Malam ini jadi yang terakhir Alia menginap disana. Sebagai malam terakhir juga tarawih dan tadarus di mushola Al-hidayah gang ensiti. Mungkin. Tapi si pujaan hati malah tak memunculkan diri.
Jaehyun sedang dapat shift malam, begitu menurut pendengarannya menguping Mark dan Johny sebelumnya.
Rasanya kalau datang tanpa doi jadi aneh dan kurang semangat. Astaghfirullah. Segera Alia betulkan niatnya datang ke mushola untuk beribadah, bukan cuci mata. Mengambil asal Al-Quran yang ada di meja. Memilih lembaran mushaf bentuk kecil yang berwarna cokelat.
Duduk kembali pada tempat favoritnya saat tadarus. Paling belakang menyender dinding dekat dengan pintu masuk tapi masih sedikit tertutup oleh sekat agar tak kelihatan oleh para lelaki yang tadarus.
"Mau tukeran nggak sama gue?"
"Hah?" Alia melongo. Yeri di sampingnya tiba-tiba berkata begitu.
"Al-Qurannya. Soalnya punya gue kebesaran. Kayaknya yang kecil praktis."
Alia iyakan. Lalu bertukar kitab suci dari tangan masing-masing sebelum akhirnya memulai taawudz untuk mengawali melantunkan ayat Al-Quran nan Agung itu.
Sebagai yang terakhir, Alia lantunkan lebih khusyu. Kalau bisa pikiran tentang Jaehyun sampai musnah. Suaranya di merdukan. Semoga juga di rumah besok dia bisa tadarus sendiri, malah bagusnya kalau bisa tadarus bersama teman sekompleknya. Meski rasanya mustahil.
Pun setelahnya, dia biasanya menguping orang-orang yang duduk diluar. Barangkali membahas tentang Jaehyun. Namun, malam itu sudah Alia dengarkan seutuhnya, Haechan dan Jeno malah membahas soal bola full tanpa menyangkut Jaehyun sama sekali.
Begitulah Alia. Ingin move on, tapi kalau dihadapkan hal seperti ini belum mau menyerah. Hatinya masih berharap kalau belum patah hati lebih parah. Dulu pun saat kasusnya dengan Jaemin, Alia sudah berfirasat dan ingin menghentikan perasaannya, namun disitu pula Alia malah semakin gencar berharap.
Memang, harusnya menusia tak pernah berharap kepada sesama manusia. Itu salahnya yang dulu. Tak ingin mengulangi, tapi begitu saja hatinya mengalir. Sedikit memiliki cahaya harapan dan mempercayainya begitu saja meski sebelumnya sudah melihat kegelapan.
"Alia ... " Haechan yang memanggil dari pelataran sebelah kanan, depan ruang jamaah perempuan. Dan Alia meletakkan sandal lurus dengan pintu. Gadis bermukenah itu tak menggubris sama sekali, pasalnya Haechan bersiul menggoda setelahnya.
Idiiih, najis!
Pun dengan Haechan masih tak menyerah meski dibuat angin lalu panggilannya. Beberapa kali masih Alia abaikan. Kesal sendiri dengan Haeun yang kehilangan sandalnya, melirik kesal anak kecil yang sudah lancar baca Al-Quran meski baru berusia sepuluh tahun.
"Haeun, cari sandal ya? Nih." Haechan menunjuk sandal di dekatnya. Membuat gadis kecil itu mendekat kesana diikuti tatapan Alia.
"Alia ... " panggil Haechan kemudian. Namun Alia memilih berpaling. Dalam hati mendumal. Menuduh Haechan yang sengaja menyembunyikan sandal sepupu kecilnya.
Mark saja sedari tadi diam. Tak ingin menyapa apalagi berurusan dengan Alia. Sampai Haechan berkata, "lo dendam kesumat sama gue Ya? Maju sini. Jangan ndumel dalam hati aja."
"Tuh tau!" Katanya menoleh. Menatap tajam lelaki bersarung yang sudah tak karuan bentuknya. Ditambah peci yang diletakkan sembarangan di samping kiri.
"Gue kan mau tanya baik-baik. Lo nya malah kayak lagi diajak tarung banteng!"
"Diem deh!"
"Astaghfirullah." Katanya sok fasih sambil menggelengkan kepala.
"Yaudah. Mau nanya apa?" Tapi masih dengan wajah masamnya. Memang, wajah Haechan sangat pas rasanya untuk diajak baku hantam. Banyakan meledek meski tak berekspresi sekalipun.
"Batagornya Bu Boa buka nggak?"
Kalau di gang ensiti yang terkenal Mie Pak Siwon, Cafe Lucas, dan Swalayan Mbah Soman. Tapi kalau di kompleksnya yang terkenal hanya batagor Bu Boa yang memang rasanya mantul. Apalagi batagor kuahnya.
"Buka sampe jam sembilan."
Kemudian berjalan menjauh beriringan dengan Cahya dan Haeun. Teman dan anaknya Mbak Hyoyeon itu tak ikut campur dalam dialog Alia barusan karena mereka tahu, Haechan adalah manusia paling ngeyel satu gang meski anaknya memang baik.
"Lo naksir Alia?" Dan satu pertanyaan meluncur dari bibir Mark. Masih memandang punggung tiga perempuan bermukenah itu semakin menjauh.
Haechan melebarkan mata, "hah? Gue? What!" Katanya melebih-melebihkan. "Gue pengen batagornya Bu Boa." Ucapnya kemudian. Tak mengindahkan pertanyaan Mark.
"Bilang aja lo naksir."
"Sembarangan lo kalo ngomong! Gue nggak mau jadi perebut istri orang ya. Bu Boa kan udah nikah sama Pak Changmin. Punya anak juga!" Pekiknya melotot pada Mark.
"Maksud gue Alia. Lo pasti suka sama Alia."
"Enggak."
"Lo nggak bisa boongin gue Chan!"
"Gue nggak suka!"
"Terus?"
"Ya gue nggak suka. Lo mau terus-terus sampe mentok juga nggak bakal gue bayar parkir."
"Serius?"
Yang Haechan angguki mantap. Kemudian Mark menatap lurus kedepan. Guanlin, Daehwi, dan Chenle biasanya main petasan, tapi malam itu mereka tak muncul. Hanya ada Daehwi yang di dalam mushola bersama Jeno dan Yuta bermain ABC lima dasar. Sedang Taeyong dan Johny ada di dekat pengimaman sedang membicarakan hal yang entah apa.
"Gue nggak suka Alia deket Jaehyun." Katanya tiba-tiba. Haechan menoleh curiga, dia seperti tahu apa yang Mark pikir.
"Lo suka sama Jaehyun?" Yang masih Haechan tanggapi dengan gurauan. Namun Mark sedang ingin serius, "gue benci sama Alia."
"Nyebelin ya anaknya." Lanjut Mark kemudian membuat Haechan menoleh. Memandangi dari samping lelaki berbibir tipis itu sambil mengernyit.
"Pemarah, nggak tau sopan santun, judes, nggak ada baik-baiknya sama sekali. Mentok paling pinter doang, dibanggain banget sama emak-bapaknya, padahal nggak kuliah tuh anak."
Hanya Haechan dengarkan. Bisa gawat kalau disana ada Jaehyun. Mark bakal babak belur sampai mampus tanpa pandang bulu lelaki itu adalah temannya.
"Mendingan Yeri, nggak sombong pinter tapi kuliah. Ramah, baik, terus nggak suka marah-marah. Walaupun kadang ngerepotin tapi mending lah."
Belum Haechan tanggapi. Masih sibuk dengan tebakan-tebakannya mengenai alasan Mark. Namun sudah dia simpulkan, "maksud lo Jaehyun lebih bagus sama Yeri?"
"Daripada Alia."
"Kalo Jaehyun maunya sama Alia?"
"Tapi Yeri udah suka Jaehyun sejak SMA."
"Jaehyun lebih suka sama Alia gimana?"
"Lo yakin? Cowok kayak Jaehyun sukanya sama Alia?"
Lalu Haechan mengangguk. Yang dijawabi kekehan oleh Mark. "Lo kan pernah denger Jaehyun suka sama cewek lucu. Bukan kayak Alia yang tukang ngomel."
"Sok tau!"
"Beneran. Jaehyun cocokan sama Yeri yang imut. Lo juga udah kenal Yeri sejak kecil kan. Daripada Alia yang sombong."
"Jangan bilang lo ngomong gini karena lo tentanggaan sama Yeri terus lo mandang rendah Alia."
"Gue nggak mandang rendah Alia. Gue cuman mau bilang lo jangan terlalu menjodohkan Jaehyun sama Alia. Udah jelas Jaehyun harusnya sama Yeri. Yang keliatan tulusnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Something in Ramadhan
Fanfiction"Ya, itu gue, Jaehyun." 'Gue bukan butuh jasa. Gue butuh istri. Ini Jaehyun, Alia.' Alia heran. Cahya, temannya itu kok mau sih dijodohkan? Melihat keputus asaan manusia yang takut mencoba. Pasti mencari jalan keluar termudah. Padahal, bagi Alia ja...