WARNING ‼‼
Jangan jadi silent readers, Ayo dong vote dan comment biar author makin semangat bikin ceritanya. Sengaja di taruh di atas biar kalian baca hehe 😘😘semoga suka yah dengan cerita author mohon maaf kalau ada kesalahan kata dalam penulisan.
.
.
.
.
."LU?" Teriaknya ketika mereka saling tatap. Jantung Noa berpacu cepat, baru kali ini ia merasakan detakkan yang tak biasa di jantungnya.
"Kak Noa!!" Ucap calon istrinya terkejut melihat seorang laki laki yang sudah tak asing dari indra pengelihatannya.
Ibu Werdya dan Ibu Shinta saling tatap, ia tidak menyangka kalau keduanya sudah saling mengenal. "Kalian sudah saling kenal ??" Tanya Ibu Shinta keheranan, Noa menganggukkan kepalanya di ikuti dengan calon istrinya.
"Wahhh, jangan jangan kalian sudah saling bertukar rasa yah??" Goda Ibu Shinta sambil mencolek dagu Noa, Noa tersenyum meski sebenarnya ia cukup risih di pegang oleh seorang perempuan, yang tak lain mertuanya sendiri.
"Kita saling mengenal bukan karena kita pacaran atau sebagainya, kita saling mengenal karena aku teman dekat Ana, aku sering ke rumah Ana untuk menginap." Sergahnya cepat, ia sudah sangat malas mendengar godaan dari ibunya sendiri. Sebenarnya gadis ini tidak ingin menerima perjodohan ini, hanya karena paksaan kedua orang tuanya ia terpaksa menerimanya.
"Kamu teman Ana?" Tanya ibu Werdya tak percaya, Gadis itu menganggukan kepalanya mantap.
"Wah!! bagus dong, kalau begitu ceritanya Ana jadi tidak kesepian di rumah. Ibu gak sabar sebentar lagi kalian bakal tinggal satu atap, tenang kalian tidak akan tinggal di rumah milik ibu karena Noa telah mempersiapkan rumah untuk kalian berdua." Noa tersenyum mendengar ucapan orang tuanya, setelah itu ia menghembuskan napasnya kasar, ia sudah lelah bersandiwara.
"Sepertinya untuk saat ini saya belum siap membawa dia masuk ke rumah itu, saya belum siap untuk meninggalkan adik adik saya. Mereka masih membutuhkan saya, saya mohon tolong jangan paksakan saya untuk meninggalkan tempat tinggal yang sekarang saya tempati." Ucap Noa dengan suara tegas, ia sudah lelah dengan perjodohan ini. Ia ingin cepat cepat pulang.
"NOA!!" Pekik Ibu Werdya, ia tidak terima atas apa yang dikatakan oleh putra sulungnya.
"Tidak apa apa ibu, untuk sementara waktu mungkin Ela tinggal di rumah yang sekarang. kemungkinan mereka belum siap. Itung itung Ela belajar untuk mengurus suaminya terlebih dahulu karena Ela masih perlu banyak belajar." Lerai Ibu Shinta.
"Terima kasih bu atas perhatiannya, mohon maaf kalau ucapan anak saya yang mungkin menyinggung perasaan Ibu." Ibu Shinta dan bapak Aldo tersenyum hangat mendengar ungkapan permintaan maaf dari Werdya.
"Tidak apa, namanya anak muda, masih belum ingin pisah rumah dengan keluarga. Nanti kalau sudah membangun keluarga pasti akan merasakan bagaimana rasanya tinggal di satu atap dengan suami/ istri." Ucap bapak Aldo. Ibu Shinta dan Ibu Werdya tersenyum begitupun dengan suaminya.
"Ohh iya, bagaimana dengan kebayanya? Ela suka dengan kebaya pilihan Noa?" Tanya Werdya mengalihkan pembicaraan, Ela menganggukan kepalanya. Meski sebenarnya ia sangat tidak menyetujui prihal perjodohan ini.
"Baiklah, berarti lusa kalian lamaran, 1 minggu kemudian kalian akad nikah dan resepsi pernikahan akan dilangsungkan ketika Ela lulus sekolah." Werdya, Shinta, Adam dan Aldo tersenyum bahagia tapi tidak untuk Noa dan Ela ia hanya pura pura tersenyum demi membahagiakan kedua orang tuanya.
"Ibu pesan dulu yah, kalian tunggu disini" Keduanya menganggukan kepala, selama proses pemesanan berlangsung tidak ada yang membuka suara. Suasana mendadak hening, hanya ada suara teriakan kebahagiaan yang terpancar dari raut wajah masing masing orang tua yang menjodohkan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please don't be possessive (COMPLETED)
AcakBelum di Revisi ⛔ Bagaimana jadinya kalau tinggal di rumah besar dengan segala peraturan yang dibuat bukan oleh sang pemilik rumah melainkan peraturan itu di buat oleh seorang kaka tertua yang di tugaskan oleh kedua orang tuanya untuk menjaga adik a...