8 - Sweetness Overload

261 36 109
                                    

DELAPAN

Istirahat kali ini tidak hanya aku habiskan dengan sahabat-sahabat perempuanku saja. Tapi dengan tambahan pacar-pacar mereka dan tentu saja Mahesa. Jangan tanya ini ide siapa. Karena di antara kami semua yang mau meribetkan diri untuk mengumpulkan semua orang itu ya cuma Wira, ditambah dukungan dari Jihan pacarnya, maka dua orang itu akan jadi super combo. Di masa depan aku tidak akan heran, kalau sampai Wira dan Jihan jadi politikus, sebab mereka berdua memang sangat pandai untuk mengumpulkan orang untuk memihak mereka.

"Untung aja lo udah putus sama Devano yah Git, kalau nggak lo bakal berakhir ngenes kayak Inez juga, ada tapi berasa tiada," komen Angga melihat Inez yang duduk di pojokan, sambil VC dengan kak Elang pacarnya.

Meski sedang dibicarakan Angga, Inez memilih acuh, dan tetap berbicara dengan kak Elang seperti orang yang sudah lama terpisah, padahal faktanya tadi pagi Inez baru saja diantar kak Elang ke sekolah. Memang di antara kami semua, yang paling bucin itu adalah Inez dan yang kedua adalah aku--dulu sih pas aku punya pacar--ehmm.

"Pas gue tamat dari sekolah ini lo juga bakal ngerasa kayak gitu kampret?!" peringat Sabil sambil menoyor kepala pacarnya dengan tenaga yang lumayan, sampai-sampai Angga terdorong beberapa senti ke belakang.

"Iya juga yah. Tapi ngomongnya nggak usah pakek KDRT juga kali. Aku ini pacarmu, bukan boneka," sungut Angga kesal.

"Mau lagi hah?" Sabil memperlihatkan bogemannya pada Angga.

Angga menatap Sabil dengan tatapan pasrah. Memang hubungan yang paling tidak masuk akal itu ya hubungan mereka berdua. Tapi anehnya dua anak taekwondo itu sudah pacaran dua tahun lebih, itu artinya pasangan aneh itulah yang punya hubungan paling langgeng di antara kami semua.

"Pliss jangan perlihatkan ketidakharmonisan kalian pada calon pasangan baru, takutnya nanti mereka nggak berani untuk memulai gara-gara ngelihat kalian," lerai Wira, sambil melirikku dan Mahesa yang mereka paksa untuk duduk berdekatan.

Aku membalas ucapan Wira dengan cara memelototinya tajam, sedangkan Mahesa kelihatan santai sambil terus memakan makanannya.

"Kelihatan kan yang ngebet itu siapa sekarang?" celetuk Sabil kemudian terbahak.

Mukaku memerah sekarang. Memerah karena tidak sanggup memahan malu tentunya.

"Udah udah, kasian Gita! Jangan bully dia mulu!!" Jihan akhirnya membuka suara.

Kalau sedang rame gini memang cuma Jihan yang masih berpikiran sedikit manusiawi, walaupun ujung-ujungnya dia bakal ikutan juga sih.

"Bukan bully Han, tapi kami mencoba jadi katalis untuk mempercepat laju reaksi," balas Wira.

"Kimia aja masih suka remed, sok-sok an ngomong laju reaksi lo Wir," celetuk Sabil.

"Kampret benget sih lo Bil!!"

"Nggak ada yang boleh ngatain pacar gue selain gue ya!" sahut Angga tak terima.

"Pacar lo tuh yang mulai," bantah Wira juga tak terima.

"Tetap aja nggak boleh, cepet minta maaf."

"Si brondong dibilangin kok ngawur banget sih? Ngajak berantem ha?"

"Udah-udah apaan sih, nggak jelas banget," lerai Jihan sambil mencubit Wira.

"Aw-aw sakit yang!"

"Mampus lo!" Angga terbahak.

"Lo mau juga Ga?" tantang Jihan.

"Eh nggak nggak, gue nggak mau dicubit sama lo. Tapi kalau berantem sama Wira gue mah ayo aja," timpal Angga.

Mahesagita✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang