Seorang wanita paruh baya melangkah menuruni anak tangga sambil membenarkan hijabnya. Dari tempatnya ia dapat melihat televisi yang menyala.
Ibu itu lekas mendekati ruang tengah. Ia melihat kepala yang menyembul di sofa miliknya. Aneh saja kalau anaknya sudah pulang jam segini.
"Benar kamu, Fiza?" ucapnya melihat putrinya itu duduk manis di atas sofa dengan menyaksikan acara televisi.
Fiza yang fokus menonton televisi sambil mengunyah itu, menoleh saat mendengar ucapan wanita tua ini.
"Iya ini Fiza, Bun. Kenapa sih?" alis Fiza menaut menatap bingung pada ibunya.
Wanita 56 tahun yang bernama Ismi ini mendongak melihat ke arah jam dinding rumahnya. Kemudian ia menatap anaknya yang sudah fokus lagi ke TV-nya.
"Tumben jam segini Kamu sudah pulang?" Ismi memiringkan sedikit kepalanya, "itu tangan kenapa pakai gituan?"
Fiza melihat ke arah tangannya yang sakit, kemudian menatap sang Bunda.
"Tadi Fiza jatuh, Bun. Jadi, disuruh Teh Kalina pulang aja sehabis ke rumah sakit," jelas Fiza mengambil kue kuping gajah dari stoples yang terbuka di meja.
Ismi buru-buru duduk. Ia cemas dengan keadaan putri satu-satunya itu.
"Kenapa kamu bisa jatuh? Itu patah?" tunjuknya pada luka Fiza.
Fiza yang mulutnya sedang mengunyah, menggelengkan kepala.
"Fiza buru-buru, lalu kesandung sama gaun yang Fiza bawa." Gadis itu menunjukan tangannya yang diberi arm sling, "kata dokternya ini cedera, Bun. Nggak sampai patah."
"Syukurlah." Ismi mengelus dada, "lain kali Kamu hati-hati. Udah besar kok jalan masih suka jatuh."
Fiza memajukan sedikit bibirnya sambil cemberut. Ia masih saja memasukan camilan ke dalam mulutnya.
Gadis itu melihat penampilan ibunya yang berbeda, "ini Bunda mau ke mana? Tumben rapi amat?"
Ismi sedikit terkejut, lalu mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Udah jam sebelas. Bunda pergi pengajian dulu ya." Single parent ini berdiri dan membenarkan letak tasnya, "Bunda pulang jam satu. Kamu jangan ke mana-mana! Jangan lupa juga salat zuhurnya!"
Ismi memang rutin ikut pengajian di masjid dekat rumahnya bersama ibu-ibu yang lain. Sejak berhijab dari 6 tahun yang lalu janda satu anak itu memang lebih taat beribadah dan mendekatkan diri pada sang pencipta.
"Assalammualaikum!"
Fiza mengangguk, "Waalaikumsalam, hati-hati, Bun!"
"Kalau kamu mau makan itu sudah Bunda masakan. Tinggal hangatkan lagi," teriak Ismi yang terus berjalan ke arah pintu.
"Iya, Bunda!" balas Fiza dengan berteriak pula.
Gadis ini masih menikmati camilan yang sudah tinggal setengah di dalam stoples sambil menonton drama korea di televisi besarnya.
Sedang seru-serunya dan hampir saja menangis karena tontonannya itu, handphone yang tergeletak di atas meja tiba-tiba saja berbunyi. Fiza mengalihkan pandangannya.
"Erghh, ganggu aja," gerutunya, tetapi tetap mengambil benda pipih miliknya ini.
Tertera nama Aidan di layar ponsel itu. Fiza yang tadinya kesal sekarang berubah menjadi senang. Ia lekas menerima panggilan masuk itu.
"Halo sayang!"
[Halo sayangku, kamu sekarang masih di butik?] tanya Aidan dari tempatnya menelepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Allah
EspiritualSemua di dunia ini sudah ada takdirnya termasuk jodoh. ~~~ Paras cantik, pendidikan tinggi, dan karir sukses sudah berhasil Fiza raih diusianya yang sekarang menginjak 27 tahun. Umur yang sangat matang untuk seorang gadis menikah. Bahkan kebanyakan...