Cinta Pertama di SMA

1.2K 96 14
                                    

Menatap walau hanya sesaat.

Matahari pagi yang cerah memancarkan sinarnya tanpa ragu. Sesosok gadis cantik keluar dari rumahnya untuk menempuh pendidikan.

Dia menggunakan seragam dan embel-embel layaknya siswa baru lainnya. Sangat menggemaskan memang. Gadis baik dan selalu ceria, begitulah pandangan orang lain terhadap dirinya.

****

Semua siswa baru dikumpulkan di lapangan utama yang sangat luas.

Diantara ratusan siswa tersebut, berdiri sesosok gadis mungil dengan senyum merekah diwajahnya. Dia memang sudah sangat lama menantikan hari ini.

Sekolah yang kini terpijak itu memang merupakan salah satu dari beberapa sekolah ternama di kota metropolitan tersebut. Tak heran jika satu angkatan lebih dari enam ratus orang.

Dilihat dari sudut manapun gadis mungil itu sangat cantik. Bagaimana tidak, rambut panjang dan bergelombangnya tergerai indah bak mahkota cantik tiada tara.

Dia memang memiliki paras cantik dan berkarakter periang, namun ada satu kelemahannya. Dia mudah jatuh cinta. Benar, dia Ajeng Putri. Gadis yang sangat mudah menaruh hati.

Meski dia sangat mudah dalam hal menempatkan hati bukan berarti dia mudah berpaling dan pergi. Intinya dia pintar dalam memulai namun bodoh soal mengakhiri.

••••

Suasana riuh didalam ruangan mulai berubah menjadi hening. Dengan langkah pasti seseorang memasuki ruangan tersebut tanpa menunduk sedikitpun. Tatapan matanya mampu membuat siapa saja tertunduk takut.

Begitu juga dengan seluruh siswa yang ada didalam ruangan itu, kecuali Ajeng.

Dia mengangkat wajahnya dan menatap setiap orang yang masuk dengan sangat lekat. Ajeng melihat dua pria dan seorang wanita. Ia tau mereka bertiga adalah seniornya, namun jika ditanya soal nama mungkin Ajeng tidak mengetahuinya.

Wanita yang baru saja memasuki ruangan tersebut kini terlihat tengah tersenyum kearah Ajeng. Tapi anehnya itu bukan senyuman ramah, melainkan senyuman merendahkan.

“Berani banget lo angkat wajah saat ketemu gue!” Suaranya menggema di seisi ruangan.

“Kenapa harus takut?” jawab Ajeng menyeimbangi teriakan wanita tersebut. Dia menjawab dengan tegas dan lantang.

“Udah-udah, maklumlah kan dia masih baru disini,” lerai salah seorang pria yang berdiri disampingnya.

“Oke kenalin nama gue Joyland Georga, dan ini temen gue Mayhara Agatha, kalo yang diujung itu Andrean Maidi.”

****

Entahlah perasaan Ajeng kali ini campur aduk. Dia kayaknya udah mulai suka sama cowok tadi.

Meski Ajeng sudah sering jatuh cinta, percayalah sosoknya itu tidak pernah menjalin hubungan. Dan yah mungkin dia sendiri tau kalau kali ini perasaannya berbeda.

Jika dulu perasaan yang ia punya tidak terlalu dalam dan lebih kepada kekaguman bukan cinta. Meski gadis itu selalu salah dalam mendefinisikan perasaannya sendiri, tapi kali ini Ajeng yakin kalau dirinya itu memang sedang jatuh cinta.

Kini Ajeng tengah berjalan sendiri menuju kantin yang ramai. Matanya terus melirik ke segala arah seperti tengah mencari sesuatu.

Entah bagaimana caranya ia menemukan seseorang yang sedari tadi terus berjalan memutar di otaknya tanpa berhenti sedetikpun.

Duduk di kursi yang dekat dengan pria tampan tersebut, itulah yang ia lakukan saat ini. Ajeng terus saja menatap tanpa henti dan tersenyum dengan lebar. Tatapan mata yang berbinar pun seolah menggambarkan ambisi untuk memilikinya.

Ajeng memanglah sesosok gadis yang penuh dengan ambisi. Jika ia berkata akan memilikinya maka tak ada yang bisa menghalanginya. Meski terkadang itu semua bisa saja menyakiti perasaannya sendiri.

Hal yang membuatnya seperti ini adalah kejadian kelamnya dimasa lalu. Dimana dia selalu merelakan apapun untuk orang lain. Karena dia berpikir pasti ada yang lebih baik untuknya. Namun entah mengapa prinsipnya kini berbeda. Jika aku suka maka akan aku kejar, begitulah dirinya saat ini.

••••

Tangannya sibuk mengaduk namun tatapannya tak pernah beralih dari pria yang ia cintai tersebut.

Ajeng merasa kesal sendiri karena pria dihadapannya itu tak pernah berbalik dan meliriknya bahkan satu detik saja.

Dia terus merutuki dirinya dan mulai menatap kearah minumannya yang kini tinggal setengah.

Kenapa? Ya karena sisanya berceceran ria di atas meja yang berada dihadapannya.

“Hehe mungkin karena aku ngaduknya terlalu cepet kali, ya?” ucapnya pelan sembari menatap cairan manis yang kini sudah terhempas begitu saja dari tempat asalnya.

Tanpa ia sadari ternyata ada sosok pemuda lain yang kini tengah menyaksikan tingkah konyolnya itu.

****

Bel telah berbunyi, menandakan jam istirahat telah berakhir. Ajeng berlari kecil menuju ruangan yang tadi ia tinggal pergi.

Secepat mungkin dia berusaha sampai tanpa telat sedikitpun. Dan yah mungkin kerja kerasnya membuahkan hasil, sosok Ajeng itu tidak terlambat dan bahkan ia merupakan orang pertama yang masuk kedalam ruangan tersebut. Benar-benar menakjubkan.

Namun setelah lama menunggu, tetap saja tak ada tanda-tanda kedatangan teman-teman yang baru dilihatnya itu.

Ketika otak miliknya tengah sibuk berpikir, tiba-tiba nama indahnya dipanggil dengan sangat keras entah dari mana asalnya.

Setelah suara itu tenggelam, Ajeng pun kembali berlari mengikuti petunjuk tersebut dan bergerak cepat menuju lapangan utama.

Ajeng penasaran kenapa dirinya dipanggil dengan cara seperti ini, dan kenapa harus di lapangan? Benar-benar mengherankan.

______________________________________

Maaf kalo sedikit gak nyambung, soalnya cerita pertama.

Jangan lupa vote ya🤗

~Semoga Suka~

Tragis [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang