09. Tertipu

255 17 0
                                    

Fiza memberikan hasil desainnya ke meja kerja Teh Kalina. Ketika itu bosnya ini sedang membukakan bungkus makanan untuk sang anak.

“Itu Teh buat pesanan pelanggan.” Fiza mengambil tempat duduk berhadapan dengan Teh Kalina.

“Sebentar ya, Za. Teteh lagi ngurus Indira dulu.” Gadis yang memainkan kuku sambil memutar-mutar kursi itu mengangguk saja, “omong-omong kemarin kamu pergi ke mana sama nyokap?”

Sesekali Teh Kalina melirik Fiza. Menunggu jawaban dari karyawannya ini.

“Ternyata saya dikerjai Bunda.” Kening Teh Kalina berkerut, “tahunya saya diajak ke rumah cowok dan cowok itu dijodohkan sama saya, Teh.”

Teh Kalina menurunkan anak perempuannya dari atas meja, lalu mendudukkan Indira di atas kursi, sampingnya. Gadis kecil itu sudah sibuk memakan roti coklat. Wanita ini kembali fokus ke Fiza.

“Terus bagaimana? Kamu terima?” Teh Kalina sangat penasaran.

“Terpaksa di terima.”

“Kok begitu?”

Fiza menegakkan punggungnya. Meletakkan kedua tangan di atas meja.

“Tadinya saya sudah tolak dan mau pergi dari sana, tapi tiba-tiba ada drama kecil. Bunda pingsan, sudah sadar tetap memaksa saya, Teh.
Akhirnya saya terima aja,” jelas Fiza menerangkan semuanya.

“Namanya permintaan ibu memang susah kita tolak. Cowoknya bagaimana? Dia mau juga? Cakep nggak orangnya?”

Fiza menopang dagu, “Cowok itu dengan ikhlas terima permintaan orang tuanya. Kalau cakep sih masih cakepan Aidan dong. Teteh kenal kok orangnya.”

“Siapa? Kok bisa teteh kenal?” Kalina mencondongkan tubuhnya ke depan meja.

“Dokter yang kemarin itu.”

“Dokter Ilham, spesialis tulang itu?”
Fiza mengangguk. Namun, Teh Kalina tertawa. Reaksinya membuat Fiza bingung.

“Teteh kenapa ketawa?” Dahi gadis ini berkerut. Teh Kalina mencoba meredakan tawanya.

“Lucu aja. Waktu itu ngeliat kamu buka blazer dia istigfar eh sekarang malah jodoh.”

“Ih Teteh, saya juga nggak mau jodoh sama dia. Maunya nikah sama Aidan.” Fiza merengek seperti anak kecil yang meminta balon pada ibunya.

“Kelihatannya dokter itu baik tahu, soleh juga. Kamu liat sendiri ‘kan dia salat duha di tengah-tengah jam praktiknya. Dari pada sama Aidan. Tante Ismi pintar mencarikan kamu suami. BTW, soal Aidan. Gimana nasib cowok itu kamu mau nikah sama cowok lain?”

“Memang baik kok, Teh. Masalahnya saya nggak cinta.” Fiza mengembuskan napas panjang, “Aidan saya putusin.”

“Hah?” Teh Kalina terkejut, “kasihan juga anak itu nasibnya.”

“Mau bagaimana lagi. Saya sama dia nggak akan pernah bisa menjadi satu.”

Teh Kalina tersenyum, “Sudah nggak apa-apa, kamu terima dengan ikhlas perjodohan ini. Pilihan orang tua pasti nggak akan salah. Apa lagi kalau cowoknya seperti Ilham. Kalau Teteh itu kamu, udah Teteh terima aja.”

Fiza mendengus, “idih si Teteh, meni ganjen pisan!”

Teh Kalina tertawa lagi. Kemudian mengalihkan perhatiannya pada sang anak yang ingin turun dari kursinya.

Lagu dari BTS yang berjudul Fire terdengar nyaring dari dalam sling bag yang Fiza pakai hari ini. Gadis itu lekas mengeluarkan ponselnya. Ada telepon dari bunda.

Takdir AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang