Sebagai makhluk biasa, manusia memang tak luput dari yang namanya dosa. Memiliki salah dengan sesama makhluk Tuhan yang jauh dari kata sempurna.
Entah disadari atau tidak. Sebuah kesalahan yang tak disengaja membuat salah satu manusia merasa disudutkan. Yang dalam artian tertentu, kesalahan orang lain membuat satu manusia dilanda panik. Merasa tak enak hati pada kesalahan yang yang tak berarti bagi yang lain.
Itu Jaehyun, yang mendadak galau karena balasan pesan Alia. Di pos ronda yang di sampingnya ada Haechan, laki-laki itu terlihat frustasi.
Sebelumnya, Jaehyun hanya merasa tak enak hati. Kalau kata Haechan yang tadi menjadi tempat curhatnya, "lo terlalu posesif. Cewek manapun kalo dikekang pasti nggak betah. Apalagi nih, di status lo yang bukan siapa-siapa karena lo belum ngajak dia menjalin hubungan."
Haechan, meski nakal dan suka jail, kalau sudah diajak serius bisa jadi enakan. Apalagi kadang, ucapannya yang kalau sedang bercanda sangat laknat, tapi dalam keseriusan seperti kata mutiara.
Maka dengan kebimbangan, segera dia kirim pesan pada Alia. Ingin minta maaf. Tapi belum tersampaikan. Karena baru pesannya yang berisi huruf 'P' tanda kutip salam dalam menyapa di pesan watsapp.
Yang disana sudah mengirim sebuah foto. Wajah Alia yang sedang memeluk bantal sambil terisak. Jaehyun melebarkan mata. Khawatir tingkat tinggi.
Sementara disana, Alia kembali tak tahu. Sebab yang selama itu memegang ponselnya adalah Yuju. Kembali Yuju menjadi biang dari salah kirim. Niatnya untuk mengirim pada Renjun agar berhenti meminta Alia bertemu, untuk membuktikan pada temannya itu jika Alia bukan beralasan, tapi Alia memang benar-benar tak baik-baik saja.
Sudah tahu salah kirim. Tapi Yuju itu pendendam, tak dihapus pesannya. Dia biarkan saja si pemilik nomor Jaehyun melihat. Dimata Yuju, biar laki-laki yang sampai sekarang belum membayar mahakarya temannya itu segera sadar. Meski kenyataannya, Yuju salah besar.
"Gue harus gimana Chan?"
Haechan menaikkan kedua bahu. "Gue nggak pernah pacaran. Nggak ngerti harus gimana. Tapi mungkin disamperin aja kalo berani. Minta maaf ke Alia."
Masih coba Jaehyun pikirkan. Dia hentakkan kaki ke tanah, menggigit bibir terus berpikir keras. Dia ambil lagi ponselnya, 'sekarang dimana?' Kalimat tanya itu dikirim.
Tak perlu menunggu lama sudah bercentang biru. 'Ngapain? Mau membayar kesalahan?'
Tepat sekali mengenai hati Jaehyun. Rasa bersalahnya kian mendalam. Ya, Jaehyun merasa memiliki beban jika Alia marah.
Padahal, kembali ke ruangan kotak milik Yuju. Perempuan itu yang membalas pesan Jaehyun. Yang dalam pikirannya, kalau cowok ini punya otak dan harga diri pasti mau bayar buat video yang sahabatnya edit.
'Share lokasi. Biar aku kesana.'
Yuju kirimkan lokasi gangnya. Melirik Alia yang sekarang sudah sedikit lebih baik. Sedang makan seblak level sepuluh. Saran dari Yuju, kalau sedang marah makan makanan yang mengundang emosi dan berbahan cabai.
Tersenyum pada temannya yang menatapnya polos. "Kalo lo patah hati. Pasti ada yang bikin bahagia."
"Maksudnya?" Mulutnya bicara meski penuh dengan makanan berkuah itu.
"Ini nih. Mas-mas yang waktu itu belum bayar video lo. Kayaknya hari ini mau ngasih duit."
Sudah Alia rasakan ada yang aneh. Perasaannya tak enak. "Mas-mas yang mana?" Tanyanya melemah, auranya sudah hitam. Dan akan ada yang tak beres dengan Yuju.
"Si Jaehyun jaehyun itu. Udah gue kirim lokasi gangnya ke dia. Katanya mau kesini. Pasti bayar video lo."
Benar sudah. Alia terbatuk sampai mampus.
🍃🍃🍃
Ingin sekali menyalahkan Yuju, tapi tak mungkin. Kembali lagi pada kelalaiannya yang terlalu menganggap sepele perkara yang lalu. Alia pikir, semua akan beres dan baik-baik saja meski Yuju tak diberi tahu siapa itu Jaehyun.
Yang sudah puluhan kali keningnya dipijat, ribuan kali kakinya melangkah, kanan-kiri, bolak-balik. Seblak yang tadi rasanya nikmat tak Alia habiskan. Permasalahan Jaemin yang tadi mengganggunya sudah dilupakan.
Ah! Yuju itu kadang ngeselin. Tapi mau bagaimana pun, dia sahabat. Sejauh dia kelimpungan sendiri, Yuju masih belum diberi tahu siapa yang namanya Jaehyun.
"Kenapa sih?"
Lalu menggeleng, membanting boneka ke kasur, menarik selimut, memukul bantal dan apapun yang di depan mata untuk dirusak. Untuk memporak porandakan kamar Yuju hingga gadis itu melotot. "Lo ngapain sih Anjir! Sebelum balik harus diberesin dulu. Nggak mau tahu!"
Yang tak lama, saat dirinya ingin menendang tembok, Yuju sudah bersuara, "halo mas. Dimana?" Membuat Alia terbelalak.
"Ooh. Di gang? Iya, masuk aja terus. Di rumah yang warna kuning. Nggak ada gerbangnya ya Mas."
Santai sekali si Yuju. Maka Alia pukul-pukul lengan gadis itu setelah dengan sembarangan mengangkat telfon tanpa izin. Dua detik kemudian terdengar ketukan.
Jantung Alia berdegup kuat. Ingin melarikan diri. Lalu tiba-tiba menatap melas Yuju. "Kenapa sih? Mau dapet rezeki nih."
Yuju itu polos sekali. Alia menggeleng lemah, ingin berteriak pada sahabatnya. "Yaudah, kalo lo nggak sanggup menghadapi, gue aja yang nemuin. Totalnya berapa?"
Dengan lemasnya menjawab, "berapa ajalah lo terima." Sambil berjongkok tak ingin keluar. Bunuh diri kayaknya bagus.
Alia curi dengar lewat pintu kamar. Mengintip pada pintu utama yang tak jauh dari kamar temannya. Dia dengar suara yang tak asing.
"Kok lo sih?" Melengking sekali suara Yuju.
"Alia masih disini kan?"
Yuju berdecak, "iya masih."
Yang dibicarakan muncul tanpa disuruh. Melihat Renjun yang menampakkan wajah kesal di depan Yuju. Lalu mendekat pada keduanya. Berdiri di samping Yuju karena Renjun belum dipersilahkan masuk sebagai tamu.
"Nggak papa?" Lalu mengecek dahi gadis setelinganya.
Baru Alia hembuskan nafas panjang lega, motor sport berisi dua orang mendekat. Alia malah jadi lemas sendiri. Sangat lemas dibuatnya.
"Ini ya mas-mas yang mau bayar utang. Lebih Ganteng aslinya, anjir!" Heboh Yuju bisik-bisik.
Yang juga Renjun mengerutkan kening. Merasa tak asing, "bapak tiri lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Something in Ramadhan
Hayran Kurgu"Ya, itu gue, Jaehyun." 'Gue bukan butuh jasa. Gue butuh istri. Ini Jaehyun, Alia.' Alia heran. Cahya, temannya itu kok mau sih dijodohkan? Melihat keputus asaan manusia yang takut mencoba. Pasti mencari jalan keluar termudah. Padahal, bagi Alia ja...