22. Kembali ke Rumah

222 13 7
                                    

“Ini untuk Zahra.” Fiza memberi salah satu belanjaannya pada adik iparnya itu.

Dengan antusias Zahra menerima pemberian Fiza, “Apa ini, Teh?”

“Buka aja!” senyum Fiza.

Gadis berumur belasan tahun ini membuka kantung plastik yang berisikan baju dan dan makanan untuknya.

“Wah, oleh-oleh.” Zahra tampak bahagia, “hatur nuhun, Teh.”

“Sami-sami.” Fiza turut senang melihat adik dari suaminya ini sangat bahagia dengan pemberiannya.

Ilham mengeluarkan bawaannya yang lain. Memberikan semua itu untuk Umi dan Abi.

“Oleh-oleh untuk Umi dan Abi,” ujar pria bertopi itu.

“Kalian tuh, repot-repot beli oleh-oleh untuk kami. Sebenarnya bukan oleh-oleh ini yang Umi sangat mau.”

“Jadi Umi nggak suka?” tanya Ilham sedikit kecewa.

Umi memeriksa isi kantung plastik miliknya. Ia menatap Ilham dan Fiza bersamaan.

“Suka, tapi lebih suka lagi kalau kalian bawa oleh-oleh cucu,” jalas Umi tersenyum pada kedua orang di depannya itu.

“Kalian udah...” Abi mencondongkan tubuhnya ke depan sang anak, “usluk-usluk?” Rusdi bertanya dengan suara dikecilkan.

Ilham dan Fiza saling tatap. Walau Abi tidak bertanya dengan kalimat yang jelas. Sepasang pengantin baru itu tahu apa yang dimaksud ayahnya ini.

“Ih, Abi!” Ratna memukul lengan suaminya cukup kuat hingga Rusdi mengaduh, “malu mereka kalau Abi bertanya begitu.”

Zahra menggelengkan kepalanya dan tertawa pelan. Tidak menyangka ayahnya mengerti bahasa anak zaman sekarang.

“Abi cuma nanya aja, Mi.” Kata Rusdi memberitahu istrinya.

“Kami ke kamar dulu ya, Bi, Mi.” Ilham berdiri mengangkat tas pakaian dan menggeret kopernya. Fiza berlari kecil menyusul Ilham.


•••


Mobil hitam menepi di depan pagar butik yang terbuka lebar. Fiza melepaskan sabuk pengaman yang ia gunakan. Hari ini gadis itu kembali berkerja. Untuk kali pertamanya setelah menikah Ilham mengantarnya bekerja.

Fiza inginnya menggunakan mobil sendiri. Namun, mobil mini kesayangannya itu masih ada di rumah Ismi.

“Makasih A' udah antar saya sampai butik,” ucapnya sambil tersenyum tipis.

“Sama-sama. Kamu pulang jam berapa?”

“Biasanya jam 4 sore, tapi kadang kalau ada urusan pulangnya bisa lebih cepat,” jawab Fiza sejujurnya.

“Kalau begitu kabarkan aja saya biar bisa jemput kamu.”

Fiza menggeleng, “nggak usah! Saya pulang naik taksi aja. Nanti ngerepotin A'a.”

“Nggak ngeropotin. Kalau kamu pulangnya sore jangan lupa telepon saya!”

Fiza akhirnya mengiyakan saja ucapan suaminya. Ia membuka pintu mobil dan lekas turun. Namun, tiba-tiba Ilham memanggilnya. Sambil mengulurkan tangan kanan.

“Fiza!” Gadis itu menoleh. Keningnya berkerut saat melihat tangan lelaki ini terulur.

“Kamu nggak mau salaman dulu sama saya?” pertanyaan Ilham membuat Fiza mencium punggung tangannya, “assalammualikum!”

Gadis yang sudah ingin melangkah itu menjawabnya, “Waalaikumsalam.”

Fiza menggigit bibir bawah. Malu sekali rasanya. Harusnya, tadi ia yang mengucapkan salam. Namun, karena lupa Ilham sampai menyindir. Gadis itu terus berjalan masuk ke tempat kerja. Sampai godaan dari Mang Ucup ia balas hanya dengan senyuman malu.

“Selamat pagi. Assalammualikum!” seru Fiza saat memasuki butik yang masih sepi ini.

Ada beberapa karyawan yang sedang beberes di dalam sana. Alika menjawab salam dan menghapiri Fiza.

“Cie, yang habis pulang honeymoon. Bagaimana liburan di Jogja, Teh?”

“Begitu deh. Nih, buat kamu.” Fiza memberikan paper bag kecil yang sedari tadi ia bawa-bawa, “Teh Kalina sudah datang?”

Alika menerima pemberian wanita ini dengan senang, “asyik dapat oleh-oleh.” Karyawan yang memang dekat dengan Fiza itu berpikir sejenak, “ada di dalam kayaknya, Teh. Lagi cek stok barang.”

Oke, saya ke dalam dulu.” Fiza melanjutka langkahnya sambil memberikan paper bag kecil yang masih tersisa banyak di tangannya.

Teteh!” sorakkan Fiza membuat Teh Kalina yang sedang menghitung stok barang yang baru datang itu menoleh, “miss you.” Gadis itu merentangkan kedua tangannya seperti ingin memeluk.

Teh Kalina tersenyum, lalu berjalan mendekati Fiza. Mereka berpelukan melepas rindu.

“Bagaimana honeymoon-nya? Makin dekat dong sama Pak Dokter? Udah cinta belum?” banyak pertanyaan yang Teh Kalina lontarkan.

“Boro-boro, saya juga nggak mau cinta-cintaan sama Dokter itu.” Fiza bergidik geli.

Bosnya itu mencoleh hidung Fiza, “nggak boleh ngomong seperti itu! Nanti tiba-tiba jatuh cinta loh.”

Fiza mendengus mendengarkan godaan yang Teh Kalina ucapkan untuknya. Gadis itu makin kesal dari depan hingga masuk ke butik semua orang membahas bulan madunya dengan Ilham.

“Ini untuk Teteh.” Fiza memberikan satu paper bag kecil yang terakhir untuk bosnya itu.

Sisa satu paper bag yang besar. Ini untuk Ismi. Ia berencana mampir dulu ke rumah ibunya itu sepulang bekerja.

“Dapat oleh-oleh juga ternyata.” Teh Kalina menerimanya dengan senang hati, “nuhun, Za.”

Fiza tersenyum saja.




•••




Ilham melangkah menyusuri koridor rumah sakit. Satu lengan memegang jas dokter dan tangan yang lain membawa beberapa paper bag.

“Pagi!” sapa Ilham yang tersenyum pada suster jaga yang selalu duduk di depan ruangannya.

Suster itu berdiri, “pagi juga Pak Doter.”

“Udah ada pasien yang daftar?” Ilham menoleh pada kursi tunggunyang masih sepi, “masih sepi ya.”

“Sudah ada kok, Dok. Mereka sudah daftar lewat telepon. Mungkin masih di jalan.”

“Oh begitu, saya tunggu di dalam saja.” Suster itu mengangguk, “ini oleh-oleh buat kamu.”

Suster bernama Wulan ini tersenyum manis dan menerima paper bag itu.

“Makasih, Dok. Lancar honeymoon-nya Dokter? Saya nggak nyangka tadinya Pak Dokter menikah. Soalnya nggak ada gosip-gosip Dokter punya pacar.”

Ilham tersenyum malu dibuatnya, “alhamdulillah lancar, Lan. Namanya jodoh nggak ada yang tahu kapan datangnya. Mungkin, jodohmu sebentar lagi. Cepat menyusul saya ya.”

Setelah menggoda balik asistennya, Ilham lekas masuk ke ruang praktik. Wulan cemberut dan memilin jari telunjuknya sendiri. Dia sedikit sebal.

“Padahal saya maunya Pak Dokter yang jadi jodoh saya. Malah kedahuluan sama awewe yang suka tanya-tanya itu,” gumam Wulan, lalu kembali duduk di tempatnya.







•••







Double update untuk hari ini. Jangan lupa support! Vote+komennya.

Terima kasih sudah membaca Takdir Allah 🙏🏻



11 mei 2020

Takdir AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang