54 [Alia mau dijodohin.]

163 19 0
                                    

Meski semangatnya sudah muncul, tapi kembali lagi, Alia belum benar baik-baik saja. Atau mungkin, ini adalah prosesnya merangkak. Belum seutuhnya bisa berlari tapi rasanya lebih baik daripada menjadi manusia yang selalu merasa tengah berada dipojok kesuraman.

Tak bisa dipungkiri, tubuh gadis itu terlihat lebih kurus. Wajahnya pucat tak terlihat sehat. Berjalan menuju rumah setelah memarkir motor. Alia menenteng plastik besar berisi rantang untuk Eyang yang katanya sedang sakit. Tak peduli di pos ronda ada Jaehyun dan Mas Yunhoo sedang berbincang.

Dilihatnya tubuh renta itu terbaring pada ranjang. Lemas. Suhunya panas. Alia pijati kakinya. "Eyang, Alia bawain sup ayam. Makan yang banyak biar cepet sembuh."

"Nggak enak rasanya."

Alia sadari, semakin usia menua, semakin kembali seperti anak kecil. Merengek atau mengeluh ini dan itu. "Tapi kan biar cepet sembuh."

Lalu terdiam, masih Alia pijiti kaki laki-laki berumur itu. Hingga akhirnya bersuara, "iya, biar nanti bisa dateng ke nikahan Alia."

Gadis itu paksakan tersenyum, mengangguk sambil memandang Eyang. Inginnya menangis mendengar itu. Alia saja tak punya pikiran akan menikah cepat. Padahal Umur dan jodohkan memang tidak ada yang tahu.

"Nanti Eyang dateng ke nikahan Alia. Ketemu sama suami Alia."

Alia berusaha menghibur, sebagai cucu pertama yang usianya jauh dewasa dari yang lain. Mama dan Papanya menikah muda, sedang Mbak Hyoyeon memiliki Haeun baru berusia sepuluh tahun. Jadi, yang paling besar diharapkan adalah dirinya.

Lalu diluar, Haechan mendekat ingin bicara pada Jaehyun, tapi laki-laki itu sudah berlalu. Masih menghindar daripada adu mulut apalagi adu kekuatan. Yang Jaehyun rasa sekarang, sudah sakit ditinggal Alia, tapi malah diperkeruh oleh berita tak mengenakkan mengenai Haechan.

Jadi, dia selalu menenangkan diri dengan berusaha menjauh, merasa pilihannya sekarang adalah yang terbaik.

"Jae." Haechan tak menyerah. Tapi Jaehyun terus berjalan.

Membuat Yunho mengernyitkan kening, "kenapa sih lo Chan? Kayak nggak dianggep sana sini."

Bagusnya Haechan tak mengambil hati ucapan Mas Yunho, dia hanya mengangguk pasrah. Mengusap rambutnya kasar. "Tau nih. Semuanya pada gitu."

"Eh, Alia disini bang?" Tanya lelaki berkoas abu itu setelah melirik motor Alia di halaman rumah.

Yunho mengangguk, Haechan kembali bertanya, "terus Jaehyunnya gimana?"

"Gimana? Nggak gimana-mana."

"Nggak nyapa Alia?".

Lalu dijawab dengan gelengan kepala. "Kenapa emang Chan?"

"Nggak papa. Alia pulangnya kapan Bang? Masih lama?"

"Nggak tau, tapi baru sampe. Kenapa sih Chan tanya-tanya. Naksir ya?"

"Bukan gue-" Haechan diam sebentar. Menimang apakah akan berujung baik kejujurannya tentang Jaehyun agar namanya untuk disangkut pautkan dengan Alia jadi berkurang. Atau malah semakin memburuk?

Namun, sebelum Haechan bicara, Yunho sudah bersuara, "tapi jangan deh Chan. Alia mau dijodohin." Haechan menoleh. Sangat terkejut.

🍃🍃🍃

"Iya Juy. Ternyata drama korea nggak buruk-buruk banget." Alia terkekeh. Menempelkan ponsel pada telinga.

"Nah kan. Gue bilang juga apa. Lagian lo nih, dari dulu udah gue bilangin buat nyoba tetep aja nggak mau."

Something in RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang