Sungai Resekuen, adalah sungai yang mengalir searah dengan kemiringan lapisan batuan sama seperti sungai konsekuen, namun sungai resekuen berkembang belakangan.
.
."Sh*t!" respon pertama Esa ketika Gayatri membeberkan nama yang diduga terlibat. Esa belum sampai berpikir sejauh itu, tetapi ternyata?
"Gue juga nggak percaya. Tapi tadi malam gue diskusi dengan salah satu AD yang sudah curiga lama sejak operasi yang gue jalani, tapi ternyata hasilnya begini."
"Gue udah koordinasi sama komandan tadi malam juga. Hari ini anggota udah disebar untuk mencari informasi." Lanjut Gayatri.
"Kita perlu bertindak juga Ya." Ucap Esa kemudian.
"And then kasusnya bukan hanya senjata kemarin. Kasus gratifikasi juga ternyata, gila." Lanjut Esa. Gayatri hanya bisa terdiam, pantas jika Kepolisian ikut terlibat langsung.
"Tapi pihak AD juga gerak kan? maksud gue ini kan udah menyalahi peraturan dari militer dan sangat fatal tentunya." Ucap Gayatri dan Esa langsung mengangguk mengiyakan.
"Mereka pasti sudah bergerak tapi belum dapat petunjuk yang valid. Lo tau sendiri kan orang kayak gitu pinter banget geraknya, kayak belut," ujar Gayatri.
"Cari datanya dong. Dari riwayat pendidikan hingga karir." Pinta Gayatri. Dengan segera Esa mencari data tersebut.
"Lulus Akademi tahun 2009. Belum ada catatan prestasi yang memuaskan. Karirnya mulus dan cepet naik pangkatnya juga." Ucap Esa ketika sudah mendapatkan datanya.
"Lo curiga nggak?" Esa mengangguk tanpa berpikir panjang.
"Beneran kita nuntasin kasus ini?" Gayatri mengangguk dengan tenang di tempatnya.
"Oh sh*t! jelek-jelekin nama instansi, anj**g!" saking kesalnya, Esa tak berhenti mengumpat sedari tadi.
Gayatri sedikit menguap. Tadi malam Lungo yang ia minum ternyata berpengaruh. Ia baru bisa memejamkan matanya pukul 2 pagi dan pukul setengah 6 sudah terbangun. Ditambah lagi ia belum sarapan.
"Gue keluar dulu ya Sa. Laper belum sarapan."
"Bangsul lo Ya. Gue mau ajak diskusi lanjut malah keluar. Ya udah sono, nggak lucu kalau keburu mati kelaperan."
Gayatri mencibir, "duh lemesnya mulut laki satu ini."
Esa dengan gerakan kesal, langsung mengusir Gayatri. Namun kemudian juga tertawa dengan tingkahnya yang menurutnya menjijikkan itu.
Gayatri lalu mencari Meta di bagian kantor Reskrim. Gadis itu kalau tidak turun ke jalan ya di kantor sambil kencan dengan komputer.
"Makan yok Ta." Ajak Gayatri tiba-tiba yang membuat Meta tersentak dari fokusnya menatap layar komputer.
"Astaga Aya. Untung gue nggak ngumpat. Thanks God! nggak sia-sia gue tobat dan ikut kelas rohani minggu kemarin." Ucap Meta yang kembali ke mode dramatisir.
"Makan yok." Ulangnya lagi. Intinya Gayatri sudah lapar saat ini. Ia tak bisa berpikir panjang kalau perutnya kosong. Kecuali kalau di paksa bisa, tetapi efeknya ia akan sangat lola dan mengantuk berat jika sudah sangat lapar.
"Kemana? gue udah sarapan seyeng." Senyum Gayatri perlahan luntur. Ia kira Meta sama belum sarapan seperti dirinya.
"Warteg depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dersik
General FictionHutan, senjata, spionase, dan kawannya adalah hal mutlak yang akan selalu melingkupi hidupku. Namun tidak semudah itu ketika duniamu menolak akan hal mutlak yang kau jalani itu. Cerita ini hanyalah fiktif belaka, bila ada kesamaan nama, tempat, gel...