51

1.3K 166 54
                                    

"Mau mampir?" tanya Lia setelah cewe itu turun dari motor Yujin.

"Enggak deh, udah mau hujan. Ini udah mendung banget." Yujin nerima helm yang tadi dia kasih pinjem ke Lia.

Gak pulang sama Wonyoung, tapi masih di bawa.

"Makasih ya" Yujin ngangguk. Baru aja nyalain mesin motornya, Hujan turun deres banget.






















"Jadi gimana?"

"Apanya?"

Wonyoung nyuruh Yuna buat dateng ke rumah. Dan di sini mereka sekarang, di dalem kamar Wonyoung.

"Lo sama Yujin, gimana?"

"Biasa aja"

"Lo yakin dia masih sayang sama lo?"

"Gini deh, belakangan ini kalian berantem mulu. Setiap ketemu, selalu berantem. Lo yakin Yujin gak bosen sama lo?"

"Yujin pasti masih sayang sama gue kok, Yun." jawab Wonyoung sambil meluk boneka kelincinya.

"Lo yakin?"


























"Siapa nih?"

Yujin terpaksa mampir dulu di rumahnya Lia karena hujan yang deres banget. Sepi, cuma ada supir sama asisten rumah tangga yang tinggal di rumah itu bareng Lia.

Rumah yang besar-terlalu besar. Bahkan dua kalinya rumah Yujin. Dan Lia tinggal di sana tanpa orangtuanya.

Yujin liatin semua foto-foto di rak sebelah tv. Nunjukin anak perempuan yang waktu itu umurnya 5 tahun senyum natap kamera yang mau foto dia.

"Cantikan Lia yang dulu, atau yang sekarang?"

Lia tiba-tiba dateng sambil bawa teh anget buat Yujin.

"Ini lo?" Lia ngangguk

"Iya lah"

"Nih minum dulu, biar anget." Lia kasih teh anget itu ke Yujin.

"Makasih"

"Tapi, cantikan sekarang sih" kata Yujin terus mereka berdua ketawa.

Yujin sendiri udah megang figura foto Lia tadi, terus dibanding-bandingin sama muka Lia sekarang. Malu-maluin.

"Kenapa? Beda banget ya?"

"Hehe, iya"

"Cantik kan butuh pengorbanan" kata-kata yang bikin Yujin natap Lia.

"Gue selama ini mati-matian buat diet, rajin ke salon. Semua itu buat siapa?"

"Buat cowo gue. Gue yang udah mati-matian gini aja, cowo gue masih gak ada waktu buat gue. Dia lebih milih main sama temennya."

"Jadi lo sama cowo lo sekarang mulai renggang gitu?" Lia ngangguk.

"Gue juga sih. Belakangan ini gue ngerasa stress karena pacar gue. Dia terlalu cemburu sama hal yang menurut gue sepele."

"Terus lo bela-belain beli novel itu buat apa?"

"Buat minta maaf, tadi gue udah bikin dia nangis. Ya karena dia cemburu, dan kondisinya gue cape karena abis latihan. Jadilah gue marah."

Lia ngerti yang dirasain sama Yujin. Karena dia juga ngerasain yang sama.

"Gue cape sama pacar gue. Lagian, buat apa pacaran kalo bikin cape. Gak ngerti lagi gue."

"Gue juga cape nyembunyiin kalo kenyataannya gue bosen. Buat apa pacaran kalo gak bisa jujur."

"Buat apa pacaran, kalo masih ngerasa sendirian."







































Sampe di rumahnya, Yujin jalan ke kamar terus langsung rebahan. Asli, dia cape banget karena harus pulang telat karena hujan.

Yujin cek hpnya, dan ternyata banyak misscall dari Wonyoung. Emang tadi Yujin sengaja matiin hpnya, toh dia asik ngobrol sama Lia.

Pintu kamar Yujin kebuka, nunjukin sang mama yang bawa telpon rumah ke kamar.

"Baru pulang?"

"Hm"

"Kenapa Wonyoung telpon gak diangkat? Nih" mamanya Yujin kasih telpon rumah itu ke Yujin terus keluar dari kamar cowo itu.

"Halo?"

"Yujin kamu kemana aja sih?! Kok aku telpon gak diangkat?"

Nada bicara Wonyoung yang kesannya marah seketika bikin Yujin kesel lagi. Padahal baru aja cowo itu baru mau bersikap lembut supaya mereka bisa cepet baikan.

"Kamu juga kenapa tadi gak mau pulang sama aku?" Jawab Yujin yang seketika bikin  Wonyoung diem.

"Udah ya, aku cape"
































































Putus putus
-yuna

Tbc

YujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang