Masih di malem yang sama di kamar Yujin. Cowo itu ngeiyain ajakan Wonyoung buat tidur di kasur yang sama. Lagian, Yujin cuma pura-pura mau tidur di sofa supaya di panggil nanti sama si Wonyoung.
Posisinya Yujin udah meluk Wonyoung sambil sesekali ngusap pelan kepala cewe itu.
"Ada yang deketin kamu, dek?" tanya Yujin, soalnya dia penasaran sama anak yang anterin pacarnya ini pulang.
"Hm? Maksudnya?"
"Ada yang deketin kamu? Temen sekelas gitu." Wonyoung ngegeleng, Yujin tau karena kepala Wonyoung nyandar di dadanya.
"Terus itu yang nganterin kamu pulang tadi siapa? Pake bilang aku gak ada hak buat anterin kamu pulang. Padahal aku pacar kamu"
"Dohyon?"
"Aku gak tau namanya, gak mau tau juga."
"Iya, dia lagi deketin aku belakangan ini. Anaknya baik banget tau, Jin." Yujin gak tau kalo Wonyoung udah senyum-senyum di sana.
"Terus waktu itu dia nemenin aku ke toko buku karena kamu gak bisa nemenin." Wonyoung bohong doang, dia pengen tau reaksinya Yujin.
Yujin sih kesel dengernya, resiko punya pacar cantik ya gini. Jadilah Yujin eratin pelukannya ke Wonyoung terus pura-pura tidur.
"Bercanda ih." Wonyoung nepuk dada Yujin karena cowo itu meluk erat banget.
"Dohyon, dia kembaran aku. Aku juga baru tau waktu papa ke sini. Dia udah tinggal sama aku setelah papa pulang."
"Tapi keliatannya dia suka sama kamu tuh." nadanya Yujin datar banget, bikin Wonyoung pengen ketawa karena pacarnya ini cemburu.
"Kalo dia suka sama aku, kan aku tetep punya kamu."
"Lagian, dia cuma kembaran aku, Yujin."
"Tapi beneran gak ada yang deketin kan?" Yujin pengen mastiin aja. Kalo ada, ribut sini sama dia.
"Emang kenapa kalo ada yang ngedeketin? Aku kan cantik"
"Shombong amat" Wonyoung ketawa, ngerjain Yujin tuh seru juga.
Mereka diem-dieman selama beberapa menit sebelum akhirnya Wonyoung mulai pembicaraan.
"Yujin"
"Kenapa, sayang?"
"Kamu ngantuk?" sebenernya Wonyoung udah ngerasain nafas Yujin yang mulai teratur tadi, tapi dia belum ngantuk.
"Lumayan, kamu gak bisa tidur?" Wonyoung ngangguk.
"Yaudah aku temenin sampe kamu tidur."
"Dulu waktu aku masih kecil, aku pengen jadi announcer kalo gak pengacara."
Yujin mulai mikir. Kalo Wonyoung jadi pengacara beneran, nanti hakimnya langsung setuju aja sama semua kata-kata Wonyoung-ya karena cakep. Terus kalo jadi announcer, nanti yang ada pada neriakin si Wonyoung semua.
"Kalo kamu gimana?" Wonyoung juga kepo sama cita-citanya Yujin waktu kecil.
"Aku?"
"Iya"
"Jadi duta shampoo lain, HAHAHA"
"Ih, Yujin! Serius" kata Wonyoung sambil nyubit perutnya Yujin
"Iya-iya, jangan dicubit terus dong"
"Cita-cita aku waktu masih kecil-"Yujin inget-inget dulu dia pengen jadi apa waktu kecil.
"-Penulis. Waktu kecil dulu, aku pengen jadi penulis."
Wonyoung sih pengen ketawa dengernya, secara kan Yujin gak terlalu suka baca buku. Masa cita-citanya jadi penulis.
"Kenapa mau jadi penulis?"
"Dulu aku sering nulis setiap hal yang aku alami, ya kaya semacam buku diary-"
"Cowo kok nulis diary."
"Belum selesai, sayangg" katanya sambil nyubit hidung Wonyoung.
"Selain itu, aku juga sering bikin cerita pendek buat di tempel di mading sekolah waktu sd dulu. Dan tulisan aku selalu di puji sama guru."
"Terus sekarang gak mau nulis cerita pendek lagi?" Yujin geleng pelan.
"Kenapa?"
"Aku mau nulis cerita aku sama kamu aja."
Cewe yang kira² bisa dipasangin sama Yujin siapa nih? Pengen dijadiin pelakor.
"Jangan gua"-Yuna
Tbc