22 [Makanya, aku temenin.]

162 28 0
                                    

Banyak hal yang tak bisa diceritakan pada orang lain. Sebab mereka belum tentu mengerti. Mereka yang tahu belum tentu peduli. Mengumbar rencana kedepan belum tentu membuatnya semakin mudah digapai.

Begitu juga mimpi. Meski diberi tahukan pada orang lain, belum tentu akan jadi gampang diterjang. Di dunia ini, memetik bintang tak semudah membuang nafas dari hidung.

Walau bagi orang lain, Alia terlalu mengejar dunia. Tapi dia sudah belajar tak peduli. Mereka tak tahu apa yang sebenarnya ingin dia capai.

Mata sudah terasa perih, tapi masih Alia ingin lanjutkan. Menatap kembali laptop yang sejak dua jam lalu menyala. Durasi yang diedit hanya lima belas menit, tapi dengan menambahkan atribut dalam video agar enak di pandang memerlukan waktu panjang.

Ponselnya berdering membuat dia segera menoleh. Berharap pesan dari Yuju yang tadi sempat membalas pesannya sebelum akhirnya kosong tanpa jawaban. Alia berharap Yuju menemaninya menggarap video lewat online.

Membuang nafas kala nama yang tertara pada pengirim adalah Jaehyun. Sempat ingin tak membalas, tapi lumayan juga jadi pengganti Yuju menemaninya mengejar deadline.

'Kenapa Jae?'

Mengklik tombol send sebelum akhirnya meneguk air putih dari gelas. Menoleh para Haeun yang sudah tertidur di samping jajanannya. Sempat makan jajan berdua tadi.

Mencomot keripik singkong rasa bbq. Alia kembali melirik ponsel, pesan Jaehyun yang dia temukan.

'Belum tidur?'

Alia berdecak, tak suka dengan pertanyaan yang jawabannya pasti. 'Udah.' Menjadi balasannya kemudian.

Membuat si penerima pesan terkekeh. Memakan jajan dari sang pujaan di depan rumah. Sambil melirik bangunan tempat pujaannya tidur dari tempat. Lampunya menyala, tepat sekali statusnya online.

Sejak beberapa menit lalu ragu untuk mengirim pesan. Takut tak dibalas. Dan ternyata, itu membuat hati Jaehyun tersenyum. Toh, lelaki itu rasa sudah mulai bisa membiasakan diri. Tadi juga mereka bercanda di motor dan meminjam uangnya.

Jaehyun mantapkan langkahnya untuk mendekat pada si pujaan. Kali ini, Jaehyun tak akan menyerah. Dia pasti bisa mendapatkan Alia.

Sampai merutuki tangannya sendiri yang memencet ikon panggilan video. Tapi entah mengapa, tak langsung Jaehyun matikan refleksnya. Seolah menunggu Alia merespon.

Dengan Alia yang mendiamkan ponselnya. Hanya diliriki meski terus berkedip karena dalam mode silent. Terus menatap laptop sambil tangannya berkutat pada mouse dan keyboard.

Hingga akhirnya bernafas lega. Seumur-umur Alia belum pernah tuh di telfon cowok apalagi dengan video call. Kalau Renjun mah terbilang teman yang sulit Alia anggap sebagai seorang laki-laki karena kedekatannya.

'Nggak diangkat sih?'

'Gue tau lo belum tidur.'

Pesan yang terakhir dikirim setelah mengecek jendela rumah yang di tempati Alia lampunya masih menyala. Ponselnya kembali menerima pesan, 'nggak enak. Malem-malem ntar pada keganggu.'

Jaehyun tersenyum, mengetik lagi pada ponsel. 'Nggak keras-keras kok. Beneran.'

Ragu. Alia menggigit bibir. Kembali mendapat panggilan video dari orang yang sama. Lagian, lumayan juga jadi ada yang nemenin. Malam begini sangat hening. Tak nyaman karena bukan rumah sendiri. Apalagi suka merinding sambil menepis pikiran-pikiran negatif.

Kalau tak ada Jaehyun, malam ini rasanya dia hidup sendirian.

"Kok gelap? Ya? Jangan curang ya. Masa lo nggak muncul?" Segera Alia kecilnya volume panggilan setelah memencet ikon terima.

Something in RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang