62

639 34 0
                                    

WARNING ‼‼
Jangan jadi silent readers, Ayo dong vote dan comment biar author makin semangat bikin ceritanya. Sengaja di taruh di atas biar kalian baca hehe 😘😘

semoga suka yah dengan cerita author mohon maaf kalau ada kesalahan kata dalam penulisan.

.
.
.
.

"Hiksss, apa salah guaaa? Sampai Tuhan menghukum gua seperti ini." Ela memukul bantalnya yang tidak bersalah, Ela menangis, ia tidak kuat harus berlama lama di satu atap yang sama dengan Noa. "Gua mau pergiiii, gua gak mau tinggal disini." Ela mengambil pakaian yang ada di lemari memasukannya kedalam tas setelah itu membuka jendela kamarnya dan kabur lewat belakang, ia memutuskan untuk kembali ke rumah Ana karena ia sudah muak dengan Noa.

-----

Kini Ela telah tiba di sebuah rumah yang tidak terlalu besar tetapi nyaman untuk di tempati, Ela ingin menenangkan diri.

"Semoga gua masih di terima di rumah ini." batin Ela, ia melangkah masuk kedalam rumah.

"Ela." sapa Elsa saat ia memasuki rumah, Elsa berdiri dari duduk dan memeluk Elsa yang tengah tersiak di pundaknya. Elsa tidak bertanya, ia tahu apa yang tengah di alami oleh Ela. "Ke kamar gua aja yuk." Ela menganggukan kepalanya.

"Ngapain lu?" ketika hendak melangkah, terdengar suara Tio, Elsa dan juga Ela refleks menghadap belakang, mereka melihat Tio  tengah  berkacak pinggang.

"Bukan urusan lu." Ela berlari menaiki tangga, tapi tiba-tiba tangannya di cekal oleh Tio.

"Mulai sekarang lu menjadi urusan gua." Ela menelan silvanya susah payah.

"Lu mau ngapain?" tanya Ela takut, sorot matanya begitu tajam dan menusuk.

"udah izin?" Ela menggelengkan kepalanya.

"Duduk" titah Tio

"Gak." bantah Ela, Ela berusaha melepas cekalan dari tangannya. "Gua gak suka kekerasan." Tio terkekeh, Tio menarik paksa Ela dan memintanya untuk duduk berhadapan dengannya.

"Gak usah ikut campur bisa?" sentak Tio, Elsa menganggukan kepalanya, ia pergi meninggalkan Ela seorang diri.

"Jangan pernah lu pergi tanpa izin, karena sekarang tanggung jawab lu ada di tangan gua dan juga Noa." Ela menganggukan kepalanya.

Drettttt.. Drettttt.. Drettttt..

ponsel Tio bergetar, Buru-buru ia mengangkat panggilan itu.

"Hallo" jawab Tio.

"Disitu Ada Ela?" tanya Noa, Tio menatap manik Ela tajam kemudian beralih pada posisinya semula.

"Ada." jawab Tio

Tutttt... Tutttt...

Sambungan dimatikan sepihak, Ela menggit bibir bawahnya karena takut, keringat dingin membasahi wajahnya.

"Gua pastiin Noa bakal marah besar, jangan pernah berbohong karena Noa  bisa membaca dari sorot mata lu." Ela memejamkan matanya menggigit bawah bibirnya.

"Arghhhh." Ela mengusap wajahnya kasar, Tio refleks menghadap Ela melihat wajahnya yang pucat.

"Rasain." Tio tersenyum kecil karena ia  tau kalau Ela sedang ketakutan.

Brakkkkk...

Pintu terbuka, Noa telah tiba di dalam rumah, tanpa menutup pintu Noa langsung berjalan menuju ruang keluarga, Ela menundukan kepalanya takut, sudah dipastikan hidupnya tidak akan tenang setelah ini.

Please don't be possessive (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang