Seorang ibu akan menyayangi anaknya tanpa mengenal masa. Membawa anaknya saat mengandung dalam perut yang susahnya subhanallah.
Memberi ASI yang terbaik ketika masih belajar berjalan. Lalu merawat dengan sepenuh hati hingga anaknya bisa merawat diri sendiri. Pun meski begitu, seorang ibu akan terus menjaga anaknya tanpa mengenal umur.
Menjadi mandiri bukan alasan seorang ibu untuk melepas anaknya begitu saja. Karena kasihnya tak akan mampu terhitung atau kadaluarsa hingga saatnya.
Begitulah ibu, tak terhingga seluruh pengorbanannya. Apapun itu, asal demi anak seolah dunia pun akan beliau beri. Malaikat tak bersayap dan bentuk paling indah dari cinta.
Bahkan kata sebagus apapun tak akan mampu melukis seindah apa kehangatan peluk kasih seorang yang telah melahirkannya.
"Kenapa ya tante?"
Adalah Haechan. Saat ini duduk di ruang tamu bercat abu. Menempelkan bokokngnya pada sofa cokelat yang empuk.
Lalu perempuan paruh baya yang tadi memanggilnya duduk di sebelah kiri. Menatap lekat-lekat teman anaknya yang dirasa paling dekat.
"Kamu tahu nggak Chan, Jaehyun lagi suka sama siapa?"
Terkejut dibuatnya. Haechan menggaruk tengkuk meski tak gatal. Bingung ingin menjawab, namun berakhir gelengan. "Nggak tahu Tante."
Terkutuklah mulutnya. Berdosalah dia karena karena kebohongannya. Dan tak diterima amalnya meski tengah menahan lapar karena puasa. Dalam hati beristighfar, semoga Allah memahami maksudnya berbohong pada orang tua.
"Jangan bohong."
Kembali dibalas dengan senyuman kaku. "Emang kenapa sih Tan?"
Tante Seulgi membenarkan posisi duduk, "kemarin Jaehyun pulang. Bawa kantong isinya baju-"
"Buat Tante?" Membuat Seulgi membuang nafas karena ucapannya dipotong. Dasar anak muda tak sopan!
"Ngiranya sih gitu Chan. Tapi bajunya anak muda banget. Warna abu-abu kotak. Bagusnya sih buat kerja. Harganya mahal Chan. Tapi ya masa Jaehyun beliin mamahnya baju nggak ngeliat umur."
"Tante tanya buat siapa?"
"Yaiyalah!"
"Terus?"
Seolah nyambung sekali keduanya. Apalagi Jaehyun sedang berangkat kerja. Tanpa perusuh dan suami Tante Seulgi pun tak ada di rumah, tengah mencari nafkah.
"Katanya buat orang tapi nggak jadi. Mukanya kusut loh Chan. Pacarnya Jaehyun siapa?"
Haechan menggeleng, "jomblo Tan. Masih proses."
"Siapa?" Katanya berbinar.
Untungnya sadar. Haechan kembali menggeleng. "Nggak tau Tante."
Seulgi kecewa. Jaehyun juga tertutup tentang kisah asmaranya, berharap Haechan tahu namun seolah sengaja ditutup rapat-rapat.
"Tante kenal ceweknya nggak Chan?" Kata menyerah terhapus dalam kamus hidup Seulgi, apalagi mengenai Jaehyun. Putra semata wayangnya.
Durhakanya, "Haechan pamit ya Tan."
Segera Seulgi tarik tangan pemuda itu. Mana boleh pergi sebelum memberi yang Seulgi cari. Membuat Haechan menggaruk kening. Niatnya kabur yang terkesan durjana pun gagal.
"Kamu jangan gitu Chan. Sebagai seorang ibu, tante pengin ngerti tentang anaknya. Apalagi Jaehyun itu kadang tertutup sama tante. Tante khawatir. Kadang Jaehyun sedih tanpa tante ngerti alesannya." Menatap Haechan dalam, menyalurkan seluruh katanya yang dalam dari lubuk hati.
"Tante mau Jaehyun bahagia. Itu emang udah jadi urursannya Jaehyun, tapi bukan berarti tante bener-bener nggak perlu tahu tentang Jaehyun kan? Mau kayak gimanapun ceweknya, tante mau tahu Chan. Bukan tante kepo, tapi semuanya demi Jaehyun."
Otaknya mulai pro-kontra. Yang satu membenarkan untuk memberi tahu dan sisi lainnya menyuruh untuk tetap bungkam. Hingga kembali Seulgi bersuara, "ciri-cirinya aja Chan. Tante akrab nggak sama dia? Sering ketemu?"
"Gitu Tan. Anaknya- eum, gitulah. Tante kenal kok."
"Siapa? Blok sini?" Sangat antusias membalas.
"Itu Tan-"
"Bentar-bentar, tante tebak ya. Anaknya pasti cantik, tinggi, terus pinter. Dari ujung ya Chan."
Haechan mengernyit. Kenapa malah kayak nebak kuis sih?
"Aisha? Dewi? Mia? Onda? Cahya? Eh, dia kan udah mau nikah. Masa nikung sih?"
Astaghfirullah. Panas-panas begini. Haechan melirik jam dinding pukul dua belas. Haus sekali. Lalu melirik toples diatas meja, isinya ada kacang asin yang kalau buat teman ngobrol begini pasti makin gurih.
Seulgi yang sadar mengambil toples dan menyodorkan pada Haechan. "Ambil aja kalo mau. Sama toplesnya juga nggak papa."
Haechan pasrah, pun masih mendengar perempuan berkepala lima ini masih bicara, "Siapa Chan? Kasih tahu Tante dong yang jelas. Tante suka ketemu dimana sama anaknya?"
"Di masjid tante."
"Terus kalo ketemu Jaehyun, anaknya dimana? Di Cafenya Lucas?"
"Masjid juga tante. Pas tadarus."
"Yeri?"
Membuat Haechan mengernyitkan kening. Mematap ibu dari temannya penasaran. "Tante mau punya mantu Yeri?"
"Biasa aja sih. Kalo Jaehyun mau ya udah. Kalo enggak ya nggak papa."
"Terus kenapa Tante berpikir Yeri?"
"Tante sering liat Jaehyun sama Yeri. Tante juga kadang shaf solatnya sebelahan sama dia. Tapi emang bener anak tante naksirnya sama Yeri?"
"Kalo bukan gimana Tan?"
"Kalo bukan ya siapa Chan?" Ungkap beliau agak geram.
Haechan tersenyum, menaikkan kedua bahunya. Menatap Seulgi sambil memamerkan giginya. Seulgi pikir, Haechan masih butuh dirayu, "tante ada sirup sama camilan lain loh Chan. Mau nggak? Tante ambilin deh ya. Buat buka puasa. Sirupnya tiga botol juga nggak papa, ini sama jajanannya lima kantong dibawa ya. Tapi kasih tahu tante siapa ceweknya Chan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Something in Ramadhan
Fanfiction"Ya, itu gue, Jaehyun." 'Gue bukan butuh jasa. Gue butuh istri. Ini Jaehyun, Alia.' Alia heran. Cahya, temannya itu kok mau sih dijodohkan? Melihat keputus asaan manusia yang takut mencoba. Pasti mencari jalan keluar termudah. Padahal, bagi Alia ja...