22 - Introgasi

2.8K 92 1
                                    

Hari sudah malam, matahari sudah terbenam. Hari ini keempat kakanya tidak ada yang menemaninya di rumah sakit karena kebetulan jadwal mereka sama sama padat. Seharian Ana hanya terbaring menatap langit langit ruangan serba putih dengan tatapan miris. Ia sudah tidak ingin kabur seperti dulu yang membuat keempat kakanya khawatir.

"Andai saja hanphone gua gak di sita." Gumam Ana dalam batinnya. Ia kembali menatap langit langit rumah sakit sambil sesekali meregangkan tubuhnya, Tubuhnya terasa sangat pegal karena seharian tidur.

Ana melirik remot televisi yang ada di sebelahnya, ia berniat ingin mengambil remote itu. Tapi nyatanya ia tak mampu menggapai remot yang berada di atas meja sebelah kasurnya. Akhirnya ana memutuskan untuk menurunkan pagar penjaga tujuannya agar mempermudahnya mengambil remot yang letaknya kurang lebih 5cm darinya.

setelah berhasil mendapatkan apa yang ia mau Ana kembali memposisikan tubuhnya tertidur di atas kasur rumah sakit . Ia menyalakan televisi yang semula padam, Ia mulai mencari chenel korea tapi nyatanya filem yang disediakan oleh rumah sakit hanyalah filem lokal. Dengan berat hati Ana kembali menatap fiem lokal. meski ia tidak begitu suka tapi ia menghargai hasil produksi dari negrinya sendiri.

Cletekkkk..

Pintu terbuka, Ana melihat keempat kakanya baru saja masuk kedalam kamarnya. Sepertinya mereka janjian untuk pulang lebih awal harini ini.

"Ana sudah makan sayang ?." Tanya Noa mencium pipi Ana lembut. Ana menganggukan kepalanya, bagaimana Ana bisa menolak makan. Suster rumah sakit memaksanya untuk menghabiskan makanan yang ia bawa bahkan ia juga yang menyuapi Ana sampai makanan yang di piringnya habis. Sepertinya suster itu suruhan abangnya soalnya setiap ia selesai makan pasti suster itu selalu mengabadikannya melalui ponsel yang dimilikinya dan sepertinya suster itu di gaji lebih oleh Noa untuk mengawasi Ana jangan sampai ia tidak makan.

"Kaka boleh tanya ?" Ana menganggukan kepalanya lemah, ia sudah tau pasti kedua kakanya itu akan bertanya persoalan kemarin.

"Kenapa penyakit Ana bisa kambuh ?" Tio yang bertanya. suara Tio di buat sehalus mungkin agar Ana tidak takut dengannya. Ana diam seribu bahasa, Ia takut kalau ia jujur akan dimarahi oleh Tio.

"Hei kaka nanya loh kok gak di balas." Tio mendongakkan kepala Ana. Ana memejamkan matanya, Ia mengontrol dadanya yang terasa sesak karena ketakutan setelah itu ia kembali membuka matanya.

"Maaf." Hanya itu yang ia bisa ucapkan

"Kaka mau tanya dong, Kenapa Ana bisa pinsan ?" Kyu yang ikut bertanya. Ana terdiam, Ia tidak menjawab pertanyaan Kyu meski suara Kyu sudah di buat sehalus mungkin tapi tetap saja pasti kedua kakanya membutuhkan penjelasan darinya.

"Kalau Ana jawab kaka akan kembalikan handphone Ana." seketika mata Ana berbinar setelah melihat handphone yang berada di tangan Tio.

"Kaka tanya sekali lagi. Ana kenapa kok bisa kambuh ?." Kali ini nada suara Tio dinaikan 1 oktaf meski masih terdengar lembut tapi tetap saja Ana takut padanya .

"Ana makan nasi goreng pedas." Ucap Ana lirih, ia terpaksa jujur karena ia rindu dengan Joa, sudah 2 hari ia tidak bertemu dengan Joa.

"Ana memakan berapa cabai ?." Kali ini Noa yang ikut bersuara nada suaranya dinaikan lebih tinggi dari Tio.

" 3 rawit dan 2 kriting kak." Ana memejamkan matanya tak berani memandang wajah keempat kakanya.

"Ana tahu kalau Ana gak boleh makan pedas ?" Aro bertanya pada Ana. Ana menganggukan kepalanya lemah.

"Jangan diulangi lagi, Kalau sampai Ana ketahuan makan pedas maka kaka akan memberikan hukuman buat Ana. Ngarti ?" Ana menganggukan kepalanya, Entah mengapa hari ini Tio tidak terbawa emosi, Padahal biasanya Tio yang akan memarahinya.

"Kaka berikan handphone Ana tapi jangan dimainkan sekarang. Sekarang Ana tidur." Ana meletakan poselnya di sebelah kasurnya. Tio mematikan televisi setelah itu menyelimuti Ana.

"Kalian pulang besok bukannya kalian harus bekerja ?, Ini sudah jam 10 malam."

"Baik kak, Kita pulang yah." Ucap Kyu salim pada kedua kakanya, diikuti oleh Aro. Stelah berpamitan dengan kedua kakanya Aro dan Kyu memutuskan untuk pulang.

"Kita harus benar benar mengawasi Ana baru 1 hari saja kita tinggal kejadian yang tidak di iginkan bisa terjadi. dia memakan nasi goreng pedas dan es lemon, bagaimana penyakitnya tidak kambuh kalau seperti itu." Ucap Noa

"Ya, kita sudah melakukan yang terbaik untuk Ana. Sekarang kita harus memperketat Ana agar tidak melanggar peraturan yang kita buat." Ujar Tio.

"Gua mandi, Lu jaga Ana." Pesan Noa kepada Tio. Tio menganggukkan kepalanya, Setelah Noa selesai mandi sekarang giliran Tio yang mandi. Setelah keduanya selesai mereka tertidur dengan lampu di matikan. Sepertinya mereka berdua kelelahan akhirnya tak punya waktu banyak untuk menjaga Ana.

Disisi lain Ana diam diam melirik kearah tempat tidur kakanya. Keduanya sudah tertidur pulas, Terdengar suara dengkuran, Setelah dinyatakan aman Ana langsung menyalakan ponselnya. Ia menutup seluruh tubuhnya sampai kepala, Takut takut cahaya ponselnya terlihat oleh kedua kakanya.

Eertanta Meryana Romaren

Joa, Ana kangen. (23:45)

Wilson Ernathan Joanathan

Ana sudah sadar ? (23:45)

Eertanta Meryana Romaren

Sudah Jo, Kenapa tidak datang hari ini ? (23:26)

Wilson Ernathan Joanathan

Joa ada kerjaan tadi, Besok pagi Joa kebetulan libur nanti Joa bakal temenin Ana yah. (23:26)

Eertanta Meryana Romaren

Ana kangen Joa (23:27)

Wilson Ernathan Joanathan

Joa juga kangen banget sama Ana, Sekarang Ana tidur yah sudah malam ( 23:28 )

Eertanta Meryana Romaren

Gak mau (23:29)

Wilson Ernathan Joanathan

Ana sedang sakit sayang. (23:30)

Eertanta Meryana Romaren

Ana sudah sembuh dan besok Ana mau pulang. (23:32)

Wilson Ernathan Joanathan

Dokter bilang Ana harus di rawat 5 hari kedepan. (23:32)

Eertanta Meryana Romaren

Ana gak betah terus berada di rumah sakit. ( 23:35)

Wilson Ernathan Joanathan

Ana belum pulih sayang. ( 23:35)

Mereka melakukan percakapan sampai jam menunjukan pukul 12 malam, Tio terbangun dari tidurnya karena tiba tiba ia ingin buang hajat. Setelah kembali ia melihat Ana tidak ada, Ia berpikir kalau Ana kabur tapi sebelum ia membangunkan Noa ia memastikan terlebih dahulu.

*Membuka selimut Ana.

Tio melihat Ana sedang memainkan ponsel miliknya, terlihat pantulan cahaya di wajahnya. Ana yang baru sadar karena keasyikan memainkan ponsel sontak gelagapan. Memberikan Alasan juga percuma.

"Handphone Ana kembali di sita sampai waktu yang belum di tentukan." Ucap Tio dingin, ia memasukan ponsel Ana kedalam kantungnya. menatap mata Ana tajam.

"Sekarang Ana tidur." Ana kembali memejamkan matanya, Tio menemani Ana sampai ia tertidur pulas. Setelah dipastikan Ana sudah tidur Tio kembali tertidur di kasur kecil yang ia sewa dari rumah sakit.
.
.
.
.
.
.

Hai, Semoga kalian suka dengan cerita Author. Jangan lupa like dan comment yah biar author makin semangat membuat ceritanya.

Bagi yang menunaikan ibadah puasa semangat puasanya, sebentar lagi sudah mau berbuka puasa.

terima kasih sudah mau menyempatkan diri membaca ☺☺, kecuoan hangat dari Author 😘😘


































Please don't be possessive (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang