Gua membuka mata matahari pagi nampaknya sudah menyambut kehadiran gua, Gua tidak mengingat kejadian apa apa semenjak gua tidak sadarkan diri, Gua sudah berada di atas kasur kamar gua. Gua melihat tidak ada satu pun orang di kamar. akhirnya gua memutuskan untuk keluar. Gua berjalan menuju ruang keluarga gua mendapati kak Kyu dan Aro tengah memainkan ps. Kak Tio dan Noa sedang berbicara serius. Ya hari ini hari minggu jadi mereka tidak bekerja.
"Kak." Sapa gua setelah tiba di ruang keluarga, Gua memecahkan keheningan. Kak Tio menatap manik mata gua tajam seolah ingin menusuk.Gua tahu pasti kak Tio ingin marah.
"Siapa yang mengajarimu clubbing ?" Tanya kak Tio dingin.
"Elsa yang mengajari mu bukan ?, Kalau sampai gua masih melihat lu main sama Elsa maka gua gak akan segan segan bersikap kasar." Kali ini Kak Kyu yang membuka suara.
"Adik kecil kita rupanya sudah jadi jagoan. Berani sekali dia melanggar aturan yang kita buat. Lu mau kita aduin ke mama dan papa kalau lu sekarang udah berani pergi ketempat hiburan malam ?, Lu mau membuat mereka kecewa?." Tanya kak Noa. Gua tidak berani menjawab. jujur rasanya gua seperti tersangka yang dimintai jawaban oleh seorang polisi yang berjumlah 4 orang.
"Semakin besar semakin tidak tahu aturan. Diberi kepercayaan malah membangkang." Ucap Aro menganggap remeh gua.
"Kak maafin Ana. " Ucap gua, Gua tersiak dan menangis rasa bersalah nampaknya menyelimuti hati dan pikiran gua.
"Maaf ???, Sudah berapa kali kamu meminta maaf dan kali ini kita tidak akan mengampuni mu. ini sudah terlewat batas kebebasan. Kita sudah sering menasehati bukan ?, Dan jawaban nya lu telah berjanji dan bersumpah tidak akan menginjakan kaki ke tempat haram itu."
"Kak Ana janji gak akan ke tempat itu lagi."
"Janji ?, Tanam sudah semua janji busuk mu itu.Sekarang nasi telah menjadi bubur gua dan Tio sudah tidak percaya lagi dengan janji lu dan kita tidak akan memberikan kepercayaan lebih lagi. gua sebagai kaka tertua lu malu Ana. Adik kecil yang selalu kaka banggakan nyatanya apa ?.. lu kecewain kita."
"Terserah kaka ingin berkata apa." Gua berlari meuju lantai atas, Gua menangis sejadi jadinya sampai mata bengkak. tapi tidak ada satupun yang mempedulikan gua. Keempat kaka gua seolah membiarkan gua ingin melakukan apapun.
Dretttttttt.... Dretttttt... Dretttttt..
Ponsel gua berhetar, Gua melihat panggilan telepon dan melihat paggilan dari siapa yang masuk. Rupanya panggilan itu dari Joa gua pun mengangkatnya.
"Halo." Ucap gua, Gua tersiak padahal gua udah enggak menangis sama sekali.
"Ana lu kenapa ?, Kok nangis ?." Gua enggak menjawab sama sekali pertanyan Joa gua, Gua menangis lagi. Keempat kaka gua saja tidak mempedulikan gua sedangkan Joa yang bukan siapa siapa ia sangat peduli dengan gua.
"Kaka lu ?." Tanya Joa lembut.
"Iya Jo, Mereka marah dengan gua karena kejadian kemarin."
"Tapi lu gak di apa apain kan ?." Tanya Joa Khawatir dengan keadaan gua.
"Enggak Jo tapi tetap saja gua takut." Ucap gua lirih.
"Padahal sudah besar tetapi mereka masih saja menganggaap lu sepertu adik bayi yang harus di lindungi."
"Entah lah Jo, Gua lelah terkadang tapi mau bagaimanapun pasti kak Tio dan Kak Noa yang berkuasa atas rumah ini dan segala peraturan yang ada di rumah ini. Terlebih gua belum bekerja dan bisa di percayai oleh kedua abang tertua gua."
"Mau sampai kapan seperti itu?, Bukannya sebentar lagi kita lulus sekolah ?, Lu gak ada niatan untuk mengambil pekerjaan atau mencari pekerjaan gitu ?." Tanya Joa, Sepertinya ia mulai geram dengan posesifnya kaka gua
KAMU SEDANG MEMBACA
Please don't be possessive (COMPLETED)
RandomBelum di Revisi ⛔ Bagaimana jadinya kalau tinggal di rumah besar dengan segala peraturan yang dibuat bukan oleh sang pemilik rumah melainkan peraturan itu di buat oleh seorang kaka tertua yang di tugaskan oleh kedua orang tuanya untuk menjaga adik a...