01. Jatuh dan Bertemu

602 23 2
                                    

“Itu yang depan jalan dong!”

Berkali-kali gadis berambut panjang tergerai sampai ke punggung ini membunyikan klakson. Tidak ketinggalan pula dengan teriakannya yang kencang itu.

Mobil yang Fiza kendarai terjepit di tengah kemacetan yang sudah berjalan setengah jam itu. Walau bukan tinggal di Jakarta gadis itu juga sering mengalami masalah ini.

Semua yang dia rasakan sekarang akibat bangun kesiangan. Sebenarnya, ini salahnya juga terlalu malam untuk tidur. Mau bagaimana lagi? Gaun pesanan customer harus selesai hari ini kalau tidak ia akan kehilang pekerjaannya alias dipecat.

“Sabar, Neng! Di depan juga nggak bergerak,” protes pengemudi lain yang ada di depan mobil gadis itu.

Fiza menarik masuk kepalanya yang terjulur di luar jendala. Ia menghela napas dan menoleh saat mendengar handphone-nya berbunyi. Fiza meraihnya, tertera nama Teteh Kalina. Ia refleks menelan air liurnya. Sudah tertebak apa yang akan wanita yang ada di telepon itu bicarakan.

“Bismillah, semoga habis terima telepon ini Fiza masih hidup ya Allah,” ucapnya menatap ponsel yang masih berdering.

Fiza menempelkan benda pipih itu ke telinga dengan takut-takut, “Fiza! Kamu kenapa lama angkat teleponnya? Kenapa kamu belum sampai juga di butik? Fiza... gaunnya udah ditunggu Teh Sari.”

Mata Fiza melebar, untung saja ia lekas menjauhkan ponsel sebelum gendang telinganya pecah. Teh Kalina kalau sudah bicara tidak ada remnya lagi, menggegas saja.

“Satu-satu atuh Teh nanyanya.” Fiza mencoba mendekatkan handphone-nya lagi, “Saya terjebak macet, sepuluh menit lagi sampai di butik.”

“Makanya kamu berangkat pagi, eneng,” balas Teh Kalina mulai melembut.

“Saya kesiangan Teteh, gara-gara ngerjain Gaun itu. Teteh tenang aja, gaunnya sudah siap.” Sambil menelepon gadis ini tersenyum karena mobil di depannya mulai bergerak. Akhirnya ia bisa melajukan lagi kendaraan miliknya.

Oke, Teteh tunggu kamu. Sepuluh menit nggak sampai kamu Teteh pecat jadi desainer butik!”

“Teh jangan gitu dong. Teh, saya nanti kerja apa kalau dipecat?” Fiza terus bicara dengan mata fokus melihat ke jalan, “Saya masih butuh kerjaannya buat modal ketemu BTS.”

Karena tidak ada jawaban lagi gadis itu memeriksa ponselnya. Dia berdecak saat mengetahui sambungan telepon sudah terputus.

“Sialan,” umpatnya, lalu menyimpan ponsel ke saku blazer.

Jalan sudah kembali lancar. Fiza menambah kecepatannya agar segera sampai di butik tempat ia bekerja.

Gadis itu memarkirkan mobilnya dengan tergesa-gesa sampai tong sampah saja ingin ia tabrak dan membuat Pak Ucup, satpam butik yang sedang membawa segelas kopi, terkejut. Pak ucup mengelus dada dan menggeleng saja.

Fiza membenarkan spion tengah mobilnya, kemudian memasang lip cream dan mencepol rambut panjangnya terlebih dulu. Setelah itu ia keluar dari mobil. Tidak lupa mengeluarkan gaun pengantin dari jok belakang.

Dengan berlari-lari ingin masuk ke dalam butik Fiza sudah tidak menghiraukan orang-orang yang berlalu-lalang. Ia juga membawa asal gaun itu hingga ketika menginjakkan kaki di anak tangga, kakinya terbelit oleh gaun pengantin itu. Gadis ini pun jatuh dan berguling di tangga yang pijakannya tidak terlalu banyak ini.

Takdir AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang