Pagi sekali Ratna sudah menata meja makan. Keluarga yang menginap juga sudah pulang beberapa menit yang lalu. Suasana rumah sudah sepi tinggal Rusdi, istri, kedua anaknya, dan menantu baru.
Fiza keluar dari kamar disusul dengan Ilham. Mereka bersamaan mendekati meja makan.
“Sini Fiza, sarapan dulu!” ujar Ratna begitu ramahnya.
“Iya, Bi.” Fiza menarik satu kursi untuk ia duduk.
“Jangan panggil Bibi lagi dong. Panggilnya sama aja dengan Ilham dan Zahra. Umi, terus manggil Mamang, Abi!”
Rusdi yang sudah tidak lagi duduk di kursi rodanya itu tersenyum pada Fiza.
“Iya, Umi.” Fiza menganggukkan kepalanya sopan.
Ilham yang duduk di sebelah Fiza membalik piring di depan gadis itu, “mau diambilkan makanannya?”
Fiza menahan piringnya yang akan diambil alih oleh Ilham. Ia menggelengkan kepala.“Nggak usah, saya bisa ambil sendiri.”
Ilham mengedikkan kedua bahu, lalu membiarkan Fiza untuk mengisi piringnya. Zahra yang memperhatikan mencebikkan bibirnya.
“A'a sok perhatian banget. Teh Fiza udah gede kali nggak usah diambil-ambilin.”
“Bagus begitu Zahra. Biarkan A'amu belajar romantis ke istrinya,” tegur Rusdi kepada putrinya.
Ilham yang dibela sang ayah terlihat malu-malu. Ia memperhatikan Fiza yang sudah menyuap makanannya.
“Rencananya kalian habis ini mau bulan madu ke mana?”
Bersamaan Ilham dan Fiza yang sedang asik makan tersedak sehabis mendengar pertanyaan Rusdi.
“Hati-hati dong!” Ratna mengisikan air untuk Fiza. Sedangkan Ilham mengambil air untuk dirinya sendiri.
“Kompak amat keseleknya.” Goda Zahra disertai tawa kecilnya.
Fiza melirik Ilham begitupun sebaliknya. Kemudian bersamaan membuang muka.
“Kita nggak bulan madu, Abi.” Ilham kembali memegang sendoknya.
“Kenapa? Uangmu nggak ada? Pergi yang dekat-dekat aja kalau tabunganmu pas-pasan.”
“Bukan begitu Abi. Masalahnya Ilham nggak ada waktu. Dua hari lagi ada pasien yang harus operasi. Sebenarnya hari ini, tapi terpaksa ditunda karena Ilham mengambil libur,” jelas Ilham pada ayahnya.
Sejujurnya Ilham dan Fiza memang tidak punya rencana pergi kemana pun setelah menikah. Pernikahan perjodohan yang terpaksa mereka jalani saja sudah membuat Fiza kesal. Mana mau Fiza harus jalan-jalan dengan lelaki yang tidak ia cintai.
“Kamu ambil-lah cuti selama 2 minggu Ilham. Jangan bekerja terus! Istrimu pasti juga pengen jalan-jalan.” Kali ini Ratna yang bersuara.
Fiza mengangkat kepalanya dan menatap Ratna. “Nggak Umi, biarkan A'a kerja aja.”
“Ilham ini separuh hidupnya sudah diisi dengan pekerjaan terus, Fiza.” Rusdi menunjuk-nunjuk anak sulungnya, “apa salahnya kalau pergi berbulan madu seminggu aja. Agar Abi ini cepat kalian kasih cucu.”
“Iya, Abi. Nanti Ilham pikirkan lagi. Mungkin setelah operasi pasien lusa. Ilham akan honeymoon sama Fiza.”
“Begitu dong. Abi ‘kan nggak perlu marah-marah.”
“Sabar, Abi.” Ratna mengusap sebelah lengan suaminya, “nanti jantungnya kumat.”
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Allah
ДуховныеSemua di dunia ini sudah ada takdirnya termasuk jodoh. ~~~ Paras cantik, pendidikan tinggi, dan karir sukses sudah berhasil Fiza raih diusianya yang sekarang menginjak 27 tahun. Umur yang sangat matang untuk seorang gadis menikah. Bahkan kebanyakan...