Yuju menyeruput minumnya semangat. Lalu memakan hidangannya, sambil mengunyah sambil berceloteh "teraktir kan?"
Ditatap tajam oleh Alia, "enak aja!"
"Eh, udah janji ya kemarin. Jangan pura-pura lupa."
"Nggak usah nyanyi deh!" Cibirnya.
Teman dengan kerudung putih itu tersenyum kuda. Menikmati sekali hidangan ayam dalam ember di depan mata. Tipe manusia yang sangat bahagia mendapat traktiran.
"Lo ngebet banget sih cari uang? Pasti tabungan lo banyak."
"Buat kuliah nanti." Katanya mengunyah nasi dengan lauk ayam crispy. Satu ember dengan milik Yuju yang memilih untuk memakan hidangan dari restoran junkfood.
"Emang kerja freelance gajinya berapa?"
Tak suka membicarakan gaji. Bahkan dengan orang yang sudah dekat, Alia naikkan kedua bahunya. "Lumayan. Minimal Gajian dari ngajar bisa utuh."
Yang mana, uang untuk kebutuhan sehari-harinya adalah dari kerja freelance.
Alia menguap, yang langsung Yuju komentari, "ih jorok. Perawan kok nguap nggak ditutup. Lebar banget lagi, ih! Malu-maluin."
Memang begitu, sejak SMA begitulah sifat Yuju. Anehnya, persahabatan mereka awet. Sebab Alia juga tak terlalu memusingkan ucapan orang.
"Lo pasti lembur semalem. Nih, mumpung tanggal merah terus yayasan lo libur. Bukannya dipake buat tidur malah ngelayap sama gue."
Alia berdecak, "ngaca ya, yang tadi ngajak main siapa?"
Keduanya terkekeh. Kemudian Yuju menunjuk seseorang, "itu Renjun bukan sih?"
Temannya itu ikuti tunjukan tangan Yuju. Menuding dua orang berjalan saling jejer. Sampai Yuju dengan tak tahu malunya melambai, menaikkan tangan setinggi-tingginya. Bahkan, orang yang yang disekitar sampai menoleh membuat Alia segera menutup wajah lalu pura-pura sibuk dengan ponsel.
Parah memang membawa teman model Yuju ke tempat ramai. Urat malunya di pertaruhkan. Hingga manusia yang dimaksud sadar dan mendekat. Tanpa dipersilahkan duduk di bangku yang kosong. Kebetulan mereka duduk di meja dengan empat kursi.
"Ini siapa?" Menunjuk laki-laki dengan jaket abu-abu dan topi hitam duduk di dekat mereka.
"Babu gue!"
"Sembarangan!" Sangkalnya tak terima. Lalu memperkenalkan diri, "Jisung. Keponakan Renjun."
Alia kekehi, "gue kira dia abang lo." Membuat Renjun menatapnya tajam, lalu diimbuhi Yuju, "abisnya lo pendek. Makanya tumbuh tuh ke atas. Sama ponakan aja kalah!"
Jisung terkekeh, sementara Renjun melotot. Kesal. Mengobrol banyak yang lebih meledek Renjun, apalagi Yuju yang memang omongannya nyablak sedikit pedas.
"Sembarangan lo! Emosi sumpah gue disini. Alia, bantuin gue kek. Lo tuh malah kayak penonton bayaran, cengengesan doang."
"Lagian nih Njun, kayaknya Jisung itu bukan keponakan lo. Nggak ada yang namanya keponakan lebih-" langsung mulut laknat itu Renjun masuki ayam yang tinggal satu.
Renjun melotot pada Jisung, "lo juga. Pasti kesenengan dipuji-puji temen gue. Pulang sendiri lo!"
Yuju berdecak, "ah elah, lo tuh ngambekan banget sih."
"Bodo!"
Hafal sekali tempramen Renjun. Laki-laki itu mudah tersulut, makanya Yuju paling suka jika meledeknya. Kemudian mereka lanjutkan jalan, jadi berempat memasuki toko buku dalam mall. Tapi malah mencar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something in Ramadhan
Fanfiction"Ya, itu gue, Jaehyun." 'Gue bukan butuh jasa. Gue butuh istri. Ini Jaehyun, Alia.' Alia heran. Cahya, temannya itu kok mau sih dijodohkan? Melihat keputus asaan manusia yang takut mencoba. Pasti mencari jalan keluar termudah. Padahal, bagi Alia ja...