terkena omelan sang Ayah.

Lesmana nampak menghela nafasnya pelan, "Masih ikhtiar Yah, belum nemu yang srek."

Ayah berdecak, "Yang kamu pilih kayak apa? Biar Ayah cariin di antara teman-teman Ayah, barangkali punya anak gadis."

Lesmana menggeleng cepat, "Nggak perlu Yah. Lesmana bisa cari sendiri."

Sedangkan Gayatri hanya terdiam. Gadis itu selalu saja tersisih ketika berada ditengah keluarganya, terabaikan tak di anggap. Itu sudah terjadi sejak kecil. Ketidakadilan di keluarga sudah ia anggap biasa, sakit hati sudah membatu di hatinya. Hanya ada mental yang kian tergerus, merasa bahwa dunia hanya membuat dirinya mencaci dan terus menyalahkan.

Tiba-tiba gawainya bergetar, lantas gadis itu mengecek dan ternyata pesan dari komandannya untuk pergi ke markas. Lantas ia menatap jam tangannya dan berdecak pelan ketika diluar ternyata hujan deras. Lantas Gayatri menyelesaikan makannya dengan cepat.

"Maaf, Aya harus kembali lagi. Ada panggilan mendadak dari atasan Aya."

Ayah langsung meletakkan sendoknya, "Kerja? Di malam begini? Gila alasanmu itu." Ucapan Ayahnya barusan membuat Gayatri harus menebalkan sabarnya.

DersikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang