Sungai Anteseden adalah sungai yang sudah ada terlebih dahulu dibandingkan keberadaan struktur batuannya dan dalam perkembangannya aliran sungai mengikis hingga bagian struktur batuan di bawahnya. Pengikisan ini dapat diakibatkan erosi vertikal lebih intens dibanding erosi lateral.
.
.Gayatri menatap langit-langit kontrakannya. Gadis itu memikirkan beberapa hal yang sempat mengusiknya akhir-akhir ini. Namun pikirannya tiba-tiba tertuju pada siang tadi. Kejadian dimana pikiran dan hatinya tidak sinkron sehingga melahirkan pertanyaan konyol yang memalukan.
"Kita sebenarnya apa sih?"
Seketika suasana langsung canggung. Mereka saling menatap walau akhirnya Gayatri yang mengakhirinya, "ah ya, lupakan. Ayo kita masuk." Ucapnya. Lalu Gayatri segera melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil.
Di luar, Gayatri merutuki dirinya yang konyol. Mengapa mulutnya bertanya sesuatu hal yang memalukan itu? ah dirinya sungguh gila.
Gayatri cepat-cepat menggelengkan kepalanya. Lalu ia bangkit dari rebahannya dan berjalan menuju meja belajar yang sengaja ia letakkan di kamar untuk mengerjakan pekerjaan maupun hanya untuk sekedar belajar.
Gayatri duduk dan membuka jurnal yang ia kumpulkan dari beberapa sumber. Sesekali ia membaca dan membolak-balikan jurnal. Ia ingin menepis berbagai macam pikiran yang sejak tadi mengusiknya termasuk kejadian siang tadi yang masih melekat hebat di kepalanya. Rasanya sangat memalukan ketika Gayatri mengingat hal itu. Beruntung ia bisa mengendalikan dirinya dan Raksa yang nampak biasa saja setelah itu.
Namun tiba-tiba moodnya berubah, Gayatri lantas menutup jurnal tersebut dan mendesah pelan di tempatnya, pikirannya tiba-tiba tak fokus. Lalu ia membuka gawainya. Ia menghubungi Meta, tetapi nampaknya gadis itu belum juga membalas pesannya sejak siang. Meta ternyata ada acara keluarga yang mengharuskan gadis itu pulang ke Karawang.
Gayatri berdecak, lalu mencoba membuka berkas kasus yang sedang ia tangani bersama timnya. Ia membaca kembali berkas itu hingga tersadar bahwa pintu kontrakannya di ketuk beberapa kali. Lantas ia bangkit dari duduknya dan membukakan pintu.
"Wa'alaikumussalam. Iya sebentar." Sahut Gayatri karena ketukan pintunya yang tak sabaran itu.
Gayatri membuka pintu dan menemukan Raksa dengan membawa jaket berwarna hitam. "Astaghfirullah." Ucap Raksa reflek menutup matanya dan langsung berpaling membelakangi Gayatri.
Gayatri langsung melotot dan ia lupa jika hanya mengenakan celana di atas lutut dan tanktop. Langsung saja Gayatri menutup pintunya agak kasar sambil merutuki dirinya yang bodoh. Konyol sekali ia tak melihat dirinya yang asal keluar. Langsung saja Gayatri kembali ke kamar dan dengan cepat mengenakan celana kulot dan hoodie yang asal ambil.
Setelah itu Gayatri keluar dan Raksa masih setia berdiri di sana. Gayatri membuka pelan pintunya karena masih malu. Untung saja yang datang bukan laki-laki yang kurang ajar, jika iya, patah sudah hidung laki-laki yang kurang ajar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dersik
General FictionHutan, senjata, spionase, dan kawannya adalah hal mutlak yang akan selalu melingkupi hidupku. Namun tidak semudah itu ketika duniamu menolak akan hal mutlak yang kau jalani itu. Cerita ini hanyalah fiktif belaka, bila ada kesamaan nama, tempat, gel...