44 [cari Alia ya mas?]

131 22 2
                                    

Jaehyun ragu, awalnya melirik sekilas bangunan di depannya. Tapi kemudian mengangguk sebelum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan langkah. Kalau tadi pagi ada ibu-ibu menunggu anaknya sampai di luar, kali ini hanya ada di dalam, itu pun empat orang saja.

"Cari siapa mas?" Jaehyun tersentak, menoleh kecil pada ibu-ibu di dekatnya.

"Alia bu."

"Oh bu Alia. Di dalam mas."

"Iya bu, makasih."

Kakinya melangkah masuk, langsung disambut wanita berkerudung hitam. Tersenyum dan berkata, "cari Alia ya mas?"

Jaehyun mengangguk. Tersenyum sebagai rasa sopan. Tapi yang ditanggapi malah tersipu. Yaitu Sowoon. "Masih ada kelas mas. Tunggu saja dulu."

"Kalau begitu-"

"Iya mas. Duduk dulu disini. Sambil menunggu. Nggak lama kok mas." Buru-buru karena Sowoon sendiri gugup.

Bukan ingin menjadikan Sowoon perempuan ndeso, tapi Jaehyun memang terlihat sangat menawan meski dengan hoodie dan celana jeans yang sederhana. Dan satu lagi, nggak semua perempuan bisa masa bodoh atau menyembunyikan salah tingkahnya di depan cowok ganteng.

Jaehyun awalnya hanya ingin memberikan kunci lalu pulang sambil menunggu Haechan yang katanya menyusul setelah sholat ashar dulu. Akhirnya menurut untuk duduk di depan. Berjarak tiga kursi dari beberapa wali murid, tepat di depan kelas Alia yang tak ditutup.

"Wah, bagus nih gambarnya. Sip." Yang Jaehyun dengar jelas suara Alia, gadis itu sambil mengacungkan jempol pada seorang anak kecil yang mungkin berumur empat tahun.

"Loh, Ka Nad ada yang ketinggalan?" Membuat atensi manusia di ruangan itu tertuju pada anak kecil di pintu, kemudian disusul si ibu. Sowoon mendekat, berjongkok pada anak kecil berambut sebahu dengan mata merah.

"Mau sama bunda." Lirihnya sesenggukan.

Si ibu kemudian angkat bicara, "maaf bu sebelumnya, Nadia nangis di rumah. Katanya mau sama bu Alia. Jadi kesini."

"Oh iya bu. Nggak papa." Sowoon berusaha ramah. Tahu sendiri, tugasnya sebagai kepala disana selain mengurus unit adalah mengawasi anak-anak. Memperhatikan gerak geriknya juga.

Dan Sowoon sangat paham, Nadia adalah anak didik Alia yang sudah sangat dekat. Ibarat anak yang sudah nyaman sulit untuk lepas.

"Bunda di dalam."

"Tapi janji ya abis ini pulang. Jangan lama-lama. Bunda sebentar lagi pulang."

"Iya ma..." mengangguk lalu berlari menuju kelas.

Masih Jaehyun perhatikan, Alia terkejut dengan anak kecil yang langsung mendekat ke arahnya. "Loh, Ka Nad ada yang kelupaan?"

Menggeleng, rambut berantakannya Alia rapikan. Mengelap keringat di dahi dengan tissue di sampingnya. Lalu menghapus jejak tangisan dekat mata merah.

"Kangen sama bunda." Ucap Sowoon di dekat pintu. Menghalangi pandangan Alia dari Jaehyun. "Oooh, kangen banget ya sama bunda. Yaudah sini duduk dulu."

Oh begini cara Alia dekat dengan anak-anak. Aduh, otak Jaehyun mulai ngelantur lagi. Kira-kira kalau sudah punya anak nanti mau dipanggil papa, ayah, abi atau papi ya?

Terus nanti Alia kira-kira dipanggil bunda, mama, ibu, atau umi ya? Kayaknya anak cewek lebih lucu. Tapi nanti kalau anak cowok juga oke buat diajak main bola. Atau mungkin kembar saja biar dapat dua-duanya? Bukannya dikeluarganya dan keluarga Alia tidak ada keturunan kembar?

"Kamu disini Jae?" Akhirnya sadar. Alia keluar ruangan baru selesai mengajar dan sedikit merapikan kelas. Ruang tunggu sudah sepi sejak beberapa menit lalu. Disusul Airin yang ikut terkejut. Wajahnya malah merona tersipu. Jaehyun itu pandai membuat perempuan jantungan meski tak melakukan apa-apa.

"Iya Bu Alia. Nunggu dari tadi." Kata Sowoon.

"Lo bawa motor sendiri Jae?"

"Enggak." Jawab laki-laki itu. "Tapi-"

"Nggak papa. Kalian pulang dulu."

"Tapi mba Airin, kan hari ini jadwal-"

"Nggak papa. Hari ini biar Mba Sowoon yang gantiin."

Merasa tak enak. Dengan rekannya pun dengan Jaehyun. Tapi Sowoon terus mengatakan tak apa ditambah katanya Jaehyun sudah menunggu agak lama, Alia menurut.

Padahal jadwalnya membuat modul untuk hari esok. Bagusnya tubuh lelahnya bisa cepat istirahat. Menuju parkiran diikuti Jaehyun. "Makasih Jae."

"Iya."

"Kata montirnya gimana?"

"Gue bawa service Ya."

"Lah-" berbalik menatap laki-laki jangkung itu. "Totalnya berapa?"

"Udah nggak usah."

Alia menampilkan wajah kesal, "nggak gitu ya. Gue ngerti lo baik, tapi nggak baik-baik banget kayak gini juga."

"Cuman seratus."

"Nggak mungkin. Lo pikir gue nggak pernah service gitu? Gue tanya serius Jae, berapa? Lima ratus?"

"Itu-"

"Bunda mau pulang Nad." Membuat gadis itu berserta Jaehyun menoleh. Anak kecil itu lagi, berlari menuju Alia yang diujung parkiran.

"Kak Nad belum pulang?" Padahal sudah keluar kelas dari tadi. Alia berjongkok, mengelap wajahnya yang suram. Sementara ibunya mendekat, "maaf ya bu. Ayo Nad pulang."

"Mau sama bunda aja." Katanya memeluk Alia.

"Bunda mau pulang." Ucap mama si kecil.

Anak itu merengek. Menghentakkan kaki ke paving keras. Matanya kembali berkaca-kaca. Alia merasa memang harus bicara. "Iya, bunda mau pulang. Nadia juga pulang ya. Kan mama capek tuh ngejar Nadia terus."

"Tapi nadia mau sama bunda!"

"Kan Nadia hari rabu besok mau ketemu sama bunda." Rayunya pada anak  bergigi ompong itu, meski bergitu tetap terlihat cantik dan lucu.

"Nggak mau!"

"Iya, Nadia hari rabu ada kelas sama bunda." Ibunya ikut menanggapi. Anak itu malah semakin manyun.

"Yaudah, Nadia mau peluk bunda nggak?"

Bagusnya mengangguk sebagai jawaban, lalu Alia lanjutkan, "tapi habis itu pulang ya sama mama."

Kembali merajuk kalau sudah dengar kata pulang. Anak itu menangis. Alia usapi pundak kecilnya halus. Sampai mamanya berkata, "maaf bu, ayahnya baru berangkat ke hongkong kemarin jadi agak gitu. Nadianya masih kangen sebenarnya tapi udah harus berangkat."

"Ooh, gitu ya bu." Alia mengangguk maklum. Menatap Nadia penuh arti, "bunda mau belikan es krim buat nadia mau?"

Anak kecil diiming-imingi jajanan dingin dengan rasa manis itu pasti mengangguk. Pun sama dengan Nadia. Membuat manusia itu menuju market depan bangunan yayasan. Diikuti Jaehyun juga. Masih penasaran dan suka melihat Alia yang akrab dengan anak kecil.

Sambil menuliskan pesan di ponsel membalas Haechan yang mengirim pesan 'sorry lama. Gue mandi sekalian. Udah deket nih.'

Jaehyun balas, 'nggak usah. Jangan. Gue mau balik sama Alia. Lo pulang aja.'

Sudah pasti Haechan mengumpat setelah membaca pesan itu. "Kampret! Gue udah bela-belain k
esini malah begitu. Ah! Kalo bukan temen udah gue ajak baku hantam. Buang-buang bensin doang."

Begitulah Haechan. Tapi tetap menurut ucapan Jaehyun. Manusia yang saat ini masih memperhatikan kedekatan anak kecil bernama Nadia dan pujaan hati.

"Udah bunda beliin kan? Nadia pulang ya. Nanti kalo Nadia kangen boleh nelfon bunda."

Akhirnya mengangguk sambil sibuk menjilat es krim. Alia lanjutkan perkataannya. "Dengerin mama ya. Nanti bunda kasih gambar banyak buat mewarnai kalo nurut sama mama."

Mengangguk lagi dalam gendongan mamanya. "Makasih bu Alia. Maaf merepotkan."

Alia tersenyum, "nggak papa bu. Saya maklumi. Namanya juga anak-anak."

Yang entah sejak kapan, Jaehyun sendiri malah lebih banyak tersenyum. Seolah membuat rasa sukanya semakin dalam dengan melihat sisi lain Alia.

Something in RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang