"Tumben mbak kesini cepet." Haeun menyambut saat sedang duduk di ruang tamu. Habis mandi. Alia jadi melirik jam dinding, pukul setengah lima sore. "Iya nih. Diajakin Cahya ngabuburit."
"Ikuuuut ... " semangat sekali. Padahal belum diiyakan.
"Kan berdua sama Cahya. Mau di taruh dimana? Bawa motor sendiri ya." Menggoda anak kecil itu sambil menaikkan satu alisnya. Sampai manyun dibuatnya. Haeun kesal.
"Kan bisa bonceng bertiga."
"Nggak mau. Sempit."
Sorot matanya terlihat kecewa. Lalu masuk lebih dalam ke rumah. Pasti mengadu pada Mbak Hyoyeon. Membuat Alia segera mencegah. "Iya iya... ikut deh ikut."
Yang sebenarnya, mereka tak hanya akan bertiga. Ada juga Jaehyun dan Haechan yang sudah siap beserta Cahya.
"Biar rame." Begitu alasannya.
Padahal, yang mengajak sebanarnya adalah Haechan. Dengan seribu jurusnya membantu Jaehyun yang ingin melangkah lebih dalam sebuah hubungan. Pakaiannya sudah rapi. Ganteng selalu di mata Alia. Sampai tersipu dibuatnya hingga tak berani menatap.
Lewat Cahya, dengan alasan ingin jalan ramai-ramai sebagai reuni masa kecil yang dulu suka main kelereng. Haechan mengompori Cahya agar mengajak ngabuburit, jangan memberi tahu Alia dulu sebagai surprise.
Di depan pos ronda, mereka sudah bersiap sedemikian rupa. Mark lewat, dengan motornya berhenti di dekat mereka. "Mau kemana nih ramai-ramai gini?"
"Tawuran." Celetuk Haechan. Cahya terkekeh. Merasa lucu dengan candaan Haechan.
"Ngabuburit." Jawab Haeun semangat.
"Ikut dong. Gabut nih." Melirik Jaehyun sebentar sebelum akhirnya memutuskan. Bagaimana pun sungkan menolak Mark. Biar nanti di Bazar Ngabuburit bisa diatur lagi.
Namun malah diluar kendali. Mark kembali membawa Yeri. Yang lain tak masalah, namun Hechan merasa bersalah. Dalam diri merutuk. Melirik Jaehyun yang juga meliriknya.
"Yuk." Mark sudah bersiap pergi dengan motornya. Alia juga bangkit, memegang kunci mendekat pada motornya. Menjauh dari pos ronda.
"Alia." Cegah Haechan. Membuat gadis itu mengernyit. Apalagi kunci dengan gantungan namanya itu diambil tanpa permisi oleh Haechan. Dibuat melotot saat Haechan sudah menyalakan kendaraan itu.
"Cahya sama gue ya."
"Terus gue sama siapa? Haeun?"
"Gini. Gue sama Cahya, Jaehyun sama lo, terus Mark sama Yeri." Jelas Haechan.
Alia tak karuan. Jangan. Dia sedang tak bisa mengontrol diri untuk tak tersipu dengan Jaehyun. Lalu Mark bersuara, "Haeun sama siapa?"
Jadi diam semua. Alia menggigit bibir. "Gini aja-" baru Jaehyun akan bersuara, sudah Alia potong cepat.
Aduh, suaranya itu kenapa bisa semerdu itu. Ah! Enggak. Dia terus menguatkan diri. Mencibir dirinya sendiri yang terlalu lebay.
"Rencana awal gue sama Cahya, terus Haeun di tengah. Ntar kalian tentuin sendiri. Mau sama siapa." Menyuruh Haechan berdiri dan menjauh dari motornya.
"Yaudah. Lo sama gue Chan. Biar Yeri sama Jaehyun."
Loh? Haechan melotot. Kok bisa jadi gagal sekali rencananya?
"Jaehyun maunya sama gue." Kata Haechan cepat. "Lagi nggak pengen bawa motor kan Jae?"
Memukul pundak laki-laki jangkung itu sebelum diiyakan.
🍃🍃🍃
Perjalanan tak begitu jauh. Hanya sepuluh menit dari rumah. Lokasinya di lapangan depan kecamatan. Sangat ramai hingga berdesak-desakkan. Tak memandang umur dan gender. Sampai parkir pun penuh.
Sebelumnya, sudah disusun ulang rencananya. Mengatakan pada Jaehyun, "lo belakangan aja. Ntar kalo udah berdua misah! Nggak usah peduliin yang lain. Awas kalo ntar planga-plongo!" Ancamnya di motor tadi.
Namun kembali keluar kendali. Alia yang tak sadar diri malah mendului. Berjalan bersama Cahya dan Haeun di depan dengan antusias. Sementara Jeno dan Yeri dibelakangnya. Jeahyun masih setia menurut. Menjadi yang paling akhir.
"Alia."
Yeri juga ikut menoleh, dengan Cahya, Haeun dan disusul Mark. Haechan sadar tak bisa bicara terlalu frontal. Maka dia berlalu menyusul, yang sebelumnya sudah memberi isyarat pada Jaehyun untuk stay di belakang.
Mereka kembali melangkah. Namun Yeri beringsut mundur. Berdiri di samping Jaehyun menjejeri. Mark maju, ikut berjalan di samping Cahya.
"Ada yang ketinggalan." Ucap Haechan langsung membuat Alia mengernyit lalu menggeleng. Mengecek barang dalam tas kecil. "Nggak ada."
"Gue liat ada duit di motor lo. Warna ijo."
"Masa sih?" Lalu menghentikan langkah. Mengingat-ingat. Juga dengan Mark dan Cahya, pun Haeun ikut hanyut dalam drama Haechan.
"Iya. Coba tengokin. Sayang banget kalo ke ambil orang."
Menurut. Gadis itu kembali berjalan ke motor yang berjarak sepuluh meter. Yang Haechan tangkap dengan kesal perempuan dan laki-laki dibelakangnya. Melotot pada netra temannya. Seolah berkata, 'elu ngapain malah sama Yeri?'
Dibalas dengan tatapan memelas dan kedikan bahu. Jaehyun berhenti. "Duluan aja Yer, gue nungguin Alia. Kasian sendirian ntar."
"Yaudah gue temenin."
Jaehyun beristighfar. Sampai Alia kembali dengan wajah jengkelnya. Menatap Haechan seakan ingin memakannya. Menghentakkan kaki kesal di depan Jaehyun. Haechan sudah membaur dengan para kerumunan.
Segera memosisikan diri di samping Alia. Yeri pun tak luput mengikuti langkah Jaehyun. Selalu menjejeri. Dan sekarang, bagai lelaki yang memiliki dua bidadari. Sebelah kanan dan kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something in Ramadhan
Fanfic"Ya, itu gue, Jaehyun." 'Gue bukan butuh jasa. Gue butuh istri. Ini Jaehyun, Alia.' Alia heran. Cahya, temannya itu kok mau sih dijodohkan? Melihat keputus asaan manusia yang takut mencoba. Pasti mencari jalan keluar termudah. Padahal, bagi Alia ja...