27. Spesial Untuk Ilham

230 14 0
                                    

Sedari tadi wanita berhijab putih ini memperhatikan Ilham yang sedang menyantap bekal bawaannya. Tidak sia-sia Marisa memutuskan untuk merubah penampilan. Alasan terkuatnya adalah Ilham. Ia sangat hafal pada lelaki itu kalau tipe wanita yang Ilham suka adalah wanita yang menutup auratya. Marisa yakin, Ilham bisa kepincut kalau begini.

Buktinya saja sudah ada perubahan baik dari sikap pria itu. Kemarin ia masih sedikit dingin pada gadis ini dan sekarang ia sudah mau diajak makan siang bersama.

“Bagaimana enak nggak?” tanya Marisa kemudian menyuap makanan yang ada di hadapannya ke dalam mulut.

Ilham mengangguk, “enak. Terakhir kali makan masakanmu waktu kamu bawa bekal ke kampus ‘kan ya? Itu rasanya nggak berubah.”

“Kamu masih ingat?” Risa tertawa kecil, “nggak nyangka saya ingatanmu tajam juga. Syukur deh kamu suka.”

“Terima kasih sudah repot-repot membagi makan siangmu dengan saya,” ucap Ilham menatap Marisa.

Gadis ini menganggukkan kepalanya, “sama-sama. Nggak repot juga kok. Ini ‘kan kebetulan masakan saya kebanyakan.”

Padahal sebenarnya Marisa memang sengaja memasakan Ilham. Wanita ini tahu kalau dirinya berkata jujur Ilham akan menolak. Ia tidak mau mendekati Ilham terang-terangan lagi.

Sekarang Ilham dan Marisa berjalan di koridor rumah sakit sambil berbincang ringan.

“Bagaimana kesehatan Abimu, Ham?” tanya Marisa yang sesekali memandang lelaki di sebalahnya.

“Alhamdulillah sekarang ini jantungnya jarang kumat. Mungkin, operasi waktu itu berhasil, tapi beliau terpaksa minum obat terus. Kasihan saya melihatnya,” jelas Ilham seketika wajahnya sendu.

Meraka berhenti di persimpangan koridor. Marisa akan berbelok ke kananan menuju ruang praktiknya. Sedangkan Ilham jalan lurus.

“Kamu yang sabar. Semoga Om Rusdi selalu sehat dan panjang umur. Kalau ada apa-apa bisa minta tolong saya.”

Ilham tersenyum tipis, “terima kasih atas kepedulianmu, Sa.”

“Namanya juga teman, Ham. Kita harus saling tolong menolong.” Marisa menoleh ke arah jalan yang akan dilewatinya, “saya harus balik ke rungan. Permisi dulu ya, lain kali ngobrol lagi.”

“Oh iya silakan.” Ilham mengangguk dan tersenyum manis, “terima kasih makanannya siang ini. Masakanmu selalu enak.”

Risa tertawa malu sampai matanya mengecil, “sama-sama.”

Kemudian dokter muda dan cantik itu melangkah menjauh dari Ilham. Lelaki ini masih memperhatikan kepergian wanita itu hingga beberapa detik, lalu melanjutkan perjalanannya juga.



•••


Fiza turun dari mobilnya setelah memarkirkan mobil pribadi itu di halaman rumah. Wanita itu memang sengaja membawa mobil mininya ke kediaman Ilham. Kalau begini ke mana pun nggak merepotkan orang dan pastinya hemat ongkos.

Gadis itu tidak lupa mengeluarkan belanjaannya dari bagasi. Setelah mendengar doa Ilham saat salat tahajud hati Fiza tergerak untuk mencoba lebih memahami lelaki itu. Kalau memang tidak bisa cinta setidaknya mereka bisa bersahabat seumur hidup. Itu lebih baik dari pada menjadi musuh bebuyutan.

Ia menjinjing plastik besar yang berisi bahan basakan hari ini sengaja ia pulang lebih cepat lagi. Fiza akan memasakan makanan favorit Ilham. Kata Umi, Ilham suka sate maranggi dan keredok. Kalau dimasakan itu pasti makannya banyak. Jadi, walau terdengar susah dari namanya. Fiza akan berusaha membuatnya sendiri.

Takdir AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang