"Awas Ya!" Jaehyun memekik. Refleks memegang setir dari belakang membuat dada bidangnya menyentuh punggung Alia. Membuang nafas lega saat motor yang ditumpangi berdua itu kembali stabil. Lalu berkata, "minggir dulu Ya, biar gue yang bawa."
Namun tak diindahkan. Pun Jaehyun bukan laki-laki yang mudah menyerah. "Aliaaa ... " panggilnya. Biasa tapi terkesan seorang ayah yang memarahi anaknya. Entah kenapa suara Jaehyun jadi terdengar menggemaskan. Khas bapak-bapak.
Dengan begitu akhirnya berhasil membuat Alia luluh. Berhenti di pinggir jalan. Kemudian Jaehyun sudah turun dan berdiri di samping Alia yang bokongnya masih menempel jok.
Berinisiatif melepas pengait helm saat si perempuan mengucek matanya. Mengambil benda keras yang melindungi kepala dari di puajaan hati. Namun, si wanita masih sibuk dengan mata.
"Jangan di gosok terus matanya."
"Aduh, perih! Gatel juga!"
"Ya makanya. Tuh kan, jadi merah." Sekarang sudah berhadapan, dengan Alia yang menyerong.
Tangan halus itu kembali ingin menyentuh mata. Tapi Jaehyun cegah. "Sini." Dirinya yang berkata, sendiri pula yang maju. Jaehyun taruh kedua tangannya pada sisi kepala perempuan berjilbab. Mulai mendekatkan wajah untuk meniup-niup mata yang katanya sakit.
Hari ini terlalu indah. Banyak hal yang tak Jaehyun bayangkan terjadi. Menjemput pujaan, berboncengan, sampai turun di pinggir jalan yang parahnya si wajah bisa sedekat itu dengan yang di puja.
Mata yang di depan bibirnya berkecil kecil dengan tempo yang cepat. Gadis itu mendesis. "Udah udah, udah nggak papa kok."
"Makanya kaca helmnya di turunin biar nggak kelilipan." Sambil menjauhkan diri. Aduh, jantung Jaehyun mau copot rasanya.
"Gue yang di depan."
"Nggak usah." Menolak sambil kembali memakai helm pada kepalanya sendiri.
"Aliaaa ... nurut dong. Kalo ada apa-apa gimana?"
"Kok lo doain gitu?"
"Bukan doain, gue itu-"
"Yaudah, nih!"
Alia malas kalau harus dengar ceramahan. Turun dari motor untuk bertukar posisi. Jaehyun yang mengendalikan motor sedang Alia santai-santai. Menikmati pemandangan dibonceng cowok ganteng.
Jaehyun hentikan kendaraan itu di parkiran taman kota, mambuat Alia mengernyit heran. Dia pikir akan langsung pulang.
"Kok kesini?"
Jaehyun mengangguk, "barangkali lo mau jajan. Ada yang pengen dibeli nggak?"
Gadis itu mengerjap, sedang berpikir sambil menyamakan langkah Jaehyun di sampingnya. "Enggak."
"Beneran?"
Mengangguk lagi. Sementara Jaehyun menoleh membuat kedua manik itu bersinggungan dengan milik di gadis. "Atau mau beli es krim?"
Yang Alia tangkap ada nada mengejek dalam nada suara Jaehyun barusan didukung dengan wajah Jaehyun yang menurut Alia sedang meledek.
Gadis itu manyun. "Lo nyindir gue ya?"
"Kok nyindir? Kan gue nanya."
"Halah! Bilang aja mau ngeledek soal Nadia tadi. Lo mau nyamain gue sama Nadia kan?"
Jaehyun terkekeh. Kok bisa Alia memiliki sifat banyak begitu. Di tempat kerja tadi kelihatan wibawa, baik, kompeten, tapi kalau lagi diluar malah kayak anak kecil. Gemes manja gimana gitu. Ah, dasar Jaehyun saja yang bucin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something in Ramadhan
Fanfic"Ya, itu gue, Jaehyun." 'Gue bukan butuh jasa. Gue butuh istri. Ini Jaehyun, Alia.' Alia heran. Cahya, temannya itu kok mau sih dijodohkan? Melihat keputus asaan manusia yang takut mencoba. Pasti mencari jalan keluar termudah. Padahal, bagi Alia ja...