42 - Joa jadian?

1.4K 78 28
                                    

WARNING ‼‼
Jangan jadi silent readers, Ayo dong vote dan comment biar author makin semangat bikin ceritanya. Sengaja di taruh di atas biar kalian baca hehe 😘😘

semoga suka yah dengan cerita author mohon maaf kalau ada kesalahan kata dalam penulisan.

.
.
.
.
.

Pagi ini Ana memutuskan untuk tidak sarapan, Ana langsung berangkat kesekolah dengan kendaraan pribadinya, sebelumnya ia sudah pamit dengan Werdya dan Adam. Ana sudah tidak peduli dengan apa yang dikatakan Noa, semua peraturan yang diberikan olehnya terlalu berlebihan.

"Semoga ini keputusan yang terbaik, gua sudah lelah di perlakukan layaknya seorang tahanan, sekarang waktunya untuk gua menentukan kehidupan gua sendiri tak melulu harus mendengar apa yang dikatkan oleh Noa atau ketiga kaka gua." setelah bergumam Ana memacu kendaraannya keluar dari dalam rumah, sebelum meninggalkan rumah Ana menutup pagar.

"Kaka pernah nyuruh kamu buat berangkat naik mobil sendiri?" Ana menghela napasnya kasar, lagi lagi dewa langit sedang tak berpihak padanya, ia pikir Noa belum terbangun dari tidurnya. "Masukan mobil kamu, berangkat sama kaka." perintah Noa.

"Gak, Ana gak mau sama kaka lagi, Ana berangkat." Ana memasuki mobilnya, tak peduli dengan teriakan teriakan yang di ucapkan oleh Noa.

Skippp

Ana telah sampai di dalam sekolah, suasana masih terlihat sepi, parkiran sekolah yang biasanya ramai kini hanya ada beberapa mobil dan motor saja, Ana memarkirkan mobilnya bersebelahan dengan mobil yang belum ia kenal sebelumnya.

"Siapa yang menyuruh lu untuk parkir di sebelah mobil gua?" Ana menghela napasnya kasar.

"Kalo gua pengennya di sini kenapa? murid baru gak usah songong, ini sekolah umum bukan sekolah milik orang tua lu." Laki laki itu tersenyum miring, meletakan tangannya di pinggang.

"Kalau gua anak pemilik sekolah ini bagaimana? apa lu akan bersikap hormat dengan gua?" tanya laki laki itu meremehkan.

"Selagi bukan salah gua, kenapa gua harus menghormati ANAK PEMILIK SEKOLAH." jawab Ana dengan nada menantang, ia juga menekankan kata anak pemilik sekolah.

"Ikut gua." Ana menepis tangannya kasar, sebelum laki-laki itu membawanya ia sudah melepaskan tangan laki laki itu dari pergelangan tangannya

"Gak perlu maksa, gua gak akan mau ikut dengan laki laki seperti lu."Ana meninggalkan laki laki itu , tak peduli sendari tadi laki laki itu memanggil dirinya, Ana berjalan menelusuri setiap lorong yang ada di sekolahnya, perasaan takut menyelimuti hati dan pikirannya, ada yang mengikutinya dari belakang tapi sendari tadi ia melihat tidak ada 1 orangpun yang mengikutinya.

"Hai Ana." Ana terkejud, jantungnya berdegub cepat.

"Ela, lu ngagetin gua tau gak sih." sentak Ana.

"Maaf, gua gak bermaksud." Jeda sebentar. "Oh yah, tadi gua liat lu ribut dengan anak pemilik sekolah?" Ana menganggukan kepalanya.

"Hemm, dia itu di keluarkan dari sekolah lama karena mencari masalah dengan murid murid di sekolahnya, gak hanya itu dia sudah di keluarkan oleh banyak sekolah jadi orang tuanya meminta anak itu untuk sekolah di sekolahan ini. Gak usah takut dengan dia Orang tuanya udah bilang kok, Alvin akan tetap diperlakukan layaknya seorang murid." Ana menghela napasnya lega, sebenarnya ia cukup takut dengan laki laki tadi, selain terlalu kasar Ana juga tidak suka dengan sifat pemaksa.

"Tumben dateng pagi, oh yah lu udah denger Joa baru aja jadian dengan murid kelas sebelah?" Ana menggelengkan kepalanya.

"Berita lagi heboh tau di instagram, lu gak aktif yah?" Ana menggelengkan kepalanya, hatinya terasa sakit, baru saja beberapa hari yang lalu Joa memintanya untuk balikan.

Please don't be possessive (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang