15 [ Lo lebih milih Jaehyun sama Yeri ya?]

211 24 0
                                    

Masjid itu ramai meski sholat tarawih sudah usai. Waktunya tadarus. Yang kalau tidak salah ada lima belas anak laki-laki dan perempuan di dalamnya. Pembagian juz yang setiap anak harus membaca satu juz. Agar lebih banyak khatam selama bulan Ramadhan.

Termasuk Haeun, anak kecil yang masih SD itu juga ikut mendapat bagian. Meski kurang dua lembar lagi sudah ngos-ngosan. Yang Alia bantu selesaikan sisanya karena lebih dulu selesai.

Hebatnya di gang ensiti, banyak anak yang masih berpartisipasi di mushola saat tadarus. Alia juga tak tahu sih bagaimana di kompleknya, sebab di sekitar rumahnya, Alia mengurung diri. Jarang keluar untuk sekedar jalan-jalan. Yang kalau sholat ke mushola langsung pulang. Alia sangat pasif di rumahnya.

Sebab tak ada teman, beda dengan di gang ensiti. Dia punya Cahya yang mengajaknya, juga si kecil Haeun yang merayunya.

Alia pandangi dari jendela, Mark, Jeno, Haechan-yang sepertinya sudah selesai membaca Al-qurannya- sedang merubung dengan beberapa anak kecil untuk menyalakan petasan. Well, mereka sudah berumur tapi tetap bertingkah anak kecil.

Mark yang pecinya sudah mereng, Haechan yang sarungnya sudah di diselempangkan ke pundak, berbeda dengan Jeno yang masih rapi dengan baju kokonya.

Lalu sebuah motor datang, si Jaehyun membonceng perempuan yang kalau tidak salah bernama Yeri. Membawa keresek hitam berisi makanan. Sedangkan laki-laki berbaju koko itu mengeluarkan semangka dari plastik.

Mark yang tadi sibuk memegang korek langsung berlari, mendekati Jaehyun lalu mencomot satu. Jaehyun pelototi sambil berkata, "awas loh mati! Belum cuci tangan udah makan lo!"

Laki-laki berpeci mereng itu masa bodoh. Duduk di pelataran masjid. Sibuk menonton diluar masjid, Alia tak sadar Yeri sudah di depannya. Menyodorkan keripik singkong.

Jadi begini, biar anak-anak betah buat tadarus, selesainya di suguhi makanan. Yang baru Alia rasa, ternyata enak makan bersama-sama. Anggap saja Alia bertemu teman baru.

Saking menikmatinya, keripik yang sedang dikunyah menusuk gusi. Aduh, Alia yang mulutnya bergerak akhirnya diam. Kok sakit sekali di dalam.

Keluar ingin berkumur di toilet, yang dia tangkap di dekat pengimaman, Johny, Jaehyun, Yuta, dan Bang Taeyong sedang berbincang. Jaehyun kelihatan baik-baik saja kok.

Laki-laki itu sesekali tersenyum mendengar Johny bicara, lalu menoleh ke Yuta dan Taeyong bergantian. Ah, Alia saja yang berlebihan. Dia yang terlalu dalam mendekripsikan perasaan.

Yang mana, bukannya reda. Gusinya perih. Aduh, gigi bolongnya sangat menyebalkan untuk diajak makan gurih. Alia ragu untuk kembali ke mushola. Memilih berjongkok di belakang pintu di luar.

Dia juga mendengar pembicaraan Jeno dan Haechan yang duduk di pelataran masjid. Sementara Mark sedang mengajari anak kecil bernama Chenle main wajah jelek. Meludahkan biji semangka ke wajah agar terlihat lucu.

"Jangan gitulah." Haechan terlihat bisik-bisik pada Jeno. Tangannya mencomot keripik dari plastik yang Jeno genggam.

"Gue nggak sengaja Chan. Untung lo gercep ngeluarin Jaehyun dari grup." Diam sebentar, Jeno meminum air dari gelas plastik. Lalu melanjutkan, "Tapi tuh si Yuta, kalo ngomong nggak ada filter."

"Yaiya. Makanya gue ngomong ke Johny biar jadi pawangnya Yuta. Suruh ngawasin congornya dia. Ntar salah ngomong lagi bahas nikahannya Jaehyun."

Alia tajamkan pendengarannya. Meski dalam mulutnya terasa sakit. Ini penting juga bagi dirinya.

"Bagus Chan. Orang ya, lo bayangin. Habis lo nulis di grup kalo gue itu cuman bercanda soal Jaehyun lamaran, si Yuta mau ngechat Jaehyun buat nanyain apa bener dia gagal lamaran. Edan kan tuh orang!"

Hechan terkekeh, "anjir! Padahal gue udah nulis pake capslock di grup biar nggak ngomong apa-apa ke si Jaehyun."

"Lo udah masukin Jaehyun lagi?"

Haechan mengangguk, "iyalah udah. Ntar Jaehyun curiga. Tapi gue khawatir kalo Yuta keceplosan! Apa gue ngeluarin si Yuta aja?"

"Ih! Ntar orangnya ngamuk! Tau sendiri kan."

"Iya juga. Aduh, sumpah. Gue nggak enak sama Jaehyun."

"Emang yang sebenernya ada apa sih? Sama Yeri?"

Yang pada saat itu harusnya Alia dengarkan dengan seksama. Giginya mekin meronta. Ingin Alia lepas saja dari mulutnya. Dia gigit kuat pipi dalamnya. Pokoknya jangan nangis. Meski sudah menunduk menutupi diri.

Ingin pergi juga tak enak. Pasti nanti ketahuan Haechan dan Jeno. Aduh, serba salah.

"Keliatan banget Yeri kesenengan tadi pas disuruh ambil jajan ke warungnya mbah Haji Sooman."

"Sst, udah jangan dibahas. Orangnya keluar."

Kok lama-lama pusing. Alia jadi terisak. Mau pulang aja, tapi malu jalannya. Nanti Haechan sama Jeno ghibahin dirinya, menjelek-jelekannya karena udah nguping.

Tapi- "Alia?"

Mau tak mau mendongak, bersitatap dengan mata pemuda di hadapannya. Aduh malu sekali. Beberapa saat lalu terdengar Jeno menjerit tertahan,

"Astaghfirullah! Gue kira setan!" Imbuh Haechan.

Jaehyun tajamkan tatapan, sebab Alia menatapnya memelas. Ikut berjongkok sambil mengerutkan kening. "Kok nangis?"

"Anu-" Alia membasahi bibir. Mukenah putih masih dipakainya. Bingung sekali ingin bicara apa.

"Kamu nggak papa?"

Lalu menunduk. Jadinya terisak beneran. Sudah malu, giginya sakit, di depan wajahnya ada Jaehyun lagi! Miris sekali saat ini. Untungnya tak mengundang perhatian dari orang dalam mushola kecuali Haechan dan Jeno yang masih menontonnya.

"Aku- pulang duluan." Sambil memakai sandal. Sampai lupa Cahya dan Haeun masih ada di dalam. Sedang cerita dengan yang lainnya.

Yang Jaehyun ikuti dibelakangnya, Alia saja tak sadar. Saat dikiranya mushola sudah tak terlihat, gadis itu berjongkok. Terisak kecil. Hanya Jaehyun pandangi dibelakang.

Diperhatikan, gadis itu membuang nafas panjang terlihat sedang menenangkan diri. Ya, Alia ingin terlihat baik-baik saja sepulang dari mushola. Dia mau langsung pulang ke rumah. Lalu menangis di kamar. Bukan di tempat orang.

"Gue ngerasa, Jaehyun perhatian banget sama Alia."

Haechan menaikkan kedua bahunya, "nggak tahu lagi lah! Namanya juga bucin. Habis disakiti tetep aja mencintai."

"Hah?" Iya. Jeno lagi yang budek. Apalagi saat itu, Chenle terbahak-bahak melihat Mark yang wajahnya berisi lima biji semangka. "Ih, kayak tahi lalat jadinya."

"Tutup mata aja Jen. Pura-pura nggak liat terus lupain."

"Emang kenapa? Lo lebih milih Jaehyun sama Yeri ya?"

Something in RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang