Intersepsi

11.5K 1.4K 102
                                    

Intersepsi adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi di atas permukaan tanah, tertahan beberapa saat untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan.

.
.

Gayatri terdiam dengan tangan yang masih menyambungkan telepon ke Lesmana. Pagi ini Gayatri mengagendakan untuk menelpon kakak laki-lakinya itu. Tetapi pikirannya tetap tak tenang. Ada hal yang membelenggu dirinya dan membuat gadis itu terus saja terbebani dan merasa gagal.

"Assalamu'alaikum?"

Gayatri tersadar dari lamunannya. Lantas gadis itu mengangkatnya cepat. "Wa'alaikumussalam."

"Abang gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik. Tumben nelpon abang? Ada apa?"

Gayatri mendengus kecil seraya terkekeh, kalimatnya agak menyentil batinnya, "emang nggak boleh ya Aya nelpon abang?"

Di seberang Lesmana nampak terkekeh, "nggak gitu. Nggak biasa kamu nelpon abang. Kamu kan sok sibuk."

"Hish! Yang sibuk selama ini kan abang!"

"Hmm iya deh." Seperti biasa, Lesmana lebih banyak mengalah daripada berdebat dengan adik-adiknya.

"Bang?" Antara kebimbangan Gayatri, gadis itu tetep harus menyampaikan sesuatu.

"Iya?"

"Minta doa restunya."

"Buat?"

"Aya hari ini dan kedepannya ada tugas, dan--berat." Gayatri nampak menghela nafasnya berat. Gadis itu menguatkan batinnya untuk tetap menyampaikan sebuah fakta yang harus di terima oleh semua orang.

"Abang akan selalu mendoakan yang terbaik untuk adik-adik abang. Yang terpenting kamu jaga diri dan jaga kesehatan."

Gayatri tersenyum tipis, matanya menatap hamparan langit agak biru dengan awan bersisik tipis. Saat ini dirinya sedang duduk di loteng kontrakannya dan menghadap matahari pagi.

"Jangan benci Aya ya bang. Aya nggak sekuat yang dikira." Ucap Gayatri pelan. Gadis itu menggigit bibir bawahnya pelan seraya menatap lipatan lututnya. Ia berpikir bahwa semuanya tak akan sama setelah ini dan seterusnya. Mungkin yang muncul hanyalah kebencian semata.

"Apa sih dek. Kamu ngaco tau nggak ngomong benci segala. Emangnya kamu salah apa sampai abang harus benci?"

Gayatri langsung mendongak ketika mendengar suara abangnya menyahut lalu menatap langit Jakarta yang selalu kelabu tertutupi oleh polusi. Ia tersenyum tipis dan mengusap wajahnya pelan. "Nggak bang." Singkatnya. Ia tak bisa berkata apa lagi selain menata hatinya. Rasanya kata-kata tak ada maknanya, hanya sebatas kalimat yang terlontar di bibir saja.

DersikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang