prolog

1K 49 0
                                    

Pohon jambunya tak terlalu tinggi, tapi tetap terasa menakutkan. Melihat ke atas lagi, banyak yang sudah matang. Johny menunjuk dari bawah menggunakan galah, berusaha menggoyangkannya. Lalu Jaehyun berusaha menuju ranting yang temannya tunjuk barusan.

"Ini john?"

Johny Ibrahim, anak laki-laki berkaos merah itu mengangguk. "Itu tuh. Udah mateng."

"Banyak semut ini!" Susah payah memetik sebelum kemudian dilempar ke bawah. Yang malah salah sasaran.

"Aduh!" Gadis kecil itu menunduk, memegangi kepala nyut-nyutan. Dilihatnya buah hijau yang keras itu menggelinding. Baru saja mengenai kepalanya.

Alia, yang tadi berniat menuju rumah Cahya jadi terhenti. Masih terdiam ditempat tapi matanya berkaca-kaca. Pohon jambu yang barusan Jaehyun panjat ada di depan rumah temannya.

"Alia nggak papa? Aduh, maaf." Johny melihat kepalanya, tak berdarah. Paling nanti benjol. Mengusapnya perlahan, berusaha menatap anak kecil lebih muda tiga tahun darinya.

Tak lupa juga si pelaku, "maaf ya. Aku nggak sengaja." Teriaknya masih diatas pohon.

Pukul dua belas siang, mungkin beberapa orang sibuk bekerja. Yang punya pohon saja rumahnya hening. Hingga seorang perempuan dewasa keluar, hendak melihat jemuran. Tapi, "Alia kenapa John?"

Sebab gadis kecil itu masih membeku. Ingin menangis tapi malu. Namun kepalanya sungguh sakit. Jaehyun buru-buru turun, Mbak Hyoyeon adalah tantenya Alia. Bisa mampus dirinya jika Alia mengadu.

"Ini- anu ... "

"Mbak-" lirih sekali, Mba Hyoyeon mendekat.

"Aduh!" Hingga semua mata menoleh pada si pemekik.

Semuanya panik, melebarkan mata melihat Jaehyun yang tersungkur disana. Dan yang menjadi pusat perhatian adalah kakinya. Berdarah sangat banyak.

"Huaaaaaa ... "

Yang suara tangisannya lebih keras, Alia. Bukan si pemilik tubuh. Tapi si gadis kecil itu yang menangis hebat.

🍃🍃🍃

Hari itu juga, sorenya Jaehyun di pulangkan dari klinik. Orang berbondong-bondong melihat anak Pak Yono yang katanya jatuh dari pohon jambu kakinya terkena beling kaca.

Pecahan kaca yang  ibunya Cahya taruh di bawah pohon untuk sorenya dibuang, tapi malah mencelakakan orang. Pohon jambu itu, tak pernah dipanjat dan Jaehyun adalah orang pertama yang memanjat.

Biasanya, orang-orang yang mengambil jambu hanya akan menggunakan galah. Tapi Jaehyun itu bandel. Dia nekat manjat tapi berujung petaka.

Termasuk tantenya Alia datang untuk melihat anak laki-laki yang tadi ditolongnya. Bersama keponakannya yang bersembunyi dibalik tubuhnya. Jaehyun melirik, sampai sekarang heran dengan gadis kecil itu.

Bertanya-tanya kenapa menangis keras saat melihatnya jatuh hingga membuat tetangga lima rumah keluar semua. Padahal saat terkena jambu biji segengggaman tangan dewasa tak menangis sama sekali.

Lalu takut-takut saat melihat Jaehyun, selalu membuang muka saat berhadapan. Sedikit melirik kaki kanan Jaehyun yang di perban. Mengakibatkannya lebih dari seminggu memakai tongkat.

Menyedihkan sekali saat melihat teman yang lain bermain sementara dirinya hanya duduk menonton. Alia iba, duduk di samping Jaehyun. Melihat Johny, Haechan, Mark, Jeno, dan Cahya bermain kelereng.

Disana hening, kecuali dari teriakan teman lainnya yang sedang asik taruhan kelereng. Paling melengking suara Haechan saat berdebat dengan Mark karena dituduh curang saat melempar benda bulat kecil yang keras.

"Panas." Alia berdehem.

Jaehyun diam, sedikit melirik lalu kembali menonton. Bingung dan tak berniat membalas pernyataan gadis kecil di sampingnya.

"Nggak gerah?"

Yang baru Jaehyun balas, "gerah banget."

"Masuk rumah yuk, pengen minum." Sebab, lokasi bermain mereka di antara rumah Cahya dan Eyangnya yang berhadapan.

Jaehyun angguki, mengambil tongkatnya dan dibantu Alia.

Pintu rumah dibuka lebar, Mbak Hyoyeon dan Mbah Uty di dapur, sedang Eyang kakungnya masih bekerja. Alia dan anak laki-laki di sampingnya itu masih setia menonton temannya bermain dari ruang tamu. Duduk di satu kursi panjang.

Alia jenuh, ingin ikut main juga. Tapi kasihan dengan Jaehyun. Dia tak tega melihatnya sendirian bosan, wajahnya suram dan kelihatan kesal.

Hingga saatnya, tak terasa dan sedikit tak sadar ada yang mencubit hidungnya lalu berkata "pulang dulu ya." Saat membuka mata, samar dia melihat siluet laki-laki bertongkat keluar rumah.

________________________

________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'I want a some milk.'

Kalian pasti ngerti maksudnya😄

Something in RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang