Fiza menarik salah satu buku yang ukurannya lebih besar dari tumpukan buku yang lain. Buku itu berhasil ia dapatkan. Namun, buku yang lain jatuh ke lantai bersamaan dengan Ismi memasuki kamar gadis itu.
Gadis berpiama ini menoleh, “Bunda!” sapanya dan berjongkok memunguti buku-bukunya.
“Lagi apa kamu sayang?” tanya Ismi menutup kembali pintu kamar dan berjalan mendekati ranjang tidur anaknya.
“Ini Bun buku Fiza jatuh.” Fiza memunguti buku-bukunya, lalu meletakkan kembali ke atas meja kerjanya. “Bunda ada apa ke sini?”
Fiza menoleh dan melihat Ismi sudah duduk di pinggir kasurnya. Gadis itu mendudukan tubuhnya di kursi depan meja kerja.
“Bunda pengen cerita aja.” Ismi mengambil boneka minnie mouse yang tergeletak di kasur, lalu memeluknya. “Teh Tuti cerita saat pengajian kemarin. Katanya dia anaknya hamil lagi. Berarti ini cucu yang ketiga buat dia.”
Gadis yang rambutnya ini dijepit tinggi mendengarkan cerita ibunya sambil memeriksa beberapa desain yang akan dibawa ke butik besok.
Fiza menoleh sekilas, “terus hubungannya sama Fiza apa, Bun?”
Ismi meluruskan kedua kakinya di lantai, lalu menyilangkan ujung kakinya. Matanya memandang televisi kecil yang tergantung di dinding.“Enak kali ya, Za. Punya cucu sendiri?” bukannya menjawab Ismi malah bertanya lagi.
Fiza yang sedang berusaha menggambar dengan tangannya yang sakit itu berhenti, kemudian menoleh untuk melihat ibunya itu.
“Please, deh Bun. Jangan ngode terus!”
“Kamu sih lama banget mau nikahnya,” balas Ismi menekuk wajahnya.
“Fiza belum kepikiran menikah, Bun. Beberapa tahun lagi deh ya. Sampai Fiza siap untuk berumah tangga,” ucap gadis yang duduk menyerong ini. Dia terus mencari akal agar Ismi tidak mendesaknya terus untuk menikah.
“Siapmu itu kapan?” Ismi menoleh, “kamu mau Bunda tunggu Bunda nggak ada dulu? Terus bagaimana kalau nanti Bunda nggak bisa liat cucu Bunda sendiri?”
“Bunda kok ngomongnya begitu?” Fiza merasa tercabik hatinya. Gadis ini berdiri, lalu berpindah duduk di samping sang ibu, “oke, Fiza akan segera menikah dengan Aidan. Kasih Fiza waktu untuk ngomong dulu sama Aidan ya, Bun.”
Wanita berhijab yang memakai daster ini menggeleng membuat Fiza jadi bingung. “Jangan menikah sama Aidan! Bunda nggak merestui.”
“Terus Fiza menikah sama siapa, Bun? Pacar Fiza cuma Aidan.”
Ismi meletakkan boneka yang ia peluk ke belakang. Kemudian duduk menyerong menghadap putri tunggalnya itu.
“Kamu ingat Bibi Ratna?” Ditanya seperti itu Fiza hanya menggeleng. Mana ia ingat karena saat itu masih sangat kecil, “oh iya, waktu itu kamu baru dua tahun. Tadi Bunda dapat telepon dari dia. Katanya, dapat nomor telepon Bunda dari Tante Wulan.”
Kalau Tante Wulan, Fiza sangat kenal. Karena wanita itu teman lama Ismi yang sering main ke rumah.
“Untung saja mereka bertemu. Jadi, Bunda juga bisa bertemu dengan sahabat Bunda itu. Sayangnya saat kami bisa tatap muka suaminya sedang sakit. Sakit jantung sudah parah,” lanjut Ismi yang terus bercerita.
“Terus hubungannya sama Fiza nikah apa?”
“Kamu mau ya menikah sama anak laki-lakinya Bibi Ratna.” Ismi tersenyum subringah.
“Nggak!” Fiza membuang muka, “siapa pula anaknya? Fiza aja nggak kenal. Mana bisa Fiza menikah dengan cowok yang nggak Fiza tahu rupanya bagaimana.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Allah
SpiritualSemua di dunia ini sudah ada takdirnya termasuk jodoh. ~~~ Paras cantik, pendidikan tinggi, dan karir sukses sudah berhasil Fiza raih diusianya yang sekarang menginjak 27 tahun. Umur yang sangat matang untuk seorang gadis menikah. Bahkan kebanyakan...