WARNING ‼‼
Jangan jadi silent readers, Ayo dong vote dan comment biar author makin semangat bikin ceritanya. Sengaja di taruh di atas biar kalian baca hehe 😘😘semoga suka yah dengan cerita author mohon maaf kalau ada kesalahan kata dalam penulisan.
.
.
.
.
.Jagalah kepercayaan jangan membuat kepercayaan yang semula terang menjadi redup. ibarat sebatang kayu kokoh dihancurkan, kemudian di gantikan oleh sebatang lidi apakah akan sama ?
***
Author Pov
"Cowo brengsek." Teriak Clasi kesal, Ia bangun dari duduknya dibantu dengan Isya. Isya membantu Clasi membersihkan rok bagian belakang dengan memukul mukul pelan Roknya, agar pasir yang menempel pada rok Clasi luruh. Clasi tidak berkata apa apa, ia memasuki mobilnya di ikuti dengan Isya.
Selama dalam perjalanan menuju cafe Clasi tidak melihat keberadaan Ana sedikitpun padahal tadi Clasi hanya berdebat sebentar dengan Joa. Clasi memukul stirnya kesal. Ia seolah tidak becus menjaga Ana, menyadari hal yang sama Isya menepuk pundak Clasi untuk menurunkan kadar emosinya.
"Arhgghhh, gua masih gak habis pikir. Apa yang dilakukan oleh Joa ? sampai Ana bisa semarah itu."
"Lu tau kan ? Ana gak pernah marah sedikit pun dengan kita. Ini pasti ada yang tidak beres dengan Joa." Tukas Clasi.
"Gua juga gak tau, lebih baik kita ke apartemen Ana. Biasanya jika ia sedang tidak mood pasti Ana akan berdiam diri di apartemennya." Ujar Isya. Clasi langsung berbalik arah menuju apartemen Ana yang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolah setelah tiba di apartemen mereka langsung bergegas menuju kamar Ana. Ia menekan tombol pin setelah berhasil terbuka Clasi dan Isya melihat Ana tengah terbaring di atas kasur empuk dengan balutan selimut tebal menutupi seluruh badannya.
"Hiks... Hikss.. Hikss.." Terdengar suara tangisan dari dalam selimut. Clasi langsung membuka selimut itu secara paksa. Menyadari akan kehadiran kedua sahabatnya Ana bangkit dari tidurnya menatap manik mata keduanya dengan tatapan tajam.
"KALIAN KELUAR !!!" Ana menunjuk kearah luar, Clasi dan Isya tidak bergeming mereka masih setia di samping Ana. Clasi tidak membuka suara begitupun dengan Isya. Perlahan Clasi mendekati Ana dan memeluk tubuh mungilnya untuk memberikan kenyamanan. Ana menangis, meremas selimutnya sampai jari kukunya memutih. Isya menepuk punggung Ana untuk menurunkan kadar emosinya.
"Joa brengsek, dia tidak sebaik yang gua pikir. Joa ternyata cuman jadiin gua bahan taruhan dengan temannya." Clasi dan Isya saling tatap tidak percaya dengan ucapan Ana tapi ia berusaha untuk diam, mereka tidak mau memaksa Ana untuk bercerita.
"Gua terlalu bodoh sebagai perempuan, terlalu pecaya dengan ucapan laki laki, Gua telalu buta akan cinta sampai sampai gua tidak sadar kalau Joa hanya mempermainkan gua."
"Harusnya gua mikir panjang tapi gua malah memandang sebelah mata larangan kedua kaka tertua gua."
"Hati gua sakit banget, baru kali ini gua merasakan sakit yang gak berdarah." Ana memukul dadanya cukup kencang untuk menghilangkan rasa sakit di dada tapi ternyata rasa sakit itu malah semakin menusuk. Semakin Ana mengingat maka hatinya akan semakin sesak.
"Ana cukup." Sergah Clasi langsung menggenggam tangan Ana erat.
"Lu gak boleh kaya gini, lu harus membuat Joa menyesal telah meninggalkan lu bukan malah seperti ini."
"Tapi hati gua sakit banget, hati gua belum bisa nerima kalau gua putus dari Joa."
"Lu harus bisa karena Joa tidak sebaik yang lu pikir."Ana menghadap belakang, melihat siapa yang masuk kedalam kamarnya tanpa permisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please don't be possessive (COMPLETED)
عشوائيBelum di Revisi ⛔ Bagaimana jadinya kalau tinggal di rumah besar dengan segala peraturan yang dibuat bukan oleh sang pemilik rumah melainkan peraturan itu di buat oleh seorang kaka tertua yang di tugaskan oleh kedua orang tuanya untuk menjaga adik a...