42 [nonton mau nggak Ya?]

140 21 0
                                    

Alia menarik ikon hijau guna menjawab sebuah panggilan. Menempelkan benda pipih bersofcase hitam pada telinga. Menelan air yang baru diteguk sebelum akhirnya menjawab, "halo.."

"Assalamualaikum Ukhti."

"Waalaikumsalam. Ada apa Ukhti? Tumben salam." Sindirnya pada penelfon di seberang.

"Sembarangan. Kita sebagai umat manusia harus selalu memberi salam sebagai doa agar selalu selamat dan dilindungi Yang Maha Kuasa."

"Subahanallah. Iya Ukhti. Habis minum air zam-zam ya? Lidahnya nggak keseleo ngomong begitu?"

"Capek ya ngomong sama Yaya. Ndower yang ada "

"Lagian lo kenapa sih Juy? Kesambet apaan?"

"Gue tuh mau tobat Yaya ku tercinta."

Bibirnya menahan senyum. Sahabatnya yang paling bobrok itu taubat? Astaghfirullah. Pasti Allah baru menurunkan hidayahNya. MasyaAllah. Tak diragukan lagi keagunganNya.

Alia melirik jam dinding, masih pukul setengah satu. Tiga puluh menit lagi menuju waktu istirahatnya berakhir.

"Kata Renjun biar rezeki gue dimudahkan, gue harus taubat. Mendekatkan diri sama Allah."

Dan Alia terkikik, tangan kirinya mencomot tahu dari kotak bekal yang dia bawa. Memang, mengajar di yayasan itu tak diberi makan siang. Mentok kalau tidak bawa bekal ya beli.

"Lagian nih Ya, gue baru semalem niat sekarang udah keliatan."

"Keliatan apa?"

"Rezeki gue. Masa sekarang Alhamdulillah gue udah si panggil. Ya Allah. Emang tuh si Renjun kadang bener juga."

"Lo ngirim lamaran dimana?"

"Di toko serba murah, tapi yang khusus sandang ya."

Sudah dua minggu menganggur. Mamanya selalu mengomel karena kerjaannya hanya rebahan. Yuju akhirnya mengirim lamaran pada sebuah toko yang di rekomendasikan oleh tetangganya.

Alasan resignnya hanya sebatas capek perjalanan. Tempat kerjanya yang dulu sebagai pramusaji terlalu jauh. Apalagi kalau shift malam. Sudah mengantuk tapi rumah masih jauh. Akhirnya memutuskan untuk keluar saja. Mencari yang lebih dekat.

"Udah selese?"

"Udah nih, pas keluar gue langsung nelfon lo."

"Sekarang dimana?"

"Masih di tokonya. Gue mau sekalian milih-milih baju siapa tahu ada yang menggoda iman. Lo mau nggak?"

"Dibeliin."

"Oke deal."

"Serius?" Alia melebarkan mata, sampai Mbak Airin yang baru masuk mengernyit. Segera Alia gelengkan kepala kemudian partnernya itu keluar ruangan lagi.

"Iya. Tapi nggak gue beliin sekarang. Besok aja pas udah ketrima terus gajian bulan pertama."

"Kampret."

Pantas saja. Sebelumnya syok sekali, karena kemarin-kemarin Yuju mengeluh tidak punya uang ditambah katanya sakit telinga karena mamanya mengomel terus sepanjang hari.

"Gue keparkiran nih."

"Oh." Alia mengunyah nasi yang dia sendok dari kotak bekal. "Mau balik lo?"

"Huaaaaa... motor gue Yaya."

"Kenapa?" Sesi melembutkan makanan dalam mulutnya terjeda. Fokus pada suara telfon di seberang.

"Motor gue. Astaghfirullah. Mogok."

Something in RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang