EMPAT BELAS
"Bener nih nggak sakit lagi?" tanya Mahesa kesekian kalinya.
"Iya-iya. Udah deh sana pergi, lo kan ada rapat sama anak osis," kataku.
"Pokoknya gue bakal temanin lo sampe Sabil sama Jihan balik," putusnya.
Aku menghela napas, sambil memperhatikan kakiku yang sekarang sudah dibalut dengan sesuatu yang aku nggak tahu namanya apa. Siapa duga, kakiku yang kemarin kelihatannya sudah baik-baik saja, malah tiba-tiba membengkak saat aku sampai ke rumah. Karena itu bunda membawaku ke tukang urut, yang membuatku menangis histeris karena tak sanggup menahan sakit. Sebenarnya aku mau libur sekolah saja, tapi mengingat hari ini ada ulangan, aku akhirnya tetap ke sekolah, meski kakiku masih terasa nyut-nyutan luar biasa.
"Lo udah dipanggil sama Angga tuh Sa, buruan katanya," kata Sabil yang baru kembali dari kantin dengan menenteng banyak bawaan.
"Oke gue pergi, lo jaga baik-baik Gita ya, jangan biarin dia banyak gerak!" pesan Mahesa pada ketiga sahabatku. Setelah mengelus puncak kepalaku dia langsung berlalu.
"Duh baper banget gue," ujar Jihan setelah Mahesa berlalu.
"Nah lo aja yang lihat bisa baper, apalagi gue yang rasain sendiri. Asli dari semalam gue nggak bisa tidur gara-gara mikirin dia. Fix deh gue udah jatuh cinta sama dia, huaa!!" jawabku prihatin pada diri sendiri.
"Makan dulu Git, nanti kita bahas calon pacar lo ya," potong Inez yang baru saja duduk di sebelahku.
"Btw Git gue udah tahu siapa mantan si Mahesa. Semalam gue udah introgasi si Wira habis-habisan," kata Jihan yang sekarang duduk menghadapku.
"Oh ya? Ceritain dong!" suruhku penasaran.
"Namanya Airin, dia satu sekolahan sama Gio. Mereka tinggal satu komplek, pacarannya pas kita kelas sepuluh, kurang lebih 4 bulanan gitulah," urai Jihan.
"Lo punya fotonya nggak?" tanyaku kian penasaran.
"Bentar gue cari ignya dulu. Tapi janji ya kalian semua jangan kaget pas lihat muka dia," peringat Jihan.
Kami semua langsung mengangguk. Setelah itu Jihan baru menampakkan foto mantan Mahesa pada kami semua. Sontak saja ketiganya langsung menatapku.
"Beneran mirip lo Git, dari bentuk wajah, sampe senyum, hampir sama kayak lo," komen Sabil sedikit terkejut.
"Iya nih, bedanya lesung pipi si Airin lebih dalem daripada punya lo Git," tambah Inez sembari menatapku dan foto Airin secara bergantian.
"Git lo nggak punya kembaran lain kan?" tanya Sabil ngaco membuatku menggerutu sebal.
"Apasih kalian. Jelas-jelas ini nggak mirip gue, mata kalian tuh lagi soak semua. Dan Sabil jangan ngedrama deh lo, yakali gue punya kembaran satu lagi."
Sabil terkekeh. "Bercanda kali."
"Tapi masih cantikkan lo kayanya Git," Jihan sekarang menyandingkan foto Airin dekat dengan mukaku.
"Ya jelaslah, anak bunda gitu lho," jawabku bangga.
"Wahgelaseh sih, pantes si Mahesa sama lo baik banget, ternyata sang mantan foto copiannya Gita banget," kata Sabil kemudian sambil geleng-geleng kepala.
"Bentar deh, kalau kayak gini ceritanya, berarti gue jadi pelarian si Mahesa dong!" seruku, mendadak jadi semakin sedih.
"Eh buset bener juga yah yang lo bilang." Sabil menyetujui ucapanku dengan lantang.
Sedangkan Jihan hanya terkekeh. "Lupa kalian kalau hubungan gue sama Wira juga berawal dari dijadiin pelarian? Tapi lihat gimana hubungan kami sekarang? So, nggak selamanya jadi pelarian itu buruk kok." Jawaban Jihan membuat kami semua terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahesagita✔️
FanfictionKalau kamu baca kisahku. Maka kamu akan: -Ngakak ngelihat betapa kocaknya seluruh anggota keluargaku, atau mungkin kamu bakal jatuh cinta sama tingkah bunda. -Jungkir balik, melayang secara estetik sama kisah aku dan Mahesa yang berasa sport jantu...