35 [Emang Yeri sering chat Jaehyun?]

143 22 2
                                    

Malam terasa lebih terang, genderang tabuhan beduk bersahutan. Awan terlihat warna-warni menghiasi langit oleh kembang api. Lantunan dari speaker majid saling bersahutan. Takbir.

Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar laa ilaha illallaahu allahu akbar. Allahu akbar walillahilkham.

Menunjukkan bahwa esok adalah hari kemenangan. Agar berbahagia seluruh umat manusia yang sebagai umat muslim. Masjid ramai oleh suara takbir. Anak-anak duduk di dekat speaker. Jeno, Mark, dan Haechan mengumandangkan dengan merdu. Sepenuh hati bersuara agar enak terdengar.

Dibelakang, Johny dan Yuta menabuh beduk. Di tambah Guanlin dan Daehwi ikut menabuh kentongan yang diambil di pos ronda-yang selama bulan Ramadhan terus dipakai untuk membangunkan sahur. Sedang anak Pak Haji Zhong sedang enak-enaknya makan coklat yang dibeli Papanya di Belgia. Sampai belepotan makannya, itulah Chenle.

Lalu, di pelataran masjid sendirian Jaehyun menatap langit. Bersinar bukan karena bintang, namun langit malam itu penuh kembang api. Jaehyun membuang nafas panjang. Angin malam yang terasa dingin tak mempan untuknya.

Membenarkan posisi duduk masih terus melamun. Hingga Haechan mengambil atensi, duduk di sampingnya.

"Kenapa lagi?"

Tak dijawab. Wajah masam ditunjukkan. Tak karuan rasanya. Kali ini mendesah, memperlihatkan keluh kesah tanpa kata.

"Kalo kayak gini, yakin mau move on?"

Masih diam tapi telinga terus mendengar. Haechan juga jadi diam. Hingga berapa lamanya akhirnya terdengar suara, "udah tiga hari sejak itu."

Tahu sedang dalam mode serius, Haechan dengar dengan seksama. "Gue juga nggak tahu harus gimana."

Tiba-tiba memalingkan wajah, telapaknya mengusap wajah kasar. Haechan tahu Jaehyun menangis. Ingin tertawa namun bukan saatnya. Laki-laki itu tahu situasi.

"Terus hati lo maunya apa? Gue bilangin anaknya lo nggak mau."

"Menurut lo aja, lucu lah! Gue yang naksir lo yang ngomong!"

"Santai dong, lagian gue kan cuman ngasih saran." Membuang nafas. Merasa miris sebagai temannya.

Hanya karena cinta terus-terusan menderita. Pun kesal dengan dirinya sendiri, tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi tak bisa untuk tak ikut campur. Ingin diam dan hanya melihat saja, tapi tak tega. Kehidupan Jaehyun seolah memang sudah diberikan pada pujaan.

"Terus kenapa nggak lo tembak aja? Coba deh Jae."

"Lo tahu sendiri, Alia kalo deket gue tuh kayak nggak ngerasain apa-apa. Dia nggak cinta sama gue. Kalo gue ngungkapin-" terus ditolak. "Lo tahu sendiri maksudnya."

Hatinya akan lebih parah dari sekedar cedera. Pasti teriris hingga lebih meringis dibuatnya. Segini saja sudah tersiksa, apalagi nanti. Tak siap menghadapi kenyataan.

Jaehyun hanya menunggu dan berusaha menggapai kepastian. Nanti, dia akan akan menggenggam Alia saat waktunya tepat. Dimana Alia sudah pasti menyukainya, baru dia akan mengungkapkan. Jaehyun sepayah itu tentang patah hati.

Jaehyun meremas rambut kepala frustasi. Ah! Haechan yang melihat sama rasanya tak karuan. Serba salah. Apalagi dengan jalan pemikiran Jaehyun.

"Udah lah! Lo jadian aja sama Yeri." Ucapnya asal. Jaehyun berdecak, "lo aja sana!" Malah jadi ngegas. Haechan pun membuang nafas panjang. Susah emang ngomong sama 'Meganthropus paleojavanicus'

"Lagian lo nggak jelas banget. Move on nggak bisa, maju nggak mau!"

Jaehyun melotot, "bukannya nggak mau-"

"Udah deh, stop. Lo aja yang banyak alesan. Banyak cincong! Lo patah hati tiap Alia sama cowok lain, lo jadi begini kalo Alia deket sama cowok lain. Tapi bukannya lo jadi lebih gencar malah jadi kayak tikus got keracunan."

Rangkaian kalimat masih ingin Haechan sampaikan meski nadanya agak kesal, "heh! Yang pusing bukan cuman lo. Gue juga jadi pusing mikirinnya. Mau gue bodo amatin kasian sama elonya. Gue juga bosen sama kalian berdua, kalo ketemu kenapa nggak bisa so sweet dikit sih? Anjing! Tuh kan, malah gue yang kesel."

Haechan membuang wajah. Yang dari ekor matanya melihat seorang dari pengimaman mendekat.

"Gue ke Alia-" langsung Haechan hentikan dengan menoyor kepala Jaehyun sampai melotot. Jaehyun kesal sekali, hampir menghajar Haechan tapi suara Mark terdengar, "ngomongin apa sih lo berdua? Serius amat."

"Bahas Mail sama mei-mei yang nggak tau kapan jadian."

Mark mencibir, "nggak penting!"

Bukannya meladeni, Jaehyun bangkit. Dengan lesu berkata, "gue balik duluan deh."

"Nggak tidur di masjid lo?" Tanya Mark.

Jaehyun menggeleng sambil memakai sandal. "Nggak ah! Udah ngantuk. Ntar gue balik lagi jam satu. InsyaAllah."

"Kalo udah ngomong InsyaAllah tuh anak pasti nggak dateng." Kata Mark melihat Jaehyun yang sudah menjauh.

"Eh Chan-" Hechan menoleh pada Mark yang duduk bekas tempatnya Jaehyun. "Jaehyun kenapa sih? Lo tau nggak?"

Kesempatan bagus. Dia akan mencari tahu langkah apa yang Mark ambil untuk Jaehyun. Haechan menjawab dengan menaikkan kadua bahunya. "Emang kenapa?"

"Nggak bales chat Yeri."

"Emang Yeri sering chat Jaehyun?"

"Iya, tapi sekarang malah jarang dibales. Kasian tuh anak, nangis mulu!"

Haechan menatap lurus, telinga masih mendengar pun bersama hati yang mencibir. 'Jaehyun juga nangis kali!'

"Cengeng! Gitu aja nangis." Balas Haechan.

Mark membuang nafas, "nggak gitu lah Chan! Gue ngerti rasanya patah hati. Pasti sakit tuh digituin. Lagian Yeri tuh takut Jaehyun sukanya malah sama orang lain."

"Kalo emang kayak gitu?"

"Siapa?" Tanya Mark menantang, seolah cewek yang Jaehyun suka akan dia hapuskan dari muka bumi ini untuk menaikkan Yeri di depan Jaehyun.

"Misalnya gitu."

"Ya siapa kalo gitu?" Dari ucapan Haechan sudah membuat Mark curiga.

"Misal naksir sama mba Ayu gimana?"

"Ngaco!" Pasalnya yang bernana Ayu di gang ensiti adalah seorang janda muda cantik. Banyak yang naksir tapi masih enggan menerima. Katanya cinta sekali pada almarhum suaminya yang bernama Min Ho.

"Kan gue bilang misalnya Jen."

"Yaudah. Kalo udah nikah pas malem pertama gue culik Mba Ayu. Gue suruh Yeri ngumpet di kamar biar sama Jaehyun."

"Gendeng!" Haechan menatap gila temannya. "Segitunya lo mau Jaehyun sama Yeri? Lo tuh coba deh hargai Jaehyun maunya sama siapa."

Yang diangguki mantap, "Jaehyun maunya sama siapa? Lo tahu?"

Lalu menggeleng. "Kalo Jaehyun beneran mau sama janda lo bisa apa?"

"Gue jadiin Yeri janda dulu."

"Capek gue ngomong sama gilingan padi."

Mark terkekeh, "mau gimana coba? Buat gue yang paling bagus buat Jaehyun itu Yeri. Kurang apa Yeri? Dan paling penting dari semuanya itu Yeri cinta mati sama Jaehyun. Dia bakal ngelakuin apapun yang Jaehyun mau."

"Termasuk jatoh ke jurang gitu?"

Melotot tak terima. Mark menganggap itu serius. Pun Haechan tanggapi tanpa takut, "yang lo hadapi itu hati manusia, punya hak buat memilih. Kalo lo maunya Mail sama Susanti, lo nggak bisa maksa buat jatuh cinta sama Mei-Mei. Secocok apapun mereka dimata lo."

Haechan jadi merasa benar dengan keputusan Jaehyun untuk merahasiakan perasaannya dari teman lain dengan alasan malu kalau tak jadian beneran.

Dan disisi lain, Mark pasti akan malakukan apapun untuk menggulingkan Alia di hati Jaehyun meski Haechan yakin tak akan goyah, namun suatu saat nanti, pertemanan mereka akan di nomor duakan untuk ego masing-masing.

Dengan adanya tante seulgi yang baginya bisa membantu. Jaehyun menolak. Katanya takut dikata cowok payah karena sulit menaklukan hati satu wanita.

Something in RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang