ENAM BELAS
Setelah drama saling jambak-menjambak kami semua berakhir dengan mendapat hukuman membersihkan kamar mandi yang baunya naauzubillah setelah pulang sekolah. Cuma kami saja tentunya, sedangkan Rebeca dan dua orang temannya bebas, malah guru mengkhawatirkan mereka yang mendapat banyak cakaran di wajahnya karena kami.
Tentunya kami tidak akan marah pada sistematika sekolah ini, karena sudah pasti guru-guru di sini akan lebih mendengar sesuatu yang keluar dari mulut Rebeca sang ketua osis, ketimbang kami yang bukan siapa-siapa, bahkan tanpa mau capek-capek bertanya pendapat saksi yang berada di kantin. Meski begitu kami harus banyak bersyukur juga karena cuma diberikan hukuman seperti ini, dan tidak sampai mendapat surat cinta yang harus dibaca di depan orang tua.
Omong-omong keadaan kami berempat baik-baik saja, kami hanya mendapat sedikit cakaran, karena ketidakmahiran Rebeca and the genks dalam menghadapi pertengkaran antar perempuan.
"Kenapa harus toilet laki-laki sih?" gerutu Inez yang mulai mual-mual setelah menyikat kamar mandi di sampingku.
"Karena kalau cuma kamar mandi cewek, guru pikir kita nggak akan merasa jera," jawabku sambil menyikat keramik dengan keras.
"Mandi kembang lah gue pas pulang nanti," tambah Jihan yang daritadi juga mual-mual terus gara-gara tak tahan bau kamar mandi ini.
Terdengar helaan napas panjang dari Sabil. "Maafin gue ya guys, coba aja gue nggak emosi tadi, pasti kita nggak bakal berakhir gini," katanya pelan.
"Kalau misalnya kami merasa lo salah, kami juga udah mundur dari awal kok Bil, nah ini si bule sarap itu emang udah keterlaluan banget," bantah Inez.
"Iya Bil lo nggak perlu minta maaf segala," tambahku.
"Kalau gue sih Bil perlu maaf lo. Tapi maafnya diganti sama ditraktirin makan aja deh," ujar Jihan membuat kami semua terbahak, bahkan Sabil yang daritadi kelihatan murung terdengar kekehannya.
"Serius gue masih sakit hati banget dia katain ibu gue."
Kami dan yang lainnya mengangguk setuju. Fyi, Rebeca dan Sabil adalah saudara tiri. Papa Rebeca dan ibu Sabil menikah lima bulan yang lalu. Semenjak itu Rebeca yang memang sudah membenci Sabil jadi makin membenci Sabil, hingga dia mulai mengarang gosip yang bukan-bukan. Dimulai dari gosip ibunya Sabil adalah pelakor, kemudian diganti menjadi dukun guna-guna, sampai yang baru-baru ini pelacur. Karena tidak merugikan orang lain, Sabil memilih untuk tidak terlalu mempermasalahkan masalah itu, karena Sabil mengerti posisi Rebeca yang tidak mau orang tuanya bercerai, dan menikah lagi. Tapi makin ke sini kok pemikiran cewek itu malah makin aneh, makanya tadi Sabil langsung kalaps hingga langsung menyerang Rebeca, meski dirinya sudah dihandle oleh Angga.
"Kalian kepikiran gimana caranya kita ngelengserin kekuasaan tu barbie santet nggak? Gue juga kesel banget sama dia," seru Jihan menggebu-gebu secara tiba-tiba.
"Yang jelas jangan kayak tadi lagi, soalnya kalau kita main bar-bar kayak tadi bisa-bisa kita dikeluarin dari sekolah ini sebelum ngelengserin si barbie santet," jawabku yang langsung disahuti yes oleh Inez.
"Kita harus main cantik kali ini," kata Sabil yang langsung kami semua angguki.
"Kalian ngebersihin wc apa ngobrol sih? Pegel tahu nyimak tapi nggak tahu apa-apa!" teriak Wira dari luar sana. "Btw Jihan gue jangan banyak kalian suruh sikat-sikat tuh!" tambahnya.
"Yang aku mau ke kantin nih, kamu mau dibeliin apa? Biar aku beliin!" Angga ikutan berteriak.
"Git pulang aja yuk, lo bisa pakai alasan kaki lo masih sakit." Mahesa juga ikut-ikutan berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahesagita✔️
FanfictionKalau kamu baca kisahku. Maka kamu akan: -Ngakak ngelihat betapa kocaknya seluruh anggota keluargaku, atau mungkin kamu bakal jatuh cinta sama tingkah bunda. -Jungkir balik, melayang secara estetik sama kisah aku dan Mahesa yang berasa sport jantu...