"Yang lotak-kotak abu itu loh Juy." Lirih Alia dekat telinga temnnya. Gadis itu menurut, mendekat patung berpakaian yang Alia maksud.
"Yang ini?"
Diangguki semangat oleh Alia. Lalu melirik harga yang membuatnya tersenyum kuda, "eh Ju, gue udah punya kayaknya di rumah. Cari yang lain aja yuk." Kemudian menarik lengan Yuju yang dibalut kaos putih itu menjauh keluar dari toko.
Yuju tahu alasannya sampai Alia berbohong di waktu puasa begini. "Mehong banget ya?"
Lalu manyun. Alia mengangguk kecil, berjalan menuju eskalator untuk naik ke lantai atas. Menjelang lebaran, banyak sekali orang-orang yang memadati tempat perbelanjaan. Sama seperti Alia yang mengajak Yuju untuk cuci mata sekaligus memanjakan diri dengan baju baru nanti saat idul fitri tiba.
"Besok anterin gue dong ke pasar. Mungkin ada kali ya KWnya. Yang lebih murah dikit."
"Traktir apa nih gue?"
"Dasar matre!"
Yuju tak akan ngambek. Karena temannya tahu mana serius dan bercanda. Walau kadang, malah Alia yang jadi pemarah dan baperan.
"Kalo aja nggak puasa, gue udah minta traktir solaria."
"Astaghfirullah! Dasar teman laknat."
Alia gandeng temannya menuju toko buku, "lah, lo mau beli buku?"
"Iya." Siapa tahu lihat Jaehyun gitu.
"Beli baju nggak mampu, giliran buku aja ngotot." Cibir Yuju.
Entah kenapa, jadi deg-degan sendiri. Melihat satu persatu pegawai berseragam biru dongker disana. Dari ujung ke ujung sampai Yuju bertanya, "Ya, lo beli yang mana? Muter doang nih?"
"Kan masih milih." Katanya memegang satu buku. Lalu menaruhnya, berpindah pada rak sebelah. Jaehyun tak ada? Apa dia kedapatan shift malam lagi?
"Sampe kapan? Gue mual-mual nih deket buku. Ntar puasa batal."
Yang sebenarnya gadis itu merasa boring. Paling malas kesana jika bersama Alia. Susah untuk diajak pulang jika sudah masuk. Paling sebentar dua jam cuma buat melihat buku. Sampai Yuju mules dan pingsan baru si Alia keluar.
"Yaudah yuk, pulang." Pasrahnya sebelum melihat ke pintu, dimana lelaki yang dicari ada disana. Sedang bercengkerama dengan perempuan berbaju pink. Langsung Alia tanamkan dalam otak, 'dia cuma pelanggan.' Apalagi Jaehyun terlihat sedang menjelaskan.
Gadis itu mulai berjalan, tangannya jadi gemetaran. Idiih, Alay! Batinnya sendiri mencibir. Namun dia malah berhenti pada sebuah rak. Pura-pura memilih buku setelah mendengar dua pramuniaga disana menggosip.
"Segitunya April mengejar Jaehyun?"
Yuju mengernyit, "kok berenti? Yuk balik."
Alia menempelkan telunjuk depan bibir membuat Yuju semakin bingung dibuatnya. "Kenap-" yang kali ini malah Alia tutup bibir si teman dengan telapak tangannya.
"Dia yang ngejar, gue yang malu."
"Iya dih! Mempermalukan kita aja sebagai perempuan."
"Justru katanya Ini adalah wujud emansipasi kita sebagai wanita."
"Ya nggak begitu juga. Emang Jaehyun udah keliatan jadi suka sama dia?"
"Tuh buktinya."
Yang Alia paham maksudnya. Jadi memandang ke arah dekat pintu dimana Jaehyun sedang tertawa bersamanya. Oh begitu. Batinnya memberi tahu otak untuk sekali-kali belajar tak memikirkannya.
Menarik nafas panjang. Lalu keluar begitu saja bahkan melewati Jaehyun yang sadar Alia ternyata ada di dalam toko tempatnya kerja. Tanpa menoleh bahkan menyapa.
Yuju saja jadi kesal. Merasa dipermainkan sebagai teman yang entah karena apa. Tanpa sebab. Mengikuti jalannya Alia yang kali itu begitu cepat. Duduk asal di bangku.
"Anjing- eh Astaghfirullah Ya! Lo tuh mikir nggak gue masih di dalem? Kenapa lo tinggal?"
Dan Alia terdiam. Tak berniat menjawab. Otaknya sedang berkelana. Mulai menyadarkan diri dan hati. Dia bermonolog tanpa suara. Hanya hatinya yang tahu.
Jaehyun itu memiliki kehidupan pribadi. Kalau seandainya laki-laki itu baik, pasti karena ingin dapat pahala. Bukan karena memiliki rasa. Yang Alia kira bentuk perhatiannya ada sesuatu dibaliknya, ternyata hanya sebatas sifat kemanusiaannya.
Harusnya Alia sadar dari awal. Dia lupa Jaehyun memiliki kisah tersendiri. Yang mana, perempuan bukan hanya dirinya. Masih banyak diluar sana yang terang-terangan meluapkan rasa. Teman perempuannya pasti sebanyak sifat perhatiannya. Entah teman masa sekolah atau juga teman kerja.
"Gue ngomong Alia! Lo dengerin nggak? Duh, bisa batal nih puasa deket-deket orang gila." Ucapnya setelah melihat Alia menatap lurus ke depan sambil tersenyum kecewa.
Dalam hati, Alia merendahkan dirinya. 'Gue itu cuman butiran debu dimatanya. Tapi dengan nggak tau dirinya gue malah terus berharap!'
Segalau itu dirinya, sampai Yuju makin kesal dibuatnya. Tak menggubris perilaku Yuju meski sudah menyenggol, menyubit, menginjak dan yang terakhir meninggalkannya.
Alia enggan bergerak, apalagi beranjak. Tak peduli Yuju sudah melesat entah kemana. Meski lima belas menit kemudian kembali. Tak tega pastinya. Dan sedari tadi memang hanya memperhatikan Alia dari jauh.
Sampai Yuju menyerah, mengeluarkan jurus andalannya. "Gue cium Ya, lo harus sadar!"
Baru Alia menoleh. Bukan heboh menolak seperti biasanya, tapi menaruh tatapan malas. Seolah berkata, 'emang gue pikirin?'
Lalu Yuju kembali misuh. "Lo kerasukan apa sih? Di gramed tadi lo ketempelan apa?"
Yang mana, dijawabi senyuman getir. Yuju mengingatkannya lagi pada patah hati. Sudah cukup retak seperti dulu. Dia rasa kisah cintanya tak ada yang lebih baik sama sekali. Selalu bertepuk sebelah tangan.
"Cewek ... " panggilan kedua ini membuat Yuju menoleh. Padahal yang pertama sudah diabaikan. Merasa kenal dengan suara itu, "Renjun?"
Kedua pemuda itu mendekat. Berbasa basi. "Kok disini?"
Yuju mengangguk. "Iya dong. Shopping."
"Idiw!"
Renjun melirik Alia yang tampak lemas. Tak ada sapaan sama sekali. Tatapannya kosong. Padahal hatinya menangis. Dia hanya sedang menahannya seribu kali lipat agar kuat.
Renjun berkontak mata dengan Yuju yang masih duduk. Melirik Alia sebagai bahasa isyarat dari, 'dia kenapa?'
Yuju jawabi dengan gelengan, menaikkan kedua bahu, lalu menarik telunjuk miring di depan kening. Mengatai gila si sahabat.
"Kenapa Ya? Mau beli buku?" Tanya Renjun setelah mendengar kelengkapan cerita dari Yuju. Pun masih Alia abaikan.
"Bukunya habis? Atau cari buku matematika yang waktu itu? Gue pinjemin mau? Atau-" melirik Yuju sebentar, "peliharaan lo nakal?"
Sontak Yuju melotot. Sementara laki-laki di samping Renjun yang tadi memperkenalkan diri sebagai Jun itu tersenyum menahan tawa.
Barulah Alia bersuara, "mau beli es krim Njun."
Membuat semuanya mengernyit. Melirik jam yang masih pukul tiga sore. Renjun ambil kesimpulannya, "lo nggak puasa ya?" Lalu menepuk kepala si perempuan. Bertengger cukup lama tanpa diprotes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something in Ramadhan
Fanfic"Ya, itu gue, Jaehyun." 'Gue bukan butuh jasa. Gue butuh istri. Ini Jaehyun, Alia.' Alia heran. Cahya, temannya itu kok mau sih dijodohkan? Melihat keputus asaan manusia yang takut mencoba. Pasti mencari jalan keluar termudah. Padahal, bagi Alia ja...