DUA
Semenjak pulang dari cafe, aku memutuskan untuk mengisolasi diriku di dalam kamar. Untungnya Yoyo telah menghandle ayah bunda juga kak Al dengan baik, jadi mereka tidak akan curiga aku langsung berlari ke kamar setelah pulang tanpa berbicara sepatah katapun pada keluargaku.
Adik:
Gue mau bicara, buka pintu.
Me:
Bacot banget sih lo, padahal lo tahu kalau kamar gue nggak pernah gue kunci.
Adik:
Ya juga sih, kok gue bego sok nge chat lo segala yah, padahal kan yang nggak ngebolehin lo kunci pintu kamar lo itu gue sendiri.
Me:
Lo mau ngelawak yah? Tapi sayangnya gue lagi nggak mood buat sekedar senyumin kebodohan lo:)
"Orang lagi sedih ketikannya nggak boleh sadis!" Yoyo tiba-tiba sudah berada di sampingku saja.
"Ehm bukan gimana ya Gi, tapi gue malah senang lo putus sama si brengsek Devano tahu?!" lanjutnya menggebu.
Aku yang berencana tak menggubrisnya jadi berdecak sebal karena perkataan Yoyo. "Nggak berperi kekembaraan banget sih lo?!" sungutku di dalam selimut tebal yang menyelimutiku sampai kepala.
"Ya wajarlah. Secara gue emang nggak suka si Devano dari awal. Coba aja dulu lo dengerin saran gue supaya nggak terlalu ngebucinin dia, pasti lo nggak akan sesakit ini."
Makjleb. Omongan Yoyo benar-benar menamparku.
"Udah deh Yo, udah. Lo tuh nggak pernah jatuh cinta, jadi lo nggak paham apa yang lagi gue rasain," balasku tak kalah tajam.
Kemudian hening. Hanya terdengar suara napas Yoyo yang sarat akan keputusasaan.
Beberapa saat kemudian adik kembarku, menarik selimut yang menutupi wajahku dengan sedikit kasar.
"Lo nangis sampai mata lo bengkak ha?!"
"Ih apasih, sana keluar gue masih mau sendiri."
"Nggak mau kalau lo nggak ikutan keluar bareng gue." Yoyo jadi ikutan tidur di sampingku.
"Terserah deh!!"
"Lo serius nggak mau tahu apa yang gue bilang sama Devano?" tanyanya kemudian.
"Lo bilang kalau gue minta putus kan? Emang adalagi?"
"That's right, tapi nggak cuma itu, gue juga nyumpahin tuh orang supaya dapat karma, sebelum satu bogeman gue mendarat mulus di muka brengsek dia," jelas Yoyo sangat bangga. "Lo sih pakek lari ke parkiran segala, padahal kalau lo tetap di sana lo bakal terhibur banget ngelihat muka pucat si Devano karena takut sama gue!" Setelah mengatakan itu ia terbahak.
"Paansih nggak jelas banget!!" Aku juga ikutan terkekeh mendengar ceritanya.
"Gue jelas dong, buktinya lo sampek keluar air mata gitu karena nahan ketawa gede."
Aku kemudian memukul bertubi-tubi tubuh Yoyo, setelah cape, aku kembali termenung.
"Yo hubungan gue sama Devano udah beneran berakhir kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahesagita✔️
FanfictionKalau kamu baca kisahku. Maka kamu akan: -Ngakak ngelihat betapa kocaknya seluruh anggota keluargaku, atau mungkin kamu bakal jatuh cinta sama tingkah bunda. -Jungkir balik, melayang secara estetik sama kisah aku dan Mahesa yang berasa sport jantu...