48 [Yang penting dapet gelar sarjana.]

134 20 2
                                    

Alia berlari semakin kencang, tak peduli peluh membasahi kerudung birunya. Kakinya masih terus diayunkan tanpa mengurangi kecepatan. Nafasnya terengah, tapi hatinya lemah. Dia sedang menguatkan diri dengan menyalurkan emosi.

Sejauh 2,6 km. Terus hingga sampai pada tempat ramai yang sering dijadikan car free day. Yuju kewalahan mengejar di belakang. Ingin protes namun tak sempat. Alia terlalu cepat larinya.

Kakinya menginjak trotoar dan beralih ke aspal. Banyak sekali orang sedang bersantai. Sinar matahari cukup terang, yang orang kira hari ini akan cerah. Namun tidak dengan Alia.

Tangannya sesekali mengusap air jatuh dari pelupuk. Menggunakan hoodie biru yang lengannya sedikit basah oleh air produksi mata. Kali itu berhenti sejenak, mengatur nafas yang dua detik kemudian melanjutkan lari.

Yuju menyerah. Dia dengan nafasnya yang pendek-pendek menepi. Membeli minum pada pedagang kaki lima. Sebenarnya ingin protes kenapa air mineral putih harganya jadi lebih mahal dari biasanya, tapi sedang enggan dan memilih anteng.

Masa bodoh dengan Alia yang sudah menghilang, daripada dia mati dehidrasi. Punggungnya menyender dinding di depan toko yang masih dikunci. Sambil melihat orang-orang menikmati waktu weekend.

Ayah dengan anak yang sedang mengajari main sepeda. Para ibu-ibu sedang senam bersama. Lain hal nya dengan remaja sekolah yang sedang mengerumun ghibah.

Melihat Alia yang berlari ke arahnya membuatnya melambaikan tangan. Ya, Alia pasti sibuk mencari dirinya karena sempat tak terlihat. Tapi nyatanya, Alia abaikan itu.

Ingin sekali mengumpat, 'kampret!' Tapi merasa bukan di waktu yang tepat dengan kondisi Alia yang begini. Di saat Alia yang terpuruk ini, Yuju ingin ada. Makanya dia rela datang dan mau diajak jogging untuk CFD. Padahal biasanya malas-malasan, lebih suka nonton kartun katanya.

"Gue ada di depan toko kerudung. Perut gue sakit. Gue takut mati. Ntar kalo udah selese samperin gue ya." Ucapnya sambil berusaha menyamakan langkahnya dengan si teman sebelum akhirnya menjauh dan berakhir ke tempat istirahat semula.

Alia harus membuat hatinya baik-baik saja dulu. Sampai terpuaskan dan dia keluarkan seluruh unek-uneknya. Terus berlari tanpa peduli dirinya yang sudah ngos-ngosan. Yuju saja tak Alia gubris, apalagi Jaehyun. Dia perhatikan sekilas saat berpapasan. Sama-sama sedang berlari.

"Songong banget ya Alia." Celetuk Mark.

Haechan yang di sampingnya menyenggol. Di depan mereka ada Jaehyun, takut tersinggung. Yang mana hari ini mereka sengaja pergi bersama untuk jogging di pagi hari.

"Kenapa sih Chan? Lo naksir Alia?" Malah jawaban Mark jauh dari ekspektasi.

Haechan mendengus, "nggak!"

"Lo kemaren ngaku."

"Kapan?" Tanyanya dengan wajah panik. Haechan sangat sangat menghargai Jaehyun di depan mereka meski laki-laki itu terus berlari tanpa menggubris. Tapi Haechan sudah tahu isi hatinya.

"Kok lo ngegas? Pasti ada apa-apa nih lo sama Alia."

"Nggak usah ngarang!"

Tanpa pikir panjang langsung laki-laki itu tinju. Sampai tersungkur dan jadi pusat perhatian. Jaehyun berhenti, berbalik kemudian menahan Haechan. Mendorongnya agar menjauh dari Mark.

"Heh, Chan! Lo nggak pernah gini ya soal cewek. Dan ini pertama kalinya gue liat lo mukul gue cuman gara-gara Alia."

"Bangsat!" Haechan juga bisa marah. Dia ingin memukul lagi Mark. Tapi Jaehyun mendorongnya keras. Menatap Haechan entah apa maksudnya, kemudian menjauh meninggalkan mereka.

Laki-laki berkulit coklat itu terdiam. Merasa tak enak dengan tatapan Jaehyun meski dia tak paham artinya. Yang jelas, itu bukan tatapan senang. Dan Haechan jadi merasa serba salah dibuatnya.

Jaehyun menjauh dari kerumunan. Yang mana, Alia sempat melirik ke arahnya sebentar. Tatapan keduanya bersibobrok sekilas. Alia menjauh, kembali berlari meski terlihat sekali ditengah kelelahan. Tapi wajahnya kusut. Sangat letih dan terlihat lemas.

Jaehyun dan Alia. Saat ini sama-sama merasa tengah berada di titik terendahnya dalam hidup. Jatuh pada lubang kesengsaraan karena harapan yang pernah dirawat. Kenyataanya, itu hanya menjadi bumerang masing-masing.

Pernah menggenggam sepercik cahaya yang mungkin bisa menjadi bahagia. Tapi yang terjadi malah hilang dan sirna. Sama-sama ditelan kegelapan. Hidup di dasar kurungan yang gelap.

Jaehyun dengan kisah asmaranya. Meski jatuh berkali-kali tapi tetap ingin berdiri, itu dulu. Berbeda dengan sekarang, yang baginya si gadis memang sulit dimengerti. Inginnya terus berjuang, tapi hatinya lelah untuk terus meringis.

Semakin dalam mencinta, semakin sakit dirasa. Jaehyun, pernah bahagia di dekat Alia, dan sekarang menangis karenanya. Jaehyun harus membuat hatinya berhenti. Membuang seluruh perasaannya yang sia-sia.

Dengan Alia. Gadis itu sedang memeluk kegagalan. Hal yang dulu di damba, diingin hingga dia bekerja keras demi mendapatnya. Hari semalam menghasilkan rasa sakit.

Pernah berandai tentang masa kuliah. Pernah membuat daftar hal yang diingin saat nanti berstatus mahasiswi. Namun sudah berakhir!

Meski kata Yuju "lo masih bisa tes yang lain. Lo masih bisa nyoba tahun depan. Apa susahnya sih?"

Susahnya adalah menjalani. Alia mau jurusan yang dia ingin. Yang dia bisa dan dia sanggupkan untuk di perjuangkan. Tapi kuota di universitas tujuannya musnah. Dua tahun terus berdoa. Tapi sia-sia juga.

Meski kata orang, "kuliah apa aja dulu. Yang penting dapet gelar sarjana." Alia enggak! Pernah dicibir terlalu sombong. Tapi masa bodoh. Itu yang dia mau. Terus kenapa orang-orang malah ikut campur?

Katanya belajar dari kegagalan. Alia terus mengoreksi diri. Dan kesalahannya adalah, "kenapa gue ganti jurrusan dan baru ngeh apa yang gue mau pas udah mendekati pendaftaran? Gue udah belajar lebih banyak dari sebelumnya, dan kesalahan gue hanya gue ganti jurusan secara tiba-tiba."

Something in RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang