28 [Ngambek Ya? Maaf ya.]

138 22 0
                                    

Memandangi banyak jajanan membuat Alia terdiam. Hanyut dalam banyaknya keinginan. Yang ini dan yang itu. Maunya dibeli semua. Tapi netranya menangkap berbinar es campur. Biasa memang, tapi entah kenapa saat ini nafsunya jadi lebih besar soal minuman es dengan isi aneka ragam warna warni. Pasti seger.

Tapi kalau diliat lagi, nyoklat juga enak.

Menoleh ke belakang pada Jaehyun, ingin meminta saran tapi Yeri masih di samping lelaki itu. Sedang menoleh dan memilah sama seperti dirinya. Jaehyun sudah bertatap dengan Alia, menaikkan sebelah alis tebalnya seolah berkata 'apa?'

Alia melengos. Tak jadi. Dalam hati mengumpati. Kesal sendiri. Cemburu? Ih! Alia tepis banyak-banyak rasa itu. Mendengus dan berdecak sebelum Yeri berkata, "kesana yuk."

Semuanya mengikuti keinginan Yeri. Tapi Alia enggan sebenarnya. Maka, saat kedua insan itu sedang sibuk mengobrol di depan penjual sate, Alia undur diri tanpa kata. Menjauh dan terus merutuk. Berdiri di samping stand kolak. Memencet ponselnya kuat. Dia marah. Nomor Cahya tak mengangkat panggilannya.

Lalu seperti biasa, chat dengan Yuju. Curhat seketika itu juga meski dia dirubungi keramaian. Masa bodoh. Pokoknya mau cerita tentang kekesalah dirinya dengan Yuju tentang unek-unek diri. Hanya dengan chat pesan.

Yang mana, jawaban Yuju adalah '😂😂😂😂mampus! Kualat sih nggak nagajak temen. Makanya ilang.🤪'

Dasar temen laknat.

Alia berdecak keras. Menghentakkan kaki ke tanah yang berumput. Bibirnya manyun. Mengetik pesan panjang lagi pada Yuju. Memarahinya.

"Kok disini?" Mendongak, melihat lelaki jangkung itu sudah berdiri di sampingnya.

"Itu- anu ... "

'Elu kan sama Yeri.' Batinnya mencibir.

"Yuk. Mau beli apa?" Memegang lengan Alia. Gadis itu jadi risih. Tatapan Yeri seolah menyiratkan kecemburuan. Dan Alia tahu, sebagai perempuan yang pernah jatuh cinta. Rasanya patah hati karena si lelaki memilih orang lain.

Kenapa dia merasa jadi orang ketiga?

Melepas pelan. Mendorong tubuh tegap itu keluar dari sempitnya ruang antara dua stand. Masih diikuti Yeri, Alia berkata pada Jaehyun. "Duluan aja. Gue dibelakang."

"Enggak! Nanti ilang." Suara tergasnya terdengar.

Maka pasrah, dia seolah tak diizinkan lepas dari padangan Jaehyun. Terus saja berjalan beriringan. Sesekali lengannya bersinggungan. Namun berusaha Alia abaikan.

Sampai satu langkah, Alia menoleh pada Jaehyun yang tertinggal. Menatap tangan kekar itu memegang pundak Yeri. Dalam hati menyebutkan nama-nama binatang. Padahal sudah tahu hukumnya makruh.

Menghembuskan nafas keras yang Alia yakini jaehyun tak akan mendengar. Melirik kembali banyaknya penjual pada stand yang berjejer. Tak nafsu sama sekali.

Hingga seseorang tertangkap dalam pandangan. Yang familiar dan dikenal. Maju dengan langlah mantap dan pasti. Begitu cepat untuk segera sampai pada tujuan dan-

"Aduh!" Haechan mengerang. Memegangi kakinya yang barusan di tendang Alia. Menatap marah tanpa malu meski disana ada banyak orang.

"Setan lo!"

"Santai dong Ya!" Haechan membela diri.

"Santai-santai ndasmu!" Terjeda sebentar sebelum lanjut berkata, "sekarang gue tanya, apa motif lo ninggalin gue?"

"Ninggalin? Enggak lah! Lo kan sama Jaehyun."

"Tapi gue maunya sama Cahya! Gue dateng kesini sama Cahya. Kempret!" Lalu menbuang pandang. Tepat beradu dengan Mark yang menatapnya berisi 'ni cewek nggak ada sopan santun. Nggak punya malu.'

Haeun aja sampai heran dan takut sendiri. Mbaknya kalo marah kayak singa.

Memang sih, dia jadi bahan perhatian. Sadar akan hal itu. Sempat tak dihiraukan tatapan orang-orang. Namun berjalan lebih dulu. Jadi marah.

Ingin pulang, tapi bokongnya malah mendarat pada bangku di dekat parkiran. Lalu meurutuki diri. Gila! Pasti tadi kelihatan childish sekali. Aduh! Ada yang sadar nggak sih Alia tadi sebenarnya marah pada Jaehyun karena Yeri?

Hell! Alia sudah meyakini satu hal tentang perasaannya. Dan saat ini dia memutuskan hatinya, Jaehyun nggak akan dia sukai. Dia jadi paham yang kemarin itu hanya perhatian wajar yang malah dia lebih-lebihkan sendiri.

Begitu saja, biar hatinya tak lagi patah sendirian. Di sebenarnya takut jatuh cinta, hanya kadang tergoda oleh perhatian Jaehyun. Alia saat ini bersyukur jika dia belum terlalu dalam mencintai lelaki berfisik sempurna seperti Jaehyun. Alhamdulillah.

"Sorry Ya." Seseorang duduk di sampingnya. Haechan.

Membuat Alia membuang nafas panjang tanpa niat ingin menatap si pemilik suara sebelumnya. "Gue lagi nggak mau ngomong."

"Itu barusan lo ngomong."

Sumpah! Moodnya jatuh semakin dalam. Hanya gara-gara Haechan. Parah. Lalu Jaehyun duduk di sebelah kirinya. "Ngambek Ya? Maaf ya."

Tak Alia tanggapi, gadis itu bangkit. Meminta tukang parkir mebgeluarkan motornya lalu segera mengajak Cahya dan Haeun yang tepat sekali saat itu keluar dari kerumunan untuk pulang.

Melihat Jaehyun saja rasanya malas dan ogah-ogahan. Rasa kesal mendominasi dirinya.

Something in RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang