47 [Pulang aja kalo nggak sanggup.]

139 21 0
                                    

"Selain disini nggak bisa ya?" Gadis itu ogah-ogahan. Masih berdiri di parkiran dekat motornya.

Yuju mengangguk semangat. "Katanya kedai Pak Siwon terkenal banget. Mienya enak." Lalu berjalan lebih dulu mencari tempat duduk.

Alia dirangkul oleh Renjun. Saat itu, Alia takut bertemu Jaehyun. Apalagi ada Haechan di Cafe sebelah. Makanya dia enggan. Tapi kedua temannya ngotot.

Masih menunggu pesanan. Alia tampak tak bersemangat. Mengambil ponselnya, membuka instagram yang ada DM dari akun _jeongjaehyun. 'Alia. WA gue nggak dibales?"

Membuat mood nya semakin anjlok. Tak ingin membuat harinya buruk. Apalagi sedang bersama Yuju dan Renjun.

"Kok Jisung nggak diajak Njun?"

"Nggak usah ngeledek!" Jawab Renjun ketus pada pertanyaan Yuju. Gadis itu menjawab dengan kekehan.

"Gue nanya doang elah! Lo bilang harus sabar dan nggak boleh suudzon, itu aja lo marah-marah!" Dumalnya.

"Nggak gitu juga Maemunah! Lo tuh sama Jisung bikin naik darah doang."

"Padahal tuh kalo ada Jisung kayaknya-"

"Udah deh!"

Yuju mengalah, "iya iya. Gue ke toilet bentar. Yaya jagain tas gue. Takut dirampok."

"Idiih! Sorry ya!"

Kemudian diam karena Yuju sudah pergi. Hanya mereka berdua, "pinjem HP dong Njun."

"NO!"

Alia berdecak, melirik Renjun yang menjauh. Mengambil sesuatu dari parkiran. Membahas dompet, Renjun sendiri ternyata yang ketinggalan dompetnya.

Dari yang suka Alia perhatikan diam-diam, melirik Renjun saat laki-laki itu membukan PIN ponsel Renjun adalah 104233. Dan benar, sandinya terbuka. Masa bodoh dengan Renjun yang sepertinya akan ngamuk.

Alia berdecak, dalam hati mencibir ponsel temannya yang alaynya melebihi milik perempuan. Apa-apa di sandi. Dari galeri sampai kalender. Lebay!

Untungnya dengan PIN yang sama semua. Yang membuatnya paling penasaran adalah kalender. Bisa sampai segitunya hanya tentang tanggalan. Tak ada yang menarik, hanya berisi angka dengan pengingatnya pada tanggalan.

Sampai kemudian beralih pada galeri. Membuatnya Syok setengah mati. Tak menyangka dan sangat terkejut. Membeku ditempatnya. Sampai yang punya datang. Merampas ponsel itu.

"Kan gue bilang jangan buka!"

Alia berdehem, "kalo lo ngoleksi video porno gue nggak kaget. Tapi kalo galeri lo isinya foto-" Alia menelan ludah. Kok bisa dia tidak sadar Renjun, "lo naksir Yuju?"

Renjun menaruh telunjuknya di bibir. Alia yang masih tak percaya menatap curiga, "sumpah? Demi apa? Gila!"

"Lo jangan bilang siapa-siapa."

Alia menggeleng, "waaah, sayang dong kalo dilewatin."

"Alia!"

"Bahas apaan sih berdua?" Tahu-tahu Yuju sudah berdiri di samping kursinya.

"Lo tahu nggak Juy?"

Renjun menggeser kursi lebih dekat dengan Alia, sedang Yuju masih dengan kernyitan. "Ternyata Renjun-"

Wajah Renjun panik, buru-buru merangkul pundak Alia memberi kode. Sedikit mencubit kecil, "kok lo nyibit gue Njun?"

"Apaan sih? Orang gue ngelus." Katanya tak terima sambil beberapa kali mengusap.

Yuju acuh tak acuh. Ternyata tak penting. Masih sambil menunggu, "kok nggak dateng-dateng?"

"Kan lagi rame Juy. Oh iya, barusan gue-"

"Sayaaang ... " lalu tersenyum penuh arti sambil mengelus pucuk kepala Alia. Alia berdehem, merasa menang sekaligus senang melihat Renjun kelabakan.

"Renjun bilang-" langsung di bekap mulutnya, ditarik hingga Alia menyender pada dadanya. Parah sekali laki-laki ini, mengandung kekerasan.

Sampai Alia mengangguk dan Yuju mengomentari, "jangan gitu Njun! Kalo Alia mati gimana dong? Lo jangan lembut gitu, kurang keras."

'Bangke! Cocok aja nih berdua nistain gue!' Gerutunya dalam hati.

Alia mengangkat tangan, melambai tanda 'tidak' sambil mengangkat jempol yang artinya dia nggak akan membocorkan dan akan menyimpannya rapat-rapat.

Sampai mienya datang. Yuju kegirangan, sedang Renjun baru melepaskan musuhnya untuk bernafas bebas. Alia menarik mafas panjang, rasanya lega sekali. Kemudian mengaduk mienya. "Renjun yang bayar." Celetuknya membuat Yuju berbinar.

Renjun menoleh protes hingga Alia berakhir berbisik, "ada mulut yang harus lo sumpal." Lalu menepuk pundak Renjun, "oke nggak sayang?"

Tapi masih tak iklas, Renjun ogah-ogahan dalam mengiyakan. Yuju pahami sedari tadi, "bahas gue ya?"

Laki-laki berkemeja putih itu terkejut. Gimana bisa Yuju tahu? Tapi Alia yang sudah paham Yuju berkata, "idih! Sorry ya, kayak nggak ada pembahasan laen."

Yuju adalah tipe teman paling masa bodoh dengan tingkat percaya diri selangit.

"Terus lo berdua daritadi ngomngin apa?"

"Gue lagi ngomongin-" Renjun menatap Alia mengancam, yang gadis itu iyakan sebelum melanjutkan ucapannya, "jisung."

"Jisung kenapa?" Yuju kelihatan antusias.

"Nggak papa. Lo kenapa sih semangat banget bahas Jisung. Lo suka ya?"

Namun ledekan Alia malah salah sasaran. Inginnya hanya sekedar guyon tapi Yuju mengangguk, "Jisung tuh gemes banget. Ngeselin tapi lucu anaknya. Apalagi kalo di chat."

Alia memahami ekpresi 'syok' Renjun meski wajahnya dibuat sedatar mungkin. Alia tahu perasaannya, "lo chatan sama Jisung?"

Yuju dengan polosnya mengangguk. "Kenapa?"

"Nggak papa." Jawab Alia menggeleng.

"Jisung gebetannya banyak loh." Kata Renjun barusan.

Alia diam perhatikan keduanya. Saling melempar ucapan hasil pendapat masing-masing.

"Biarin. Kan gue suka Jisung bukan karena gebetan."

"Jisung itu masih kecil!"

"Apa masalahnya? Gue tua banget gitu?"

"Iya, lo pantesnya sama yang berumur tuh kayak om-om. Kasian kalo sama berondong."

"Kampret lo kalo ngomong."

Kalau saja Yuju tahu, atau mungkin juga kalau Renjun memberi tahu. Alia melihat kekecewaan dalam diri Renjun meski sekuat tenaga ditutupi. Sejak tahu Renjun menyukai Yuju, Alia jadi lebih peka terhadap Renjun. Alia elus pundak laki-laki itu seolah berkata untuk sabar.

Kesabaran memang perlu dan utama bagi seorang lelaki. Bukan hanya Renjun, pun dengan laki-laki lain.

"Gue bukannya pengen bikin lo liat Alia yang begini. Gue kira lo berenti misuh-misuh kalo udah liat langsung." Haechan menaruh Americano di meja pojok. Kedua tangannya memegang nampan. Mengelus pundak laki-laki yang disuruhnya datang barusan.

"Pulang aja kalo nggak sanggup. Daripada nangis disini."

Something in RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang