"Jae, eum-" Alia mengeratkan pegangan. Yang tanpa sadar malah meremas baju Jaehyun. Laki-laki itu sedikit menyerong, "kenapa?"
Tak perlu teriak karena jalanan sepi dan Jaehyun membawa sangat lambat. Banyaknya, di kecepatan 20km/jam. Parah sekali.
"Gue mau ganti kerudung dulu boleh? Nggak lama kok. Beneran. Soalnya malu pakai mukenah gini, ribet juga."
Menggigit bibir karena tak ditanggapi. Namun lelaki itu menepikan motor di depan rumah eyangnya. Segera di lepas kain untuk sholat itu digantikan kerudung biru. Langsung keluar sambil menusukkan jarum pada kerudung.
"Eh!" Sudah diujung pintu tapi kembali masuk ke dalam. Membuat Jaehyun mengernyit. Namanya juga perempuan, meski sebentar tetap memakan waktu.
Tanpa aba-aba langsung menaiki motor setelah memakai sandal sambil menjawab pertanyaan eyangnya. "Ke Cafe Lucas yang."
Jaraknya tak terlalu jauh, tapi kalau pakai motor lebih cepat, hanya memakan waktu tiga menit. Letaknya di ujung gang. Yang saat sampai tempat itu cukup ramai. Padahal bulan puasa. Pun yang datang, muda mudi seperti dirinya dan Jaehyun. Sedang nongkrong dengan teman atau pacar.
Berdiri di samping Jaehyun di depan meja pemesanan. "Buat mushola ya mas?" Jaehyun mengangguk, lalu melirik kecil Alia yang sedang membaca menu di meja.
"Masih kurang lima Mas. Nunggu nggak papa?"
Kembali diiyakan si lelaki. Memilih kursi untuk duduk yang diekori Alia. Jaehyun doang yang pakai baju koko, sementara yang disini anak hits dan gaul. Pakaiannya modis model distro.
Pelanggan Lucas memang bukan hanya di daerah gang ensiti saja, Cafe itu banyak didatangi oleh anak muda dari berbagai tempat. Bisa dibilang, tempat nongkrong paling strategis karena lokasinya ditengah. Biasa tutup pukul sebelas.
Dan bayangkan jika Alia masih memakai mukenah sedang mereka disuruh menunggu. Alia bakal malu sampai ujung kuku. Bisa dikatai pak haji dan bu haji lagi ceramah ke cafe-cafe. Astaghfirullah.
Dan dengan kata menunggu pula membuat Alia teringat sesuatu untuk klarifikasi. "Jae-"
"Hmm ... " sambil menaikkan sebelah kanan alis tebalnya.
"Soal yang tadi sore itu- salah sambung. Sorry." Lalu menunduk sambil mengigit bibir. Yang Jaehyun tanggapi sambil terkekeh, "emang ngidam anaknya siapa sih?"
Alia berdecak, kemdian manyun karena merasa tengah disindir. Yang tanpa sadar Jaehyun memandang sambil menaikkan tangan untuk mengusap ujung kepala si gadis. Ah, imut sekali. Terus menyunggingkan senyum yang lebar, si Jaehyun.
Membuat Alia membeku. Tapi melihat si lelaki tertawa membuatnya segera sadar lalu berdecak. Merapikan kerudung yang sempat menceng karena ulah Jaehyun.
"Salah sambung terus juga nggak papa. Nanti kalo mau cerita telfon aja." Entah kenapa jadi sepercaya diri ini. Jaehyun merutuki diri.
Tak di tanggapi serius. Alia membuang muka. Melihat ke kasir dengan dua orang disana tengah bertransaksi. Lalu kembali menghadap Jaehyun, "lo suka banget Americano ya?"
"Iya."
Sempat Alia curi dengar saat di meja pesan jika Jaehyun me-riquest sebuah minuman diantara lima belas itu. Alia sempat ditawari, namun lebih memilih menyamakan dengan yang lain.
"Kalo lo?"
"Hah?" Alia mengerjap tak paham beberapa kali.
"Lo suka minum apa?"
"Eum ... " membasahi bibirnya sambil berpikir, padahal itu hanya pertanyaan santai, bukan soal SBMPTN. "Apa aja, yang penting manis. Hehehe ..."
Alia yang terlalu banyak senyum membuat Jaehyun kesulitan menyembunyikan salah tingkah. Pun jika tak menatap Alia nanti rugi. Jarang-jarang dia bisa berdua begini.
"Oh iya. Ini nih, gue mau bayar utang. Untung inget." Mengeluarkan uang seratus ribuan di atas meja. "Makasih ya."
"Gue nggak ada kembalian. Pegang lo dulu aja."
"Loh?" Padahal sudah seniat itu. Biar tak ada beban lagi bayar. Jadi nanti tinggal santai tak dihantui hutang.
"Alia."
Yang tadinya sedang memainkan kunci motor dengan gantungan tali jadi mendongak. Menatap Jaehyun sambil mengernyit. Beradu pandang sekian detik sebelum akhirnya membuang muka. Alia merasa tatapan itu terlalu dalam. Jadi terasa kaku dan terus menghindari lampu laser yang seolah Jaehyun nyalakan lewat tatapan.
Menunduk kembali memainkan kunci motor. Tapi Jaehyun belum angkat bicara. Saat itu, sedang di perhatikan wajah si gadis. Jaehyun ingin bilang 'cantik banget sih'. Alisnya, mata bulatnya, lalu turun ke hidung. Meski Alia tengak-tengok tak nyaman berusaha melihat sekitar dan mengelak dari tatapan Jaehyun. Tepat dibibir. Jantungnya berdegup cepat. Terus di perhatikan. Kemudian menggeleng cepat. Apa-apaan pikirannya? Untung sudah buka puasa.
"Kenapa Jae? Mau ngomong apa?"
"Ini Mas." Mengambil perhatian keduanya. Berdiri sambil melirik beberapa plastik berisi cup minuman yang sudah di susun.
Jaehyun mengeluarkan dompet. Membukanya untuk mengeluarkan kertas sebagai lambang transaksi. Yang ditahan oleh laki-laki berseragam itu, "katanya Bang Lucas nggak usah."
Membuat Jaehyun mengernyit. Keheranan tapi tetap mengeluarkan uang. Yang Alia liriki dompet itu. Tak tebal banget, isinya lumayan, dan ada receh. Terus maksud dari nggak ada kembalian itu apa?
Sampai Lucas datang, "Sorry Jae. Nunggu lama ya tadi."
"Enggak kok. Eh ini-"
"Udah Jae, buat anak tadarus kan? Bawa aja. Salam buat Taeyong sama Johny. Bilangin juga ke Yuta, jadi jarang kelihatan."
Lalu mengangguk. "Makasih." Pun Alia ikut tersenyum.
Membawa empat plastik masing-masing berisi empat cup di dalamnya. Melirik kedai sebelah sebelum Jaehyun menyadarkannya. Alia tersentak, lalu menaiki motor yang sudah siap melaju.
"Mau mampir?"
"Enggak."
"Yakin? Beneran?"
Diiyakan oleh Alia sebelum akhirnya Jaehyun lajukan motor. "Kalo mau makan ke Kedainya Pak Siwon bilang, nanti gue anter."
"Enggak Jae, nggak usah."
"Atau habis tadarus mau kesana?"
Astaghfirullah. Alia kesal. Untung sudah buka. "Enggak kok Mas Jaehyun yang ganteng MasyaAllah."
Aduh, tersipu. Jaehyun tahan senyumnya meski dimplenya sudah muncul. Pipinya merona yang untung malam hari gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something in Ramadhan
Fanfic"Ya, itu gue, Jaehyun." 'Gue bukan butuh jasa. Gue butuh istri. Ini Jaehyun, Alia.' Alia heran. Cahya, temannya itu kok mau sih dijodohkan? Melihat keputus asaan manusia yang takut mencoba. Pasti mencari jalan keluar termudah. Padahal, bagi Alia ja...