20 - Surrender

174 21 96
                                    

DUA PULUH

Hari ini libur. Dan jadwal liburku dipergunakan oleh Sabil untuk melakukan sesi foto-foto untuk persiapan pemilihan osis. Untungnya itu tidak berlangsung lama. Setelah kegiatan kami selesai, teman-temanku berencana ngedate dengan pacarnya, karena aku dan Mahesa tidak mau menjadi nyamuk kami memilih langsung pulang. Tapi karena di tengah-tengah perjalanan, mami Mahesa tiba-tiba menelpon anaknya, terus bilang ada yang perlu dititip sama aku, jadilah aku harus ikut Mahesa pulang ke rumahnya.

Saat sampai di rumah Mahesa, aku dibuat melongo melihat betapa luasnya halaman serta rumah dari cowok itu. Maaf aku agak norak, soalnya ini sangat berbeda dengan rumahku yang sebenarnya juga terbilang besar tapi tidak kelihatan seluas dan semewah rumah ini. Aku jadi mulai berkhayal membuat tik tok my boy friend rich check, saat aku sudah resmi jadian dengan cowok di belakangku ini.

"Gue lebih suka rumah lo, kekeluargaannya lebih kerasa," katanya.

"Lo ajarin gue buat bersyukur tapi lo sendiri nggak bersyukur."

"Astagfirullah. Gue bersyukur, sangat malah. Tadi gue khilaf doang kok! Ya udah yuk masuk!" jawabnya sambil menyisir rambutnya, nampak sekali dia salah tingkah karena salah bicara.

Duh gemes banget sama saltingnya Mahesa!

"Gigi!" sapa mami Mahesa saat aku baru memasuki rumah.

"Tante!" Aku dan mami Mahesa langsung cipika-cipiki khas cewek-cewek baru bertemu.

"Kok tante sih? Kata bunda kamu mas Eca udah manggil dia bunda, masa kamu nggak mau manggil maminya mas Eca mami juga sih?"

Aku terkekeh. Ternyata mami Mahesa sifatnya agak sebelas dua belas dengan bundaku.

"Maaf mami," kataku.

"Nah gitu dong!" Mami Fira langsung berteriak senang, seolah baru menang undian lotre saja.

Aku terkekeh. "Mami mau nitip apa buat bunda?" tanyaku kemudian.

"Itu tuh bunda kamu nitip baju Bangkok sama mami. Bentar ya mami ambilin dulu." Setelah mengatakan itu mami Fira langsung berlalu di hadapanku.

"Mami lo asyik kok," kataku pada Mahesa.

"Emang asyik, tapi sibuk, makanya gue bilang lo harus banyak bersyukur." Ia menghela napas panjang.

Aku beroh ria. Memang bersyukur itu sangat diperlukan, terlebih buat orang sepertiku, yang keseringan banget ngelihat orang yang berada di atasku sampai kadang ngerasa insecure sendiri.

"Nih!" Sekembalinya mami Fira, beliau langsung menyerahkan beberapa paperbag kepadaku.

"Banyak juga ya bunda beli bajunya!" komenku.

Mami Fira terkekeh. "Itu bukan cuma buat bunda kamu, tapi ada juga buat kamu sama kakak kamu. Omong-omong mami juga punya oleh-oleh buat kalian sekeluarga, nggak seberapa sih, cuma cemilan-cemilan kecil doang," tambah mami Fira sambil menyerahkan satu paperbag lagi padaku.

"Makasih mami!" mataku berbinar terharu melihat kebaikan mami Fira.

Kemudian aku menatap Mahesa, lewat tatapan aku mengode padanya kalau aku ingin pulang.

"Kok lihat-lihatan sama mas Eca sih Gi? Kamu minta dianterin yah?"

Aku terkekeh. "Iya mi!"

"Baru nyampe kok udah langsung minta pulang sih Gi?" kata mami Fira membuatku terkekeh pelan. "Jangan pulang dulu ya!" sambung mami Fira, yang mau tidak mau harus kuangguki karena merasa tidak enak jika kutolak.

"Karena kamu udah di sini gimana kalau kamu bantu mami buat siapin makan siang?" lanjut mami Fira membuatku sangat terkejut.

"Nggak usah ditanya mi, pasti Gigi mau," jawab Mahesa sambil mengambil semua paperbag di tanganku.

Mahesagita✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang