Radial sentrifugal adalah aliran sungai yang menyebar dari suatu titik puncak seperti gunung api, lakolit dan kubah.
.
.Entah mengapa perasaan Gayatri menjadi tak enak ketika gadis itu hendak masuk ke dalam rumahnya. Ia seperti merasakan akan terjadi sesuatu nanti. Tapi Gayatri tak tahu apa maksud dari perasaanya itu.
Sepanjang perjalanan tadi, ia tak yakin untuk pergi ke rumah. Tetapi Lesmana yang tak mau tahu menjadikan dirinya untuk tetap melangkahkan kakinya ke tempat dimana dirinya di besarkan.
Rumah yang sebenarnya teduh tapi bagi Gayatri sudah seperti tempat ujian hidup kini berada di depannya. Tempat itu menyimpan banyak kenangan yang lebih banyak di dominasi kenangan pahit. Tapi dari tempat ini juga ia paham dengan artinya perjuangan.
"Assalamu'alaikum." Salam Gayatri. Namun sepertinya rumah sepi. Apakah ayah pergi ke kantor polisi? lalu Lesmana?
"Wa'alaikumussalam." Jawab seseorang yang ternyata adalah asisten rumah tangganya. Namun sebuah pesan masuk ke gawainya, membuat Gayatri cepat-cepat untuk melihatnya.
'Abang masih di jalan. Kamu temui ayah dulu.'
Lalu Gayatri menatap Mbak Lala, "Ayah mana Mbak?"
"Di belakang Mbak." Ucap Mbak Lala.
Gayatri lalu berjalan menuju belakang rumah yang disulap menjadi kebun kecil. Kebun itu biasanya ditanami cabe, tomat, sawi dan berbagai jenis sayuran lainnya. Ayah sering meluangkan waktunya untuk berkebun di sana.
Gayatri melihat ayahnya sedang menyiram tanaman cabai. Ia hendak melangkah, tapi ada keraguan yang menggerogotinya. Gayatri lantas memilih mematung di ambang pintu yang menghubungkan dengan kebun tersebut seraya menunduk.
"Puas?" Suara berat memecah keheningan yang ada. Seketika Gayatri mendongak. Ayah menatap dirinya tanpa ekspresi yang justru membuat Gayatri semakin waspada. "Puas?"
Gayatri menatap sang ayah tanpa kata. Ia tak tahu apa yang di maksud dengan ayahnya itu.
"Puas? sudah selesai main dramanya? ini kan yang kamu?"
"Aya nggak faham dengan maksud ayah apa." Jawab Gayatri pelan. Ia tak berani menatap mata sang Ayah. Gayatri melarikan objek netranya ke arah kebun di depannya.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat mulus tanpa aba-aba. Tamparan tersebut membuat Gayatri tertoleh ke kanan. Pipinya langsung memerah dan rasa sakit langsung menjalar cepat di sekitar pipi. Gayatri langsung menatap ayahnya yang justru menatapnya nyalang.
"Kenapa? kaget?"
"Sia-sia saya besarkan kamu. Kalau tahu begini, mending saya paksa saja Reni untuk aborsi waktu itu!"
Gayatri terdiam. Ia kehabisan kata-katanya. Ia kehabisan rasa yang membabat habis pikirannya. Berulang kali ia menolak untuk mendengar kalimat itu, namun apa daya, bak kaset rusak yang terus mengiang di kepalanya. Hal itu membuat Gayatri kembali tertampar untuk kesekian kalinya.
"Salah saya apa?" tanya Gayatri lirih pada pria paruh baya di depannya itu. Ia tak bisa berkata lagi selain bertanya mengapa dirinya di benci dan dianggap sampah oleh keluarganya sendiri. Selama ini ia berusaha untuk sebaik mungkin dan tidak membuat malu nama keluarga, namun apa daya, ia tetap salah di mata mereka.
"Salah kamu apa? salah kamu adalah mengapa kau di pertahankan oleh Reni! kau sumber masalah! gara-gara kamu Reni meninggal! sudah tau kan? jangan pura-pura bodoh dengan kalimat yang sering ku ucap!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dersik
Fiksi UmumHutan, senjata, spionase, dan kawannya adalah hal mutlak yang akan selalu melingkupi hidupku. Namun tidak semudah itu ketika duniamu menolak akan hal mutlak yang kau jalani itu. Cerita ini hanyalah fiktif belaka, bila ada kesamaan nama, tempat, gel...